Pelajar Milenial Ingin Guru Sekolah Lebih Kreatif dalam KBM

0

Mataram (Suara NTB) – Mayoritas pelajar milenial di Kota Mataram menyebut guru sekolah yang mengajari mereka setiap hari membosankan. Metode yang digunakan juga tidak kreatif dan inovatif, sehingga membuat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) jadi tidak menyenangkan.

Demikian temuan hasil penelitian Dosen Universitas Pendidikan Mandalika (Undikma) Muhammad Faqih, M.Pd., terhadap para pelajar dari 25 sekolah jenjang pendidikan menengah di Kota Mataram pertengahan Desember lalu.

Dalam penelitian itu, ujarnya, Faqih menemukan mayoritas pelajar milenial menengarai metode mengajar guru sangat membosankan dan tidak adaptif dengan kebutuhan pelajar milenial.  “Hasil penelitian lain menyebut bahwa guru tidak menarik karena cara mengajar mereka tidak kreatif itu itu saja. Artinya milenial ini menginginkan ada metode lain yang. Tapi apa sanggup sekolah menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh milenial. Misalnya kesiapan sistem dan komitmen,” ungkapnya, Rabu, 8 Januari 2020.

Lebih jauh disebutkan juga, selain menemukan hasil tidak kreatifnya metode guru dalam mengajar, dalam penelitian itu, Faqih menemukan juga bahwa pelajar milenial punya orientasi tersendiri.

Selain itu, pelajar milenial di dalam lingkungan sekolah mereka juga menghadapi banyak masalah. Masalah mereka ialah adanya pelajar lain yang merokok, narkoba, pacaran yang berakhir seks, sampah, bullying, tidak suka membaca, tidak disiplin. “Inilah masalah milenial yang kami dapatkan dari hasil survei. Yang mereka hadapi setiap hari di sekolah,” jelas calon doktor ini.

Adanya berbagai problem yang dihadapi pelajar milenial, haruslah bisa dibantu untuk menyelesaikannya. Terutama oleh para guru yang banyak dikeluhkan pelajar. “Karena ada masalah yang mereka hadapi di sekolah, bagaimana caranya agar mereka mengatasi masalahnya,” jelas Faqih.

Berbagai masalah yang dihadapi pelajar milenial dalam penelitian ini mau tidak mau harus mendapatkan perhatian serius. Apalagi mengingat bonus demografi yang dimiliki bangsa Indonesia.  “Perubahan kini tidak bisa dihindari. Sementara pada sisi lain pada tahun berikutnya Indonesia akan mengalami bonus demografi. Artinya anak anak yang lahir saat ini akan mengisi era pada tahun 2045,” sambungnya.

Makanya, perlu kita siapkan anak anak yang lahir saat ini untuk mempersiapkan diri menghadapi era itu.  “Guru harus menyiapkan siswa peserta didiknya,” jelasnya. (dys)