Warna Sitar di Panggung JWM Lombok

0

Giri Menang (Suara NTB) – Alat musik Sitar yang dimainkan oleh musisi Asrie Tresnadi, memberikan warna keunikan tersendiri di ajang Jazz & World Music Festival yang digelar di Pantai Senggigi, Lombok, Sabtu (20/8/2016).

Asrie Tresnadi tampil dengan memainkan sitar, alat musik yang juga kerap dimainkan oleh para penganut aliran sufi. Asrie juga tampil bersama Banu dari India itu membawakan komposisi bertajuk norma kesopansantunan. Lewat penampilan itu, ia bercerita tentang lunturnya nilai sopan santun pada kalangan generasi kekinian.

“Generasi sekarang ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal – hal yang tidak penting. Main – main facebook di internet yang tidak produktif. Sebenarnya ini kritik yang menyangkut untuk diri saya sendiri. Karena saya sendiri termasuk dalam bagian orang yang seperti itu,” katanya.

Usai penampilannya, Asrie yang mengaku baru mempelajari sitar dalam jangka waktu sembilan tahun di India mengatakan, teknik memainkan alat musik tersebut sedikit sama dengan cara memainkan gitar konvensional. Nilai filosofis permainan musik tersebut, menurutnya terletak pada proses pendalaman yang panjang dalam pembelajaran memainkannya.

Bila dicermati secara lebih mendalam, nada dan suara yang muncul dari alat musik tersebut, memang menjadi warna yang khas pada musikalitas karya – karya orang India. Alunan nada dari alat musik yang satu itu benar – benar mencolok dalam lagu berjudul “Pure Love” yang dinyanyikan oleh Aras & Helena. Nuansa musik diantara dua penyanyi tersebut terkesan seperti perpaduan antara Hindia – Pakistan. Bahasa yang digunakan Aras ketika berkolaborasi dengan Helena dalam lagu yang bercerita tentang cinta itu kental dengan nuansa timur tengah.

Sitar yang dimainkan oleh Asrie, merupakan salah satu jenis alat musik tradisional. Alat musik yang satu ini banyak ditemukan di India. Bentuk dan wujudnya sedikit mirip dengan gitar. Begitu juga cara memainkannya. Alat musik ini dipetik pada senarnya, namun cara memegang kuncinya tidak musti harus “dicekik” pada stang, laiknya memainkan gitar.

Alat musik itulah yang dimainkan orang – orang sufi dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. Butuh waktu belasan tahun untuk mempelajari cara dan pola memainkan alat tersebut. Disamping cara memainkannya yang sulit, orang yang memainkannya juga perlu mendalami isi dari makna filosofi yang terkandung pada alat tersebut.

“Dalam waktu tiga belas tahun, itu masih belum apa – apa bagi orang yang belajar memainkannya. Itu alat musik yang dimainkan oleh orang – orang sufi di India. Orang yang memainkannya pun, membutuhkan penghayatan yang tinggi,” kata Ary Juliyant ketika menyaksikan permainan sitar yang dilakukan oleh Asrie Tresnadi.

Di India, seperti yang dikemukakan oleh Ary Juliyant, alat musik tersebut hanya dimainkan oleh segelintir orang. Alat musik itu umumnya dikuasai oleh kelompok orang Islam dan Hindu. Bagi orang – orang Hindu di India, musik sitar hanya dimainkan ketika ada upacara – upacara tertentu.

“Di India, orang yang mendalami ilmu tarikat cistiyah inilah yang menjadi kelompok yang memandang musik sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Orang Islam yang dekat dengan sitar ini adalah orang – orang sufi,” imbuh Ary Juliyant yang pernah ditemani oleh Asrie untuk melakukan tur musik di India. (met)