Golkar akan Usung Kader Terkuat di Pilkada Loteng

0

Mataram (Suara NTB) – Ketua DPD I Partai Golkar NTB, H. M. Suhaili FT, akan mengakhiri masa jabatannya sebagai Bupati Kabupaten Lombok Tengah dua periode pada 2020 mendatang. Siapa sosok pengganti Suhaili untuk duduk di kursi orang nomor satu di Bumi Tastura tersebut bakal ditentukan pada Pilkada serentak 2020 mendatang ini.

Golkar sebagai partai penguasa di Lombok Tengah, tentu tidak ingin melepaskan begitu saja kursi Bupati yang dalam satu dekade terakhir ini dikuasainya. Karena itu, pada Pilkada serentak 2020 mendatang ini, kekuatan Golkar bakal diuji, apakah kursi Bupati masih akan dikuasainya atau justru akan lepas dari tangannya.

Untuk memastikan Golkar tetap melanjutkan estafet kekuasaannya menduduki kursi Bupati. Maka Golkar harus memliki kejelian tingkat tinggi dalam memilih figur kader yang bakal diturunkan. Diketahui pada Pilkada serentak 2020 Lombok Tengah, pertempuran politik bakal berlangsung dengan seimbang, sebab tidak ada calon petahana yang memiliki kekuatan politik dominan.

Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Lombok Tengah, H. Humaidi yang dikonfirmasi Suara NTB terkait perkembangan dinamika politik di internal partainya menjelang Pilkada, ia mengatakan Golkar akan tetap menjalankan mekanisme yang telah ditentukan dalam memilih figur kader yang akan diturunkan bertarung untuk mempertahankan kursi Loteng 1.

“Partai punya mekanisme dalam menentukan calon. Golkar sama dengan partai yang lain tentu tidak akan mau kalah. Karena itu kita harus survei dulu untuk mengukur elektabilitas kader,” jelas Humaidi.

Disampaikan Humaidi, keputusan akhir siapa nantinya kader Golkar yang bakal diturunkan bertarung di Pilkada Loteng menjadi kewenangan DPP. Namun tentu, dalam memutuskan DPP memiliki banyak pertimbangan, salah satunya yakni tingkat elektablitas kader itu sendiri. Karena partai ingin menang.

“Siapa yang akan dicalonkan Golkar itu rekomnya dari pusat, dan partai tentu akan memilih kader yang dinilai paling kuat, paling punya peluang menang. Nah di sinilah perlu jelinya orang pusat dalam mencari kader yang kuat dan bisa menang. Jangan hanya sekedar dorong kader saja,” ujarnya.

Diketahui bahwa, Humaidi selaku Ketua DPD II, digadang-gadang sebagai kandidat kuat bakal calon Bupati dari partai Golkar. Ia dinilai sebagai kader yang memiliki peluang paling besar untuk mengendarai Golkar pada Pilkada serentak Lombok Tengah 2020 mendatang.

Selain Humaidi, sejumlah kader Golkar Loteng lainnya juga disebut-sebut bakal ikut bertarung. Seperti anak Suhaili, Ferdian Elmiansyah, anggota DPRD NTB, Lalu Wiraginawang, dan H. L. Kelan. Ketiga kader Golkar tersebut juga dikabarkan cukup serius untuk ikut bertarung.

Dikonfirmasi terkait hal itu, Humaidi tidak menutup bahwa Golkar Loteng memiliki banyak kader potensial untuk dicalonkan selain dirinya. “Sebagai kader partai, saya berpikiran sama dengan DPP, ingin menang. Jadi Golkar akan mencalonkan kadernya yang paling kuat dan bisa menang, siapapun itu dan Golkar punya banyak kader terbaik di Loteng,” katanya.

“Nanti kalau saya katakan saya kuat kan subjektif, karena itu hasil survei yang akan bicara. Jika hasil survei saya tidak memungkinkan, tidak masalah (tidak dicalonkan), itulah saya sebagai kader akan ikuti keputusan partai. Bahkan tidak haram juga kan partai itu cari di luar kader jika memang tidak ada (kader yang kuat),” sambungnya.

Lantas kapan Golkar akan mulai menggelar survei? Humaidi menjawab, pihaknya masih menunggu petunjuk dari DPP untuk pembuatan deks Pilkada. Saat ini, partainya masih mengurus pemilihan Ketua DPRD di daerah tempat Golkar menang.

Ditempat terpisah, Ketua Harian DPD I Partai Golkar NTB, H. Misbach Mulyadi menyampaikan bahwa partainya tidak membeda-bedakan atau memberikan keistimewaan kepada salah satu kadernya dalam proses pencalonan sebagai bakal calon kepala daerah di tujuh daerah di Provinsi NTB pada Pilkada mendatang. Menurutnya, semua kader Golkar yang berminat maju diberikan ruang dan kesempatan yang sama untuk ikut berkompetisi mencalonkan diri sebagai kandidat bakal calon kepala daerah.

“Semua kader partai Golkar punya kesempatan yang sama untuk diusung pada Pilkada serentak di tujuh daerah. Tidak ada istilah kunci-kuncian dukungan. Kalau punya elektabilitasnya tinggi maka dia akan dicalonkan,” ujarnya.

Dijelaskan Misbach, dalam proses pencalonan, Partai Golkar memiliki mekanisme yang harus ditempuh. Sehingga semua kader yang ingin tampil maju, dan dicalonkan oleh partai Golkar, maka wajib hukumnya untuk mengikuti mekanisme yang ada dalam partai.

“Pencalonan di Golkar itu lewat mekanisme, karena kita punya buku pintar. Mekanisme pertama yakni survei, kemudian jabatan di partai akan dilihat, kemudian dukungan di partai lain, ini penting  karena kita tidak bisa usung sendiri. Kalau memenuhi itu, maka akan kita amankan untuk ditetapkan oleh DPP,” jelasnya. (ndi)