Dua Orang Meninggal, Kasus Demam Berdarah Terus Meningkat

0

Mataram (Suara NTB) – Selain penularan virus corona (Covid-19), potensi penuralan demam berdarah dengue (DBD) juga diharapkan menjadi atensi bersama. Pasalnya, berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dikes) Mataram angka penularan DBD di Kota Mataram terus meningkat.

Kepala Dikes Kota Mataram, H. Usman Hadi menerangkan sejak Januari 2021 sampai dengan pertengahan Februari 2021 total pasien DBD di Kota Mataram mencapai 53 orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan pesat, pada awal Januari hanya tercatat 2 orang pasien.

Selain itu, 2 orang pasien DBD juga meninggal karena mengalami dengue shock syndrome (DSS) atau kegagalan sirkulasi darah karena kehilangan plasma dalam darah akibat permeabilitas kapiler darah yang meningkat. Tanda-tanda umumnya adalah denyut nadi lemah dan cepat sehingga tidak teraba, penyempitan pembuluh darah atau nadi, tekanan darah tidak teratur, kulit dingin dan lembab, tampak lesu, lemah dan gelisah hingga terjadi syok berat.

“Yang meninggal ini masih anak-anak semua. Rata-rata karena telat mendapatkan perawatan. Jadi telat dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes),” jelas Usman. Terkait angka kasus DBD tersebut, pihaknya belum dapat memastikan terjadinya peningkatan jumlah kasus dibanding tahun lalu. Namun berdasarkan catatan terakhir hingga November 2020 total kasus DBD mencapai 644 orang dengan 2 pasien meninggal.

Puncak kasus DBD sendiri diproyeksikan akan selesai setelah musim hujan berakhir. “Mudah-mudahan tidak sampai Maret,” ujar Usman. Mengikuti perkembangan kasus DBD tersebut, pihaknya mengharapkan masyarakat lebih hati-hati dengan tetap menerapkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

“Dalam keluarga bisa menggerakkan anggota keluarganya supaya melakukan pembersihan dan penerapan pola hidup bersih dan sehat. Ini sangat penting dalam upaya menekan kasus DBD di kota ini,” ujarnya.

Untuk mendukung pelandaian kasus pihaknya juga rutin melakukan kegiatan pengasapan (fogging). Kegiatan tersebut difokuskan pada kelurahan atau lingkungan yang warganya terkonfirmasi positif DBD. “Itu terus kita lakukan. Kemarin di Kodya Asri dan besok di tempat lainnya,” jelas Usman.

Kendati demikian, fogging ditekankan terbatas untuk membasmi nyamuk dewasa. Sedangkan jentik-jentiknya akan tetap bertahan jika seluruh upaya penanganan seperti 3M (menguras, mengubur, menutup) tidak dilakukan.

Selain itu, pihaknya berharap masyarakat dapat lebih responsif membawa anggota keluraganya yang sakit untuk menjalani pemeriksaan di faskes. Hal tersebut dibutuhkan untuk mengurangi risiko kematian akibat DBD.

“Memang agak susah juga; di satu sisi ada pandemi Covid-19, satu sisi ada DBD. Tapi kita minta periksakan saja (anggota keluraga) ke puskesmas atau rumah sakit. Bagaimana supaya bisa segera pergi ke faskes (untuk mendapatkan perawatan), kan gratis juga semuanya,” ujar Usman.

Pihaknya berharap masyarakat tidak perlu menyangsikan proses pemeriksaan di faskes, terutama karena takut menjalani pemeriksaan Covid-19 seperti pengambilan sampel swab. “Kalau di Puskesmas kita tidak lakukan (pemeriksaan) itu ke semua pasien. Rapid itu kita lakukan kalau ada tindakan semisal mau operasi, itu baru wajib swab dulu,” tandasnya. (bay)