KSB Satu-satunya Daerah di NTB yang Tak Liburkan Siswa

0

Taliwang (Suara NTB) – Pemkab Sumbawa Barat menjadi satu-satunya pemerintah daerah di NTB, yang tidak meliburkan para siswa mulai dari tingkat TK sampai dengan SMP karena covid-19. Kebijakan ini direspon beragam oleh masyarakat setempat.

Tidak sedikit warga yang mendukung program tersebut di tengah daerah lainnya meliburkan para siswa. Sementara, sebagian yang lain menginginkan agar anak-anak bisa diliburkan lantaran khawatir akan virus tersebut.

“Kalau saya pribadi, berharap supaya Pemkab bisa meliburkan para siswa karena sebagai orang tua kami sangat was-was. Kebijakan untuk meliburkan siswa sudah menjadi instruksi presiden untuk bisa dilaksanakan di daerah. Tetapi justru kita di KSB, tidak libur kan ini menambah kekhawatiran kami sebagai orang tua,” ungkap salah seorang warga KSB, Firman kepada Suara NTB, Senin, 16 Maret 2020.

Ditambahkannya, kebijakan dengan tidak meliburkan para siswa ini justru menimbulkan pertanyaan besar di benaknya. Apakah KSB masih aman atas virus tersebut atau ada alasan lain. Tetapi pada intinya kebijakan tersebut hanya bagian kecil saja dalam upaya agar bisa menekan penyebaran virus itu.

Yang paling utama saat ini, yakni menyikapi masyarakat yang berasal dari luar KSB dan para TKI/TKW yang kembali ke tanah kelahirannya. Karena jika TKI luput dari pantauan petugas medis dikhawatirkan bisa menjadi awal penyebaran virus dimaksud. Apalagi di KSB juga sudah ada beberapa orang yang dilakukan pemantauan khusus atas kasus ini dan masih dalam penanganan secara intensif.

Tetapi harapan terbesar masyarakat terutama orang tua saat ini yakni kondisi anak selama berada di sekolah bisa tetap aman tanpa ada kejadian yang tidak diinginkan. Karena jujur saja, dengan kebijakan meliburkan siswa selama 14 hari di seluruh Indonesia menjadi kekhawatiran para orang tua saat ini karena Pemkab KSB justru tidak memberlakukan hal tersebut.

“Kami tidak mengetahui dasar pertimbangan Pemerintah (KSB) sehingga tidak meliburkan anak-anak kami selama 14 hari kedepan. Tetapi besar harapan kami agar anak-anak kami selama di sekolah bisa tetap aman karena kami sangat merasa was-was untuk saat ini,” pungkasnya.

Sementara itu, Arif mengaku mendukung dengan tidak adanya kebijakan untuk meliburkan peserta didik selama 14 hari kedepan dengan catatan anak-anak selama di sekolah bisa diawasi secara maksimal. Karena yang paling penting saat ini bukan di sekolahnya yang harus diwaspadai melainkan masyarakat dari luar daerah ke KSB itu yang harus diantipasi.

Bila perlu, ujarnya, Dikes KSB menempatkan personel dengan alat yang canggih di pintu masuk KSB (Poto Tano dan Maluk). Jika tidak ada sarana yang maksimal minimal alat pengukur suhu harus bisa disiapkan di pintu-pintu masuk tersebut. Sehingga rasa was-was yang berlebihan saat ini bisa diminimalisir dengan kesigapan dan kesiapan Pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 ini.

“Rasa was-was pasti ada apalagi anak tidak kita pantau secara maksimal di sekolah. Tetapi yang kami inginkan saat ini pengawasan secara intensif di pintu masuk dan warga KSB yang kembali dari luar negeri harus menjadi poin utama dalam menekan penyebaran virus itu,” tukasnya.

Sebelumnya, Pemkab Sumbawa Barat melalui Rapat terbatas yang dipimpin langsung Bupati Dr. Ir. H. W Musyafirin MM menegaskan tidak akan meliburkan siswa mulai dari tingkat TK sampai SMP selama 14 hari kedepan.

Kebijakan di tengah daerah lain meliburkan siswanya selama 14 hari tersebut dilakukan lantaran KSB diklaim masih aman dan belum ditemukan adanya masyarakat yang terpapar virus itu. Kendati demikian, Pemkab mengaku sudah menyiapkan langkah antisipasi untuk menekan terjadinya penyebaran covid-19 di wilayah setempat.

“Kebijakan untuk tidak meliburkan siswa merupakan hasil rapat bersama dengan mendengarkan penjelasan dari leading sector terkait masalah penyakit (Dikes). Kami juga tetap akan memantau kondisi terkini di lapangan jika kondisinya sudah menghawatirkan baru akan kami kebijakan lainnya. Tetapi yang jelas kami sudah siapkan langkah antisipasi untuk menekan kasus itu menyebar di KSB,” terangnya saat memimpin rapat, Minggu, 15 Maret 2020.

Dikatakannya, langkah antisipasi yang akan dilakukan saat ini yakni dengan mengintensifkan pemeriksaan terutama bagi para pendatang yang bekerja di KSB. Dirinya juga sudah meminta agar dinas Nakertrans untuk melakukan pemantauan terhadap pekerja yang bekerja di wilayah setempat. Terutama di wilayah Maluk agar bisa dilakukan pemeriksaan secara khusus terutama bagi para pendatang. Maluk diatensi, lantaran di wilayah itu nasyarakatnya sangat beragam dan akses masuknya sangat bebas sehingga harus diberikan pengawasan khusus.

Selain itu, bagi para TKI yang akan keluar negeri juga akan dilakukan pemeriksaan khusus agar tidak terpapar virus tersebut nantinya. Tentu sebagai langkah lain yang akan diambil oleh Pemerintah yakni dengan memaksimalkan program STBM yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir.

Hal ini dianggap salah satu langkah jitu untuk menekan penyebaran virus dimaksud. Bahkan di sekolah-sekolah juga diinstruksikan untuk menyediakan sabun dan tempat cuci tangan, sehingga anak-anak sebelum masuk kelas sudah dalam keadaan steril dan aman dari virus.

“Kami sudah siapkan langkah antisipasi untuk menyikapi penyebaran virus covid-19 di KSB. Kami juga akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan instensif di gerbang masuk KSB untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya. (ils)