Pariwisata Bangkit, Perlu Kekompakan dan Kekuatan Bersama

0

Mataram (Suara NTB) – Pariwisata NTB mengalami turbulensi akibat bencana gempa bumi Juli – Agustus 2018 lalu. Namun, berkat kerja keras semua pemangku kepentingan, kini layar pariwisata NTB kembali terkembang. Namun, sebelum sauh diangkat, sejumlah pekerjaan rumah harus dibereskan. Jika semua tuntas, pariwisata NTB diperkirakan kembali mengalami masa keemasan dalam waktu dekat. Terutama, dengan semakin dekatnya penyelenggaraan MotoGP 2021.

Demikian kesimpulan Diskusi Terbatas Harian Suara NTB mengusung tema “Mendorong Kebangkitan Pariwisata NTB Pascabencana”, Sabtu, 9 Maret 2019. Diskusi yang digelar di Ruang Redaksi Suara NTB, merupakan kerjasama dengan Dinas Pariwisata (Dispar) NTB.

Diskusi dihadiri Kepala Dispar NTB, H. L. Moh. Faozal, S. sos, M.Si, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB, Anita Achmad, General Manajer Garuda Indonesia Branch Office Lombok, Supriyono. Kemudian Station Head AirAsia, Didiet Indra K, Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) NTB, Dr.Ainuddin, Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM), Ernanda Agung D, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi NTB, I Gusti Lanang Patra. Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) NTB, Dewantoro Umbu Joka, Ketua Gabungan Industri Pariwisata (GIPI) Provinsi NTB, Awanadhi Aswinabawa dan M. Ihdal Karomi dari Poltekpar Lombok. Diskusi dipandu Penanggung Jawab Harian Suara NTB, H. Agus Talino.

Mengawali diskusi, Faozal mengemukakan bahwa di tahun 2018, sebenarnya NTB sedang membidik target kunjungan 4 juta wisatawan. Namun, pascagempa 29 Juli dan gempa-gempa berikutnya, semua menjadi berubah. Sejak 29 Juli 2018, kata Faozal, destinasi pariwisata NTB yang sangat favorit, yakni Gunung Rinjani sampai saat ini belum dapat dibuka untuk aktivitas pendakian melalui dua jalur utama, Sembalun dan Senaru.

Faozal menambahkan pada 5 Agustus 2018, Lombok kembali diguncang gempa. Lokasinya dekat dengan destinasi wisata unggulan NTB, yakni Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air, Lombok Utara. Dampak bencana gempa pada saat itu sekitar 7.000 wisatawan dievakuasi. Mulai saat itu, sektor pariwisata di tiga gili lumpuh total.

‘’Mulai saat itu tiga gili turbulen, baik dari sisi amenitas, aksesibilitas maupun kunjungan ke gili. Tidak selesai dengan bencana 5 Agustus, kita juga dihadirkan bencana skala 6,4 SR. Itu berdampak terhadap city hotel,’’ papar Faozal.

Dengan kondisi seperti itu maka dilakukan peninjauan kembali terhadap target 4 juta  kunjungan wisatawan tahun 2018. Pasalnya, tidak mungkin mencapai angka kunjungan sebanyak itu. Apalagi sejak 29 Juli sampai Desember 2018, angka kunjungan wisatawan turun. sampai Desember 2018, okupansi hotel dan load factor penerbangan tak berhasil diangkat. Target kunjungan wisatawan sebanyak 4 juta akan dikejar pada 2019 ini.

‘’Artinya, 2019 kita mulai dari bayangan itu. Kemudian kita sepakat walaupun ini pure (murni) pemerintah yang mendesain target itu. 2019 kita menuju 4 juta kunjungan wisatawan. Dengan asumsi amenitas, atraksi dan aksesibilitas kembali normal,’’ ujarnya.

Faozal menyebut masih ada dua atraksi wisata favorit NTB yang belum selesai hingga saat ini. Yaitu, atraksi alam pendakian Gunung Rinjani dan atraksi buatan Islamic Center. Untuk pendakian Gunung Rinjani lewat jalur Sembalun dan Senaru masih dilihat sampai Maret ini. Setelah itu, pada April akan diputuskan apakah dua jalur pendakian Rinjani dapat dibuka atau tidak.

Ditutupnya pendakian ke Gunung Rinjani lewat dua jalur favorit itu berdampak terhadap pasar-pasar pariwisata NTB, seperti Malaysia, Singapura dan beberapa negara lainnya. Faozal berharap pada 2019, pariwisata NTB lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada awal 2019 ini, faktor eksternal mahalnya harga tiket pesawat tidak menguntungkan bagi pariwisata NTB. Kondisi ini bukan hanya terjadi di Lombok. Tetapi seluruh Indonesia.  Dengan alasan bisnis, maskapai penerbangan menaikkan harga tiket. Hal itu menyebabkan  peningkatan kunjungan wisatawan domestik sulit bergerak.

Tidak hanya itu, kebijakan bagasi berbayar yang diterapkan Lion Air  berdampak terhadap load factor penerbangan dan okupansi hotel. Pasalnya, maskapai penerbangan bertarif rendah atau low cost carrier (LCC), seperti Lion Air menjadi pilihan wisatawan. Dengan harga tiket yang murah dan efisien, wisatawan domestik bisa datang ke Lombok.

Setelah berkunjung ke Lombok,  wisatawan akan membawa banyak hal saat mereka kembali ke daerahnya. Tetapi dengan kebijakan bagasi berbayar, angka kunjungan menurun dan berdampak terhadap sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Oleh karena itu, pada 2019, pihaknya membuat analisis-analisis bagaimana strategi yang akan ditempuh Pemda dan para pelaku pariwisata di NTB. Strategi pertama yang dilakukan mendorong penerbangan internasional. Pada 13 Maret 2019, Gubernur NTB, Dr.H.Zulkieflimansyah, SE.M.Sc, akan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan AirAsia terkait pembukaan penerbangan langsung Perth Australia – Lombok.

AirAsia menjadikan Lombok sebagai hub ke lima di Indonesia. Maskapai asal Malaysia itu menempatkan dua pesawatnya di Lombok International Airport (LIA).  Selain membuka rute internasional, AirAsia juga akan membuka rute domestik. Yaitu Lombok – Denpasar dan Lombok – Yogyakarta. “Itu juga pasar yang potensial untuk bisa kita tarik untuk domestik dengan LCC dari AirAsia,” katanya.

Faozal mengatakan, Pemprov juga berbicara dengan AirAsia untuk pembukaan rute Singapura – Lombok. Selama ini, rute Singapura – Lombok dilayani maskapai Silk Air. Dengan masuknya AirAsia, diharapkan ada pilihan bagi wisatawan yang berada di Singapura menuju ke Lombok.

Berkaitan dengan rencana pembukaan rute Singapura – Lombok, Gubernur NTB, telah bersurat ke Duta Besar Indonesia di Singapura. Belum terwujudnya pembukaan rute Singapura – Lombok oleh AirAsia, terang Faozal bukan karena slot penerbangan di Bandara Changi. Tetapi lebih kepada kebijakan Pemerintah Singapura yang membatasi penerbangan LCC ke Indonesia.

‘’Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa ada jawaban dari Singapura.Tetapi saya dengar kemarin sudah hampir ada jawaban, kemungkinan besar akan bisa. Dan ini  kabar baik bagi kita di industri pariwisata NTB,’’ katanya.

Untuk meningkatkan okupansi hotel di perkotaan, Faozal mengatakan pada pertengahan Maret ini pihaknya mengajak asosiasi wisata berkunjung ke Jakarta. Pasalnya, pasar MICE NTB berada di Jakarta, yakni kementerian/lembaga. Pemda dan para pelaku wisata harus dapat meyakinkan kementerian/lembaga bahwa Lombok Sumbawa sudah pulih dan siap menerima tamu yang melaksanakan pertemuan, rapat-rapat dan lainnya di Lombok.

Benahi Destinasi

Selain masalah konektivitas, Faozal mengatakan Pemda juga konsen terhadap pembenahan destinasi. Menurutnya, pembenahan destinasi wisata sangat penting. Karena percuma berbusa-busa menjual pariwisata Lombok dan Sumbawa apabila destinasi wisata tidak siap. Faozal mengatakan pembenahan destinasi wisata menjadi prioritas.

Terutama destinasi wisata terdampak bencana gempa seperti Gili Trawangan. Saat ini sudah dilakukan pembangunan jalan lingkar Gili Trawangan sepanjang 9 km. Dengan dukungan Kementerian PUPR, sudah diselesaikan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Kemudian, juga sedang dibangun pusat pengolahan sampah. Sebanyak dua insinerator diberikan Kemenko Maritim untuk pengolahan sampah di Gili Trawangan. Dua insinerator pengolahan sampah di Gili Trawangan akan segera difungsikan. Begitu juga dermaga pariwisata di Gili Trawangan yang hancur, sekarang dalam proses DED dan lelang. Untuk pembangunan dermaga Gili Trawangan, Kementerian Perhubungan memberikan dukungan anggaran sebesar Rp15 miliar tahun 2019.

Pemerintah pusat juga melakukan pelebaran jalan menuju Sembalun, baik dari Bayan Lombok Utara maupun Suela Lombok Timur. Faozal mengatakan Kementerian PUPR melalui Balai Besar Jalan Nasional (BBJN) sedang melakukan pelebaran jalan menjadi 8 meter. Proyek pelebaran jalan menuju Geopark Rinjani ini ditargetkan segera selesai. Apalagi pada 3-6 September mendatang, Geopark Rinjani menjadi tuan rumah symposium Asia Pacific Geopark Network (APGN) 2019.

Berkaitan dengan pembenahan destinasi, Faozal mengatakan bahwa memang perlu ada standarisasi. Ia mengatakan, Pemprov tidak diam mengenai pembenahan destinasi wisata di NTB. Sebenarnya, masalah pembenahan destinasi menjadi kewenangan kabupaten/kota. Pemprov terus mendorong para bupati/walikota untuk membenani destinasi wisata di masing-masing wilayahnya.

Di Lombok Timur, bupati setempat punya semangat baru untuk pengembangan sektor pariwisata. Faozal mengatakan Pemprov akan membangun pusat informasi Geopark di Sembalun, Lombok Timur. Pusat informasi Geopark akan dikemas menjadi salah satu destinasi di Sembalun. Akan dibangun beberapa fasilitas seperti homestay, vila dan lainnya. Begitu juga destinasi wisata lainnya seperti Mayura, Lingsar, Narmada, Suranadi dan Batu Bolong akan dilakukan pembenahan.

MotoGP 2021

Faozal menambahkan, ditetapkannya Lombok menjadi tuan rumah MotoGP 2021 di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, menjadi harapan baru kebangkitan pariwisata NTB. Publik merespons positif hadirnya MotoGP Mandalika. ‘’Itu juga menjadi penyemangat kita untuk kembali pulih di 2019,’’ imbuhnya.

Berbicara masalah pariwisata, lanjut Faozal, salah satu unsurnya adalah atraksi. Pada 2019 ini, ada 68 event pariwisata yang digelar di NTB. Event-event yang sudah digelar seperti Lombok Sumbawa Great Sale dan Pesona Bau Nyale. Selanjutnya, akan digelar Festival Tambora, 1 – 11 April mendatang.

Ia mengatakan, semua sisi sudah berupaya dibenahi pascabencana gempa. Diharapkan dengan berbagai strategi yang dilakukan, dapat segera ‘’mengobati sakitnya’’ pariwisata NTB pascabencana.

Bahkan, kata Faozal, Menteri Pariwisata Arief Yahya memuji cepatnya pemulihan Lombok pascabencana. Dibandingkan dengan Bali dan Selat Sunda yang terkena bencana, Menpar, kata Faozal menyebut recovery Lombok jauh lebih cepat.

Dengan menetapkan bencana meletusnya Gunung Agung di Bali dan bencana tsunami Selat Sunda sebagai bencana nasional menyebabkan sektor pariwisata cukup berat untuk bangkit. Faozal mengajak semua pihak untuk tetap semangat, kompak dan meningkatkan kebersamaan untuk bangkit pascabencana gempa.

Bangun Kepercayaan Wisatawan

Pascagempa bumi, kekuatan pariwisata NTB memang sedang diuji. Oleh karena itu, seluruh pihak yang terkait dalam pariwisata, harus membangun kepercayaan wisatawan domestik maupun internasional agar merasa aman dan mau datang ke NTB.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB, Anita Achmad, menjelaskan bahwa seluruh dunia sudah tahu mengenai gempa bumi di NTB. Kejadian itu merupakan ujian bagi dunia pariwisata di NTB. Ia mengajak kepada seluruh pihak agar berhenti mengeluh dan mulai merencanakan langkah ke depan.

Menurutnya, langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu membangun kepercayaan terhadap NTB di lingkup domestik maupun internasional. “Trust (kepercayaan) ini apa? Bahwa di Lombok sekarang sudah aman, itu nomor satu. Banyak hal sebenarnya harus dilakukan, sekarang yang penting bikin rasa trust, supaya orang mau datang ke sini, pada saat orang datang waktu terbaik kita untuk promosi. Jangan juga dicederai dengan bikin orang tidak kembali lagi,” katanya.

Selain itu, dari kondisi pariwisata saat ini banyak hikmah yang bisa diambil. Salah satunya agar pelaku pariwisata memperbaiki Sumber Daya Manusia (SDM). Anita mengatakan, sepintar dan sekuat apapun promosi yang dilakukan, tidak akan berhasil kalau pelaku atau SDM pariwisata tidak siap.

‘’Besar harapan saya juga kepada semua yang bekerja di hotel harus bisa dan mau untuk  sama-sama bekerjasama. Jadi jangan menyalahkan dari pihak yang berpromosi, dari pihak pemerintah. Jadi di dalam ini harus siap, itu yang harus dilakukan,’’ katanya.

Nantinya juga akan ada rapat bersama dengan pemandu wisata, pengemudi taksi, atau perusahaan taksi. Ke depan, pemandu atau guide harus kompak memberikan informasi yang jujur dan baik. Serta memberikan keramahan kepada wisatawan. Pengemudi taksi juga akan diberikan edukasi agar selalu memberikan suatu hal yang positif tentang NTB kepada wisatawan.  “Dia (driver) tidak bicara masalah yang aneh-aneh, jadi yang dia cerita adalah sesuatu yang bagus tentang Lombok,” katanya.

Sementara itu dari segi manajemen operasional hotel,  ia akan mengundang semua General Manager (GM) hotel. Ia akan minta kontribusi dari pihak hotel. Contohnya, bagaimana pengelola hotel mendidik pegawai yang berada di frontliner hotel agar bisa memberikan keramahtamahan (hospitality) yang terbaik.

Di SDM hotel juga harus mengajar dan mengingatkan lagi kepada seluruh SDM di hotel. Dengan begitu, ketika wisatawan datang, SDM sudah bagus baik dari segi bahasa, attitude, dan lainnya.  “Jadi jangan sampai bahasa tubuh tidak sopan, segala macam itu,” kata Anita.

Terkait keluhan yang didengarnya masalah lampu jalan di daerah Senggigi dan lainnya. Anita mengatakan, mungkin ke depan akan ada kerja sama dengan seluruh chief engineering hotel untuk menanggulangi masalah itu.

Terkait masalah housekeeper, Anita menyampaikan sering ada keluhan masalah WC umum ketika ada acara besar. WC umum memang sudah disediakan oleh PU, persoalannya yaitu tidak pernah dirawat dengan baik. “Selesai acara buyar, ini mungkin  kita akan bicara kepada seluruh housekeeper. Bagaimana kita bisa tanggulangi dengan baik, jadi WC umum digunakan ataupun tidak, itu tetap harus bersih. Di Australia itu di setiap jalan mesti ada WC umum dan selalu bersih,’’ ujarnya.

Tingkatkan Gaung Promosi

Anita mengatakan, ia melihat promosi perlu ditingkatkan gaungnya, termasuk promosi di daerah sendiri. Ia mencontohkan acara Bau Nyale yang lalu. Menurutnya, untuk setiap event, tiga bulan sebelumnya harus sudah ada gaungnya untuk di domestik atau di Lombok. Nantinya bisa bekerjasama dengan beberapa perusahaan besar.

“Itu pun kami di BPPD, umpamanya di bulan Februari acaranya, kami sudah mulai promosi di bulan November. Sehingga setelah itu kami akan tahu hasilnya. Kami akan datang kunjungi daerah-daerah. Contoh untuk domestik, di Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, dan Medan. Kalau ke luar negeri mungkin nanti kalau sudah dana kita memungkinkan. Dengan berapapun dana yang kami dapat, kami ingin jajaki ke Korea, Jepang, Cina, Malaysia, Eropa,’’ jelasnya.

Pihaknya juga akan bekerjasama dengan media, baik cetak atau online. Setelah tiga bulan pihaknya melakukan promosi, barulah bisa diketahui seperti apa responsnya.

Anita juga meminta saat great sale, hotel bisa memberikan promosi untuk produk hotel. Seperti memberikan gratis dinner untuk dua orang atau gratis laundry. Dalam hal itu, harga yang  ditawarkan harus kompak.

Sementara itu, berkaitan dengan destinasi, sebelum BPPD bekerja untuk promosi, destinasi harus sudah siap. Ia mencontohkan, Pura Mayura harus sudah bersih. Saat tamu datang ke sana, destinasi sudah siap. Nantinya pihaknya akan bekerjasama dengan house keeper. “Sehingga apa yang kita tulis di promosi, kenyataannya betul bagus,” ujar Anita.

Jika melihat destinasi di luar negeri seperti Korea, kebanyakan merupakan buatan manusia. Sedangkan di Indonesia memiliki pulau yang begitu indah. Menurutnya, keindahan alam itulah yang harus dipromosikan seheboh mungkin. ‘’Jadi hanya masalah percaya diri saja, fokus percaya diri dan sungguh-sungguh. Kalau masalah ini tidak bisa kita bekerja sepotong-potong, jadi semua harus fokus,’’ ujar Anita.

Beberapa produk traveling juga sudah disarankannya. Ia juga sudah meminta kepada Gubernur NTB menjadikan satu tempat sentral. Sentral itu seperti lapangan yang bisa digunakan untuk menjual semua hasil produksi dari NTB, baik tenun, cukli, maupun kuliner. Selain itu ada juga atraksi yang rutin dilakukan.

‘’Harus ada jadwalnya dan kita gaji, sehingga hotel ini tahu. Kalau mau menyaksikan peresean jam sekian, tari jam sekian, itu baru on schedule (sesuai jadwal) semua. Itu kita gaji orang-orang, itu yang saya minta ada di sentral. Begitupun yang mau naik cidomo berkeliling di sekitar area sana, jadi belanja oleh-oleh di sana,’’ katanya.

Terkait oleh-oleh, masalah yang dihadapi yaitu wisatawan yang tidak mau membeli oleh-oleh karena harus membayar bagasi pesawat. Menurutnya, untuk maskapai penerbangan bertarif rendah atau low-cost carrier (LCC), bisa membuat harga sekitar Rp800 – Rp900 ribu ke Surabaya, tapi orang tidak dipusingkan lagi dengan membayar apapun.

Selain itu, ia juga menyoroti terkait ketepatan pelayanan di bandara. Diharapkan SDM harus disiplin, tidak ada lagi keterlambatan pegawai imigrasi atau lainnya. GM Angkasa Pura sudah memberikan lampu hijau untuk buka 24 jam. ‘’Maskapai penerbangan bertarif rendah atau low-cost carrier (LCC) masuk bandara 24 jam itu tengah malam menjelang pagi. Ini sudah tidak boleh ada alasan lagi kalau kita memang betul-betul mau dipercaya,’’ katanya.

‘’Bayangkan , kalau orang sudah ‘berkoar-koar’, kalau tidak dijadikan kekompakan, kembali lagi dari nol. Terlalu berat itu sebenarnya, memang semua SDM harus siap, sekarang ayo semua bekerjasama dengan baik,” kata Anita. (tim)