Air Terjun Sindang Gila dan Tiu Kelep Ditutup

0

Tanjung (Suara NTB) – Pemda Kabupaten Lombok Utara (KLU) mengambil langkah tegas terkait jatuhnya korban jiwa di lokasi objek wisata akibat gempa. Dua objek wisata air terjun di Senaru, seperti Air Terjun Sindang Gila dan Tiu Kelep, ditutup sementara sampai menunggu hasil kajian instansi stakeholder.

Kepala Dinas PUPR, H. M. Zaldy Rahadian, ST., mendorong instansi terkait di Dinas Pariwisata untuk meminta dukungan kajian Badan Geologi Kementerian ESDM. Setidaknya lembaga inilah yang paling mengetahui kemungkinan patahan atau potensi longsoran pada tebing air terjun maupun objek wisata lain di Lombok Utara.

“KLU harus minta kajian Badan Geologi Kementerian ESDM. Mereka lebih paham dengan struktur tanah di lokasi wisata, apakah aman atau tidak,” usulnya, Senin,  18 Maret 2019.

Usulan Dinas PUPR itu lantas diamini oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kepala Bidang Destinasi Wisata, Bratayasa, mengakui sejak awal pascagempa 29 Juli dan 5 Agustus tahun lalu, pihaknya sudah mengimbau masyarakat setempat untuk tidak memanfaatkan objek wisata sampai situasi benar-benar aman. Namun dinas tidak bisa berbuat banyak lantaran warga memilih membuka lokasi.

“Memang untuk pengkajinya kita sudah lakukan itu dengan melibatkan BPBD dan dari TNGR, juga konsultan. Tapi belum menginfokan boleh dikunjungi,” ujar Bratayasa.

Disbudpar menolak dianggap lepas kontrol terhadap pengawasan keterlibatan anak-anak sebagai guide lepas. Sebab masyarakat setempat secara suka rela terlibat, apalagi berkenaan dengan masalah ekonomi.

Lokasi setempat, memang dibuka oleh masyarakat setempat. Masyarakat seolah tidak mengindahkan penutupan pendakian Rinjani sebagai sinyalemen bahaya di objek wisata. “Untuk selanjutnya, kita akan turun lagi untuk mengecek kembali tempat-tempat ini, apakah masih layak atau tidak, nanti kita sampaikan lagi,” sambungnya.

Timbulnya korban di lokasi objek wisata dipandang sebagai sebuah pelajaran oleh Disbudpar KLU. Pihaknya juga akan berhati-hati menyikapi objek wisata serupa agar tidak terulang korban dari kalangan WNA ataupun lokal. “Minggu ini kita akan rapat dan langsung nanti kita akan turun sesuai hasil rapat. Jadi semuanya kita libatkan, termasuk ahli lingkungan,” tandasnya.

Menurut penuturan Bratayasa, jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Senaru pada hari gempa sejumlah 52 orang. Itu diketahui dari data tamu d loket setempat. Mereka yang dari Malaysia saja sejumlah 40 orang, namun hanya 16 orang yang turun ke air Terjun Tiu Kelep. Sisanya belum sempat masuk ke area air terjun. Para rombongan Malaysia berangkat dari Mataram memanfaatkan salah satu travel asal Mataram. Para rombongan asal Malaysia diketahui menginap di Hotel Maskot, Senggigi.

Plt. Sekretaris Desa Senaru, Lalu Wira Sakti, di kantornya membenarkan jumlah wisatawan Malaysia yang turun ke Air Terjun Tiu Kelep sebayak 16 orang. Dua orang di antaranya meninggal dunia akibat longsoran. Wisatawan asing ini sempat menginap di Pondok Senaru.

“Dan anak (Tomi Albayani) yang meninggal itu juga sebenarnya dia belum sampai ke air terjun itu, dia masih di jalan, karena gempa dia terkena juga, dan jaraknya dari air terjun itu masih jauh,” ujarnya.

Wira Sakti menegaskan sejak gempa pertama, air terjun Sindang Gila dan Tiu Kelep tidak pernah ditutup. Menyadari risiko seperti gempa kali ini, pihaknya akan ikut menutup lokasi tersebut.

“Sekarang kita mulai tutup, karena masalah kemarin itu. Kemarin kami sudah koordinasi dengan Pak Camat, untuk sementara akan ditutup. Rencananya akan dipasangkan pelang peringatan,” tandasnya. (ari)