Zona Merah Meluas di Kabupaten Bima

0

Bima (Suara NTB) – Penyebaran virus Covid-19 di wilayah Kabupaten Bima terus bertambah dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya sebaran kasusnya hanya lima Kecamatan berstatus zona merah, tapi sekarang bertambah jadi delapan Kecamatan.

Jumlah itu berdasarkan data Satgas penanganan Covid-19 Kabupaten Bima, tertanggal 26 Juli 2021. Delapan dari 18 Kecamatan di Kabupaten setempat yang berstatus zona merah tersebut antara lain Sanggar, Ambalawi, Bolo Palibelo, Sape, Monta, Woha dan Belo.

Sementara jumlah kasus yang terkonfirmasi positif sebanyak 989 orang. Yang dinyatakan sembuh 680 orang dan meninggal dunia 35 orang. Sementara yang masih menjalani isolasi dan perawatan sampai saat ini sebanyak 274 orang.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bima, Rifai S.Sos. M.AP mengakui sebaran wilayah di Kabupaten Bima yang berstatus zona merah delapan Kecamatan. Meski begitu, skala Kabupaten Bima masih berstatus zona orange.

“Ada delapan Kecamatan berstatus zona merah. Namun skala Kabupaten, kita sudah turun ke zona orange atau level 3 pada 3 hari yang lalu,” katanya, Selasa, 27 Juli 2021.

Ia mengaku bertambahnya wilayah zona merah itu seiring meningkatnya jumlah kasus dalam beberapa hari terakhir. Kondisi itu tidak hanya di wilayah Kabupaten Bima tapi di daerah lain di NTB.

“Kasus Covid-19 sifatnya fluktuatif atau naik turun. Kondisi ini tidak hanya di Bima atau NTB tapi di Indonesia pada umumnya,” ujarnya.

Rifai menambahkan, penyebab lain meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Bima karena masifnya kegiatan 3T yakni pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing) dan perawatan (treatment) yang dilakukan pihaknya.

“Penyebab lain juga dampak dari tidak disiplinnya masyarakat menerapkan 5M dan protokol kesehatan (prokes),” terangnya.

Obat Cukup, Oksigen Kurang

Rifai yang juga Plt. Sekretaris Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima ini mengaku ditengah jumlah kasus yang terus meningkat persediaan obat-obatan masih cukup. Hanya stok tabung oksigen yang berkurang.

“Untuk saat ini obat-obatan masih cukup. Hanya tabung oksigen yang kurang. Stoknya bisa tersedia untuk 2 hari saja,” ujarnya.

Ia mengaku berkurangnya stok oksigen itu seiring membludaknya pasien yang terkonfirmasi Covid-19. Saat ini jumlahnya sudah mencapai ratusan orang dan masih menjalani isolasi atau perawatan di RSUD Bima dan Sondosia. “Pasien Covid-19 yang terus bertambah membuat stok oksigen berkurang,” ujarnya.

Untuk mengatasi hal itu, Rifai mengaku pihaknya akan memasok tambah lagi. Selain itu, juga meminta bantuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB.

Selain meminta bantuan tabung oksigen, Ia menambahkan pihaknya juga meminta bantuan tim medis atau Nakes ke Pemprov NTB untuk mendukung program darurat bencana Covid-19 di RSUD Sondosia.

“Nakes kita masih kurang. Saat ini ada tujuh perawat yang dikirim Pemprov untuk ditempatkan di RSUD Sondosia. Mereka mulai bertugas 24 Juli 2021 dalam waktu yang tidak ditentukan,” pungkasnya. (uki)