Tiga Kali Putus, Warga Minta Jembatan Selengen – Gumantar Diprioritaskan

0
Tiap musim hujan dalam tiga tahun terakhir, jembatan penghubung Selengen - Gumantar putus akibat banjir. (Suara NTB/ist)

Tanjung (Suara NTB) – Jembatan penghubung Desa Selengen dan Desa Gumantar (Kecamatan Kayangan) menjadi langganan ancaman banjir tiap musim hujan. Dalam tiga tahun musim hujan (2019-2021), tiga kali pula jembatan ini putus.

Kondisi jembatan itu, kini berada di tengah-tengah aliran sungai di Dusun Dompo Indah, Desa Selengen. Akses jalan penghubung di timur dan barat jembatan tersebut sudah tersapu banjir bandang di aliran sungai tersebut.

Menurut tokoh masyarakat setempat, Luji Hartono, Minggu, 31 Januari 2021, jembatan kembali putus pada Sabtu, 30 Januari 2021. Masyarakat sudah mendapati jembatan sudah terisolir dari dua ruas jalan karena derasnya air sungai. Volume air naik akibat hujan pada Jumat hingga Jumat malam.

“Jembatan ini peninggalan program MP3KI dari PNPM tahun 2014. Sarana ini akses penghubung terdekat satu-satunya masyarakat Desa Selengen ke Desa Gumantar. Karena ini rusak, masyarakat sekarang harus memutar berkilo-kilo meter ke Gumantar melalui jalan nasional,” ungkap Luji.

Luji menyebut, jembatan memiliki panjang sekitar 20 meter, lebar 4 meter. Oleh PNPM, jembatan dibangun dengan dana senilai kurang lebih Rp 1,5 miliar. Jembatan mulai rusak sejak gempa bulan Juli 2018. Apalagi ketika itu, ruas jalan di timur jembatan amblas akibat gempa.

“Kami berharap jembatan ini segera dibangun ulang. Tiap tahun jembatan ini kami suarakan tetapi belum pernah mendapat tanggapan serius dari instansi terkait,” tandas mantan Kadus Dusun Tangga ini.

Menanggapi persoalan itu, Plt. Kepala Dinas PUPR KPU, Kahar Rizal, ST., melalui Kasi Jalan dan Jembatan, Bambang Gunawan, ST., mengakui jembatan penghubung dua desa di Kayangan itu sudah tidak stabil sejak gempa 2018. Pascagempa itu, Dinas PUPR sudah pernah menurunkan alat berat untuk merekondisi tanah di ujung jembatan.

“Tiap musim hujan, volume debit air melebihi kapasitas daya tampung air, sehingga air di sungai itu melewati jembatan. Maka solusinya, harus dibuatkan jembatan baru dengan trase jalan yang diubah, karena kalau diperbaiki (jembatan eksisting) pasti rusak lagi,” jelasnya.

Ia memastikan, dengan mengubah jalur jalan dan membangun jembatan baru, membutuhkan komitmen anggaran. Pihaknya belum bisa menaksir kebutuhan dana yang dibutuhkan. “Butuh komitmen semua pihak, baik TAPD dan Dewan. Karena anggaran yang dibutuhkan sangat besar. Jadi ada dua jembatan yang kami usulkan, yaitu jembatan Dompo Indah (Selengen) dan jembatan Batu Rimpang Kebaloan menuju Senaru,” tandasnya. (ari)