Tidak Hanya Pipa Putus, Sumber PDAM Dompu Juga Tertutup Sedimen

0
Agus Supendi (Suara NTB/ula)

Dompu (Suara NTB) – PDAM Kabupaten Dompu menerapkan sistem gilir saat mendistribusikan air kepada pelanggannya. Kebijakan ini sebagai akibat dari terbatasnya air yang diterima PDAM dari IPA Rora dan IPA Selaparang. Di IPA Rora, saluran sumber air baku tertutup sedimentasi dan IPA Selaparang akibat putusnya 2 pipa penghantar di Kamudi Rababaka.

Air yang diperoleh dan didistribusikan kepada pelanggan dari IPA Selaparang hanya 15 liter per detik dari kapasitas 40 liter per detik. Sementara IPA Rora dari kapasitas 100 liter per detik hanya menghasilkan 35 liter per detik. “Sedimen menutup saluran di embung Rora. Bentangannya ratusan meter, sehingga harus menggunakan eksa (alat berat) untuk normalisasi,” kata Direktur  PDAM Dompu, Agus Supendi, SE kepada Suara NTB, Senin, 27 Desember 2021.

Kondisi ini membuat PDAM harus menggilir mendistribusikan air ke pelanggan. Untuk pelanggan dari IPA Rora, dibagi antar bagian barat dan kota. “Seperti malam ini kita alirkan ke wilayah barat Bali, Karijawa dan Simpasai. Praktis wilayah kota mati total airnya sampai besok jam lima sore,” jelasnya.

Sementara untuk IPA Selaparang yang hanya mendapat air 15 liter per detik, itu cukup hanya untuk wilayah Selaparang. Belum lagi ada kebocoran di Rababaka, sehingga air yang sampai ke IPA Selaparang semakin terbatas. “Kebocoran akan kita perbaiki sekaligus dengan saat penyambungan pipa di pipa penangkap Kamudi. Karena itu harus dimatikan total aliran airnya,” ungkap Agus.

Kondisi ini, kata Agus membuat pihaknya dilematis. Warga akan mengejar karena ndak kebagian air dan pelanggan enggan membayar air.

Namun Agus mengaku, masih mengurus administrasi agar pipa penangkap air di Kamudi yang putus diterjang banjir ditangani melalui dana tanggap darurat. Dari tiga pipa, tinggal satu pipa yang baik. Sisanya putus, sehingga akan ditangani kembali melalui dana tanggap darurat. ‘’Itu harus diturunkan alat berat, karena harus gali sampai tiga meter di bawah sungai, baru diberi pemberat,” terangnya.

Untuk IPA Rora, saluran penangkap airnya dipenuhi sedimentasi akan ditangani BWS NT 1 yang sedang melakukan normalisasi saluran.

Karena di lokasi sedimentasi tersebut masih menjadi bagian dari paket pekerjaan yang sedang dilakukan BWS NTB 1. ‘’Masih ada tanggungan BWS yang belum diselesaikan, termasuk di saluran penangkap,’’ ungkapnya. (ula)