Terapkan Prokes, Perpustakaan SMAN 1 Mataram Tetap Layani Pengunjung

0
Suasana Perpustakaan SMAN 1 Mataram. Pengunjung yang masuk ke Perpustakaan SMAN 1 Mataram harus menerapkan prokes. Tampak tanda silang yang menandakan pengunjung tidak boleh duduk di tempat ini. (Suara NTB/ist)

Mataram (Suara NTB) – Keberadaan perpustakaan di sekolah sekolah akan menentukan mutu siswa dan sekolah tersebut. Oleh karena itu, pengadaan buku buku referensi juga harus didukung untuk meningkatkan mutu dan sekolah termasuk siswa dan guru.   Begitu juga di Perpustakaan SMAN 1 Mataram,  pengadaan buku-buku referensi jadi prioritas, terutama dalam upaya meningkatkan mutu siswa dan sekolah.

Demikian disampaikan Kepala Perpustakaan SMAN 1 Mataram Murni Kurnia, S.Pd., M.M., pada Suara NTB, Kamis, 26 Agustus 2021. Selain itu, pelayanan pada pengunjung yang terdiri dari siswa dan guru tetap jadi prioritas dengan menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang nyaman, bersih dan koleksi buku tertata rapi, sehingga membuat pengunjung betah membaca.

Meski demikian pada masa pandemi Covid-19 ini, pengunjung yang masuk ke perpustakaan sekolah harus menerapkan protokol kesehatan (prokes). Apalagi pihak perpustakaan sudah menyediakan hand sanitizer di pintu masuk dan meja pelayanan. Tidak hanya itu, saat pengunjung berada di ruang baca perpustakaan harus tetap menjaga jarak, memakai masker dan duduk di tempat yang sudah ditentukan. Pihaknya juga memberi tanda silang merah di meja baca dengan tujuan pengunjung tidak boleh duduk di tempat itu.

Diakuinya, Perpustakaan SMAN 1 Mataram selama ini banyak melakukan kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan literasi dan mutu siswa. Namun, pelaksanaan kegiatan ini masih belum didukung oleh kebijakan  penentu anggaran dalam hal ini pengadaan buku wajib yang kurang dan pembelian buku pendamping.

‘’Pengelola perpustakaan sudah sangat memahami bagaimana menyusun rencana kerja perpustakaan sekolah dan mendayagunakan bahan pustaka kepada peserta didik serta melayani kebutuhan siswa,’’ klaimnya.

Untuk itu, pihaknya berusaha meyakinkan pihak sekolah, jika perpustakaan merupakan salah satu upaya menentukan mutu para siswa dan sekolah. Namun itu, bisa tercapai, jika menyediakan buku teks utama seperti yang tertuang dalam lampiran satu pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bahwa ada biaya pengembangan perpustakaan dalam bentuk pemenuhan buku utama setiap peserta didik memenuhi rasio satu buku untuk peserta didik.

“Buku wajib masih sangat kurang karena jumlah siswa setiap tahun meningkat dari 10 rombongan belajar (rombel) menjadi 12 rombel, belum lagi buku yang dipinjam siswa ada yang hilang atau rusak. Saya sebagai kepala perpustakaan sudah mengajukan pembelian buku untuk buku utama dari dana BOS tetapi belum dianggarkan oleh pemangku kebijakan sekolah,’’ akunya. (ham)