Tantangan Pengelolaan SLB

0
Agung Wijayanto (Suara NTB/ron)

Mataram (Suara NTB) – JUMLAH siswa di satu Sekolah Luar Biasa (SLB) yang cenderung berlebih dan melebihi jumlah ideal rasio guru dan siswa menjadi salah satu tantangan bagi pengelola SLB. Penambahan SLB baru diyakini bisa menjawab kebutuhan tersebut.

Ketua Forum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SLB se-Pulau Lombok, Drs. Agung Wijayanto, M.Phil.SNE., yang juga Kepala SLBN 1 Mataram ditemui di ruang kerjanya, Selasa, 23 Maret 2021 menyampaikan, rata-rata di SLB yang berada di daerah perkotaan jumlah siswa yang diterima melebihi kapasitas atau rasio ideal siswa SLB.

“Khusus untuk di sekolah kami dan beberapa SLB lainnya, tantangannya kebanyakan siswa, sementara tenaga pengajar terbatas, ruangan juga sangat terbatas,” ujar Agung.

Menurutnya, idealnya jumlah siswa dalam satu rombongan belajar di SLB sebanyak lima sampai delapan peserta didik. Namun kondisi yang terjadi, sering kali jumlah siswa dalam satu rombongan belajar melebihi dari delapan peserta didik. Meski demikian, SLB tidak boleh menolak menerima peserta didik.

“Bagaimana pun juga karena kami SLB tidak ada aturan menolak pesera didik, siapun yang datang, bagaimana pun kondisinya harus diterima,” katanya.

Kondisi tersebut diakunya perlu penanganan serius. Pihaknya sudah berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB. Pihak Dikbud NTB juga sudah mencari cara untuk mengatasi permasalahan ini, antara lain dengan dibangunnya sejumlah SLB baru.

“Kalau sudah operasional SLB baru, rata-rata yang ada di sini (SLBN 1 Mataram) bisa bersekolah di SLBN 3, karena ada siswa yang dirumahnya di daerah Perampuan Lombok Barat memilih ke SLBN 1 Mataram,” ujar Agung.

Menurutnya, kondisi banyak siswa mendaftar karena SLB tidak ada aturan zonasi. Siapa pun harus diterima, syaratnya anak itu tergabung ke kelompok anak berkebutuhan khusus.

“Untuk SLB itu unik berbeda dengan sekolah-sekolah lain, tetapi bagaimanaun juga untuk delapan standar nasional pendikan dari pemrintah kami tetap memenuhi itu, tentu dengan kapasitas sesuai karakteristik yang unik. Kami di sini urus dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB, jadi agak rumit,” jelas Agung.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus-Pendidikan Layanan Khusus (PK-PLK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Hj. Eva Sofia Sari, S.Pd., M.Pd., mengakui, diperlukan perbaikan dan penambahan sarana fisik pada SLB di NTB. Ada beberapa sarana yang menjadi prioritas antara lain penambahan ruangan kelas, ruang keterampilan, pagar, dan asrama.

Tingginya animo masyarakat menyekolahkan anaknya di SLB membuat pemerintah membuka beberapa sekolah baru. Ada dua SLB baru di NTB yaitu SLBN 3 Lombok Timur dan SLBN 4 Lombok Tengah pada tahun ajaran 2020/2021 sudah bisa digunakan.

Selain itu, Dikbud NTB juga akan membuka SLBN 3 Mataram, yang ditargetkan akan dibuka pada tahun ajaran 2021/2022. Direncanakan gedung itu akan dibangun di Jalan Lingkar Selatan Kota Mataram. (ron)