Tanaman Rusak, Petani Tembakau Loteng Pasrah

0

Praya (Suara NTB) – Tingginya intensitas hujan belakangan ini diakui cukup membuat para petani di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) pusing. Meski belum banyak yang terkena dampak, namun bagi yang terkena dampak harus menanggung kerugian cukup besar. Dengan besaran antara Rp12 sampai Rp15 juta per hektare. Petani di daerah ini pun mengaku pasrah dengan kondisi yang terjadi.

“Nilai kerugian ini dihitung sesuai biaya yang harus dikeluarkan oleh petani tembakau untuk menggarap lahan sampai proses tanam tembakau,” tutur Samul Rizal, petani tembakau asal Desa Mangkung Kecamatan Praya Barat, Selasa, 29 Juni 2021. Nilai kerugian tersebut bisa bertambah kalau tanaman tembakau petani sudah besar. Karena di situ sudah masuk biaya pemupukan dan lainnya.

Diakuinya, kondisi curah hujan yang cukup tinggi pada musim kemarau tahun ini memang di luar perkiraan. Petani pun dalam hal ini tidak bisa berbuat banyak, karena memang itu persoalan alam. Artinya, petani hanya bisa pasrah dengan kondisi cuaca yang ada. Sembari berharap kondisi cuaca bisa kembali bersahabat bagi para petani tembakau. “Mau bagaimana lagi, ini sudah di luar kemampuan kami sebagai petani. Ini persoalan alam, jadi kita hanya bisa berharap masih ada yang bisa diselamatkan,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Desa Bonder, Slamet Riadi, menambahkan, dari laporan yang diterima khusus Desa Bonder total ada sekitar 10 hektare lahan tanaman tembakau yang terkena dampak anomali cuaca. Dengan 75 persen di antaranya sudah tidak bisa diselamatkan. Menyusulnya tingginya intensitas hujan.

Namun demikian, secara umum petani tembakau di wilayahnya juga sudah memahami kondisi yang ada. Dalam artian, petani juga sudah paham bahwa pasti ada resiko yang muncul. Sehingga petani tidak terlalu menuntut harus ada kompensasi yang diberikan oleh pemerintah terhadap kondisi bencana yang ada. “Tapi kalau pun ada kompensasi, pertani tetap berharap. Paling tidak bisa mengurangi kerugian yang dialami petani tembakau, walaupun kecil,” sebutnya.

Ia mengatakan, petani tembakau di wilayahnya hampir seluruhnya petani tembakau swadaya. Jadi semua biaya itu dikeluarkan sendiri oleh petani. Karena memang luas tanam tembakau masing-masing petani tidak begitu luas. Paling luas sekitar 70 are. Jadi masih mampu ditanggulangi dengan modal sendiri.

Tidak ada yang sampai berhektare-hektare yang tentunya butuh biaya dan modal besar, sampai petani harus mengajukan pinjaman ke bank atau ke pihak lainya. “Bicara dampak masih taraf wajar. Dan, petani sudah paham itu, ini bagian dari resiko menanam tembakau,” tandasnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Sekda Loteng, H. Moh. Nazili, S.IP., yang dikonfirmasi terkait potensi kerugian yang dialami petani tembakau dampak anomali cuaca, mengaku pemerintah daerah tetap akan berupaya membantu petani. Mencarikan solusi untuk bisa mengurangi kerugian yang dialami. Walaupun nantinya tidak sesuai harapan petani.

“Nanti persoalan ini akan coba kita diskusikan dengan dinas terknis terkait, soal kemungkinan bantuan apa yang bisa diberikan kepada petani tembakau yang terdampak anomali cuaca. Kendati tidak terlalu besar, paling tidak ada bentuk perhatian dari pemerintah daerah,” timpal Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Loteng ini. (kir)