Kunjungan Wisata Tak Beri Kontribusi Besar Terhadap Ekonomi NTB

0

Mataram (Suara NTB) – Sektor pariwisata yang disebut-sebut mendatangkan manfaat yang demikian besar rupanya belum mampu menjawab ekspektasi banyak pihak. Terbukti tahun 2016 lalu, kunjungan pariwisata tak memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi NTB.

Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional (KER) yang dirilis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Kamis, 9 Maret 2017 kemarin, Secara kumulatif, tahun 2016 sektor  Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil (PBER) mengalami perlambatan, dari 6,53 persen (yoy) tahun 2015 menjadi 7,66persen (yoy) pada tahun 2016.

Sektor PBER yang didominasi sub-sektor perdagangan besar & eceran, secara akumulatif sepanjang tahun 2016 tumbuh sebesar 7,66persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 5,43persen (yoy).

Tingkat kunjungan wisatawan yang tinggi pada tahun 2016 belum mampu mendorong pertumbuhan sektor PBER secara keseluruhan.

Kepala Perwakilan BI NTB, Prijono dikonfirmasi melalui Humas menjelaskan, pada triwulan IV 2016 perlambatan sektor PBER terkonfirmasi dari indikator penjualan kendaraan bermotor total (mobil dan motor) secara nilai menunjukkan penurunan sebesar 21,39 persen (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,27persen (yoy).

Secara tahunan perlambatan sektor PBER tahun 2016 juga terkonfirmasi dari melambatnya pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor total (mobil dan motor) secara nilai, dari 8,39persen (yoy) di tahun 2015 menjadi 3,17persen (yoy).

Tingkat kunjungan wisatawan secara langsung juga dapat terlihat dari perkembangan sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (PAMM). Pada triwulan IV 2016, sektor PAMM tumbuh melambat sebesar 7,77 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III 2016 sebesar 10,43 persen (yoy). Hal ini sejalan dengan perkembangan tamu hotel bintang yang melambat pada triwulan IV 2016.

Sektor akomodasi & makan minum (PAMM) secara keseluruhan di tahun 2016 meningkat signifikan sebesar 10,44 persen (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,65 persen (yoy).

Selanjutnya pada triwulan I 2017 pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan oleh bank Indonesia akan melambat, seiring perkiraan perlambatan kinerja ekspor dan investasi. Hal ini terkait dengan tertundanya izin ekspor konsentrat hingga Februari 2017.

Selain itu, investasi diperkirakan belum optimal pada triwulan I 2017, seiring dengan belum optimalnya belanja investasi pemerintah pada triwulan I 2017. Secara sektoral, sektor Pertambangan dan Penggalian diperkirakan akan mengalami penurunan seiring dengan tertundanya izin ekspor konsentrat.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB non-tambang diperkirakan meningkat di triwulan I 2017.

Sumber pertumbuhan di triwulan IV 2016 diperkirakan berasal dari meningkatnya konsumsi rumah tangga yang kemudian diperkirakan akan menggerakan pertumbuhan sektor perdagangan.

Perkiraan peningkatan ekonomi non tambang ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) memperkirakan adanya peningkatan kegiatan dunia usaha di triwulan I 2017.

Berbedanya perkiraan arah pertumbuhan ekonomi NTB dengan perhitungan sektor tambang dan tanpa perhitungan sektor tambang disebabkan oleh pangsa sektor Pertambangan yang besar dibandingkan sektor lainnya, yaitu sebesar 19,2persen.

Terkait dengan risiko cuaca, mulainya musim kemarau diprediksi oleh BMKG Provinsi NTB akanberbeda di beberapa wilayah di Provinsi NTB, dimulai pada akhir bulan Maret sampai dengan bulanMei 2017.

Setelah bulan Mei 2017, BMKG Provinsi NTB akan mencermati kemungkinan adanya El Nino atau normal. Risiko kekeringan patut diwaspadai di Provinsi NTB pada tahun 2017, karena berpotensi mempengaruhi produksi pertanian terutama tanaman pangan. Beberapa langkah dapat dijalankan untuk memitigasi risiko ini antara lain optimlisasi jaringan irigasi, pembangunan infrastruktur pengairan, evaluasi tata ruang untuk pengaturan lahan, pengembangan sistem informasi peringatan dini banjir atau kekeringan yang bekerja sama dengan BMKG, penyesuaian tata guna lahan, dan peningkatan sumber daya manusia khususnya dalam pemahaman perubahan iklim, serta adaptasi teknologi. (bul)