Syarat IPK Daftar Masuk S2 Naik Jadi 3.0

0

Mataram (Suara NTB) – Jika tahun-tahun sebelumnya syarat masuk ke jenjang pendidikan S2 (pascasarjana) harus mempunyai nilai IPK 2,7, maka ke depan syarat itu akan naik menjadi 3.0.

“Unggul prestasi bisa dilihat dari nilai IPK. Untuk bisa eksis IPK itu kedepan sudah naik jadi 3.0 untuk bisa S2 kalau dulu hanya 2,7,” demikian disampaikan Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, Dr. Abdul Quddus, MA., saat menjadi pembicara kuliah umum di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, kemarin.

Oleh sebab itu, Abdul Quddus mengingatian para mahasiswa agar senantiasa berprestasi, termasuk memperhatikan nilai IPK pada setiap semesternya. Dia juga berharap mahasiswa tidak gagap teknologi yang bisa menyebabkan tidak bisa mengisi sistem akademik yang kini sudah beralih online.

Lebih jauh Abdul Quddus mengungkapkan, sebagai mahasiswa harus mampu menempatkan diri pada posisi yang tepat. Mahasiswa bukan lagi siswa. Mahasiswa berada di atas siswa. Maka aktivitas yang lahir pun harus berbeda.

“Perguruan tinggi berbeda dengan ketika di SMA. Di perguruan tinggi tidak hanya pendidikan tapi juga penelitian dan pengabdian atau tridharma perguruan tinggi. Pendidikan harus ditempuh maksimal 14 semester atau selama 7 tahun. Penelitian tentu ada skripsi, pengabdian ada KKN KKP. Itu yang menjadi kewajiban mahasiswa dan harus berhasil disini,” urainya.

Meski diberikan jatah hingga semester 14, namun baiknya tidak melewati empat tahun atau 8 semester. Tentu saja mahasiswa harus berpacu.

“Wisuda terakhir kemarin prodi di FTK yang wisudawan terbaik dan langsung mendapatkan beasiswa. Ini harus jadi target mahasiswa. Bisa harus cepat lulus,” tegasnya.

Meski demikian, mahasiswa tidak perlu juga memaksakan diri harus selesai tanpa miliki kemampuan apapun. Skill harus dimiliki mahasiswa.

“Tapi jangan juga ngejar target cepat cepat tapi tidak punya skill. Sehingga selain aktif di kelas juga harus aktif di luar kampus sebagai media untuk mencari pengalaman,” sebutnya.

Sementara di satu sisi jelasnya, yang jadi penghambat biasanya untuk mewujudkan hal tersebut ialah adanya sikap apatisme pada mahasiswa, sehingga menyebabkan mahasiswa tidak punya target. Kurang menghargai waktu secara efektif dan efisien untuk aktivitas akademik.

Abdul Quddus menyarankan agar mahasiswa memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menghasilkan hasil yang maksimal sesuai target. Termasuk harus mengurangi jam istirahat di kos.

“Mahasiswa jangan terlalu banyak tidur, harus banyak belajar di perpustakaan atau habiskan waktu di masjid, jangan berlama lama di kos. Kos hanya untuk istirahat ketika kita ngantuk saja,” katanya. (dys)