Demam Berdarah Kembali Serang Sumbawa

0

Sumbawa Besar (Suara NTB) – Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menyerang Kabupaten Sumbawa. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dikes) Sumbawa, dari Januari hingga pertengahan Februari ini tercatat sebanyak 13 kasus DBD yang terjadi. Tahun sebelumnya, pada periode yang sama, kasus DBD malah kasusnya lebih besar.

Sekretaris Dikes Sumbawa, Junaidi, A.Pt., M.Si yang didampingi Kasi P2P, Suhardi, S.H membenarkan hal tersebut. Dari jumlah kasus, terbanyak di wilayah Kecamatan Sumbawa terdiri dari tiga kasus di Puskesmas Unit I Sumbawa dan dua kasus di Puskesmas Unit II Sumbawa. Sisanya satu kasus di Batulanteh, dua kasus di Unter Iwes, empat kasus di Labuhan Badas dan satu kasus di Utan. “Dari Januari hingga Februari ini ada 13 kasus DBD yang terjadi,” ujarnya.

Dijelaskannya, belasan penderita DBD ini usianya 5 sampai 14 tahun. Dimana dimungkinkan mereka digigit nyamuk di siang hari saat mereka masih berada di sekolah. Guna mengantisipasi hal ini, pihaknya sudah bekerjasama dengan Dinas Dikbud Kabupaten Sumbawa melalui sekolah-sekolah. Di mana pihaknya bersama Puskesmas sudah turun melakukan penyuluhan ke sekolah baik SD maupun SMP, memberikan pemahaman tentang DBD ini. Sehingga dengan adanya pemahaman, maka mereka bisa menjaga lingkungan masing-masing. “Kami sudah turun melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah. Karena kebanyakan kasus ini terjadi di usia anak SD hingga SMP,” terangnya.

Junaidi mengakui kasus DBD ini mengalami penurunan yang cukup drastis jika dibandingkan dengan waktu yang sama di tahun sebelumnya. Di tahun 2017 lalu dari bulan Januari hingga Februari jumlah kasus DBD mencapai 138 kasus. Sementara di tahun 2018 ini jumlah kasus yang ada hingga Februari sebanyak 13 kasus. “Tahun lalu yang membuat tinggi karena ada kasus  di Labuhan Terata, Desa Labuhan Kuris, Kecamatan Lape sebanyak 75 kasus. Di sana sumber air terbatas dan hanya ada satu pompa air. Sehingga masyarakat menampung air dalam jumlah yang besar. Jadwal mereka mendapatkan air sekali dalam sebulan. Kemungkinan bak tersebut tidak ditutup rapat dan tidak dikuras. Sehingga disitulah berkembangnya nyamuk. Alhamdulilah dengan penyuluhan yang terus kita lakukan saat itu, dan kesadaran masyarakat sudah meningkat dalam waktu yang sama tahun ini sangat drastis penurunannya. Jumlah kasusnya sekarang hanya sepuluh persen dari waktu yang sama tahun lalu,” tandasnya.

Menyinggung tahun 2017, ia menyebutkan jumlah kasus DBD dari bulan Januari hingga Desember sebanyak 302. Dua orang di antaranya meninggal dunia di Usar Mapin dan Lantung Padesa, karena terlambat dibawa ke Puskesmas untuk diobati. Dari jumlah kasus, yang paling menonjol terjadi di iga kecamatan yakni Kecamatan Sumbawa 78 kasus dengan jumlah tertinggi di Kelurahan Bugis dan Seketeng. Kemudian Kecamatan Labuhan Badas sebanyak 42 kasus dan Kecamatan Unter Iwis 36 kasus. Sedangkan di kecamatan lain jumlahnya bervariasi. Tingginya kasus di tiga kecamatan ini dimungkinkan karena kepadatan penduduk. Kemudian karena lingkungan yang tidak dipelihara. Sehingga banyak tempat-tempat berkembang nyamuk DBD.

Pihaknya tetap menghimbau  agar masyarakat dapat berperan menjaga lingkungan masing-masing melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara Mengubur, Menguras, dan Menutup (3M). Cara ini diyakininya sangat efektiv dilakukan supaya nyamuk tidak bisa berkembang. Sedangkan untuk fogging sendiri diakuinya adalah upaya terakhir. “Pengasapan (Fogging) adalah upaya terakhir, karena hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak membunuh jentik. Hanya tiga hari dan radiusnya hanya 100 meter saja yang bisa kita fogging di satu titik. Ini tidak efektiv, karena tidak mungkin seluruh wilayah kita kontrol semua. Karena tidak bisa membunuh jentik. Sehingga kita mengedepankan upaya pencegahan melalu PSN dengan cara 3M. Upaya itu efektiv untuk membunuh jentik,” pungkasnya. (ind)