Pengungsi di Sumbawa Butuh Selimut dan Pakaian

0

Sumbawa Besar (Suara NTB) – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sumbawa beberapa hari terakhir merendam sejumlah kecamatan sejak Selasa, 7 Februari 2017 hingga Kamis, 9 Februari 2017 kemarin. Warga yang rumahnya terendam melakukan pengungsian di sejumlah tempat, meskipun sebagian besar kembali ke rumahnya. Namun berbeda dengan sejumlah warga asal Kelurahan Brang Bara yang terpaksa tetap mengungsi di Gedung Kartika Makodim 1607 Sumbawa.

Sejak banjir pertama hingga kemarin, warga yang mengungsi kian bertambah. Data terakhir sekitar 130 jiwa warga yang mengungsi. Terdiri dari warga Kelurahan Brang Bara dan Kelurahan Bugis. Selain makan alakadar, mereka juga tidur dengan alas yang seadanya.

Meskipun ada yang sempat menyelamatkan beberapa barang, namun ada juga yang tidak berhasil menyelamatkan sedikitpun harta bendanya. Bahkan ada beberapa warga yang rumahnya hanyut terseret banjir. Salah satunya, Sahabuddin, warga Kelurahan Brang Bara.

“Saya sudah mengungsi sejak banjir pertama hari Selasa Malam. Tadi rumah saya sudah hanyut terseret banjir. Tidak ada yang bisa saya selamatkan. Hanya anak dan istri saya saja,” katanya saat diwawancarai Suara NTB, Kamis, 9 Februari 2017 kemarin.

Menurutnya, ia hanya bisa pasrah dengan kondisi yang dialami. Sejak hari pertama ia bersama pengungsi lainnya tidur berjejer di gedung Kartika Makodim 1607 Sumbawa. Kesehariannya dan pengungsi lain makan dengan alakadar. Begitupula alas yang digunakan untuk tidur yang diakuinya sangatlah kurang. Termasuk pakaian yang diguanakan hanya yang melekat dibadannya.

“Baju hanya yang melekat di badan saja. Tidur juga dengan alas yang seadanya. Makanya kami sangat membutuhkan bantuan pakaian dan selimut. Apalagi di sini banyak juga perempuan dan anak-anak yang mengungsi,” ujarnya.

Diakuinya, selama mengungsi tidak ada aktifitas yang dilakukan. Ia tidak bisa berbuat banyak. Anaknya yang masih menginjak bangku sekolah dasar pun tidak bisa mengikuti aktifitas belajar mengajar, karena keadaan yang tidak memungkinkan. Kondisi yang dialaminya juga dirasakan pengungsi lainnya. Bahkan ada tiga pengungsi lainnya yang senasib dengannya. Rumah mereka terseret terbawa banjir. Mereka yakni Sahdan, M. Daud, dan Hairuddin. Termasuk Nasi seorang janda yang sebagian besar rumahnya jebol. Selain rumahnya jebol, Nasi juga keguguran saat banjir terjadi.

“Ibu Nasi keguguran saat banjir. Saat ini sedang di rumah sakit untuk mendapat perawatan,” kata Agus, seorang perwakilan RT di Kelurahan Brang Bara.

Agus menambahkan, mengenai kesehatan anak-anak di pengungsian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mengingat petugas puskesmas juga sering datang. Hanya saja selain pakaian dan selimut, ia berharap adanya dapur tetap di tempat pengungsian. Supaya pengungsi yang ada dapat memperoleh makanan dengan cepat.

“Kami harap ada dapur tetap di sini. Supaya pengungsi tidak lama menunggu makanan. Bisa langsung dimasak disini,” tukasnya. (ind)