Satu Guru Positif, Seorang Siswa Diarahkan Isolasi Mandiri

0
H. Mukhlis. (Suara NTB/ist)

Taliwang (Suara NTB) – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) telah mengevaluasi kegiatan belajar tatap muka (BTM) terbatas yang dilaksanakan sejak tanggal 4 Januari lalu. Hasilnya, satu orang guru dilaporkan positif Covid-19 dan seorang siswa lainnya diarahkan untuk menjalani isolasi mandiri.

“Laporan yang kami terima dari sekolah ada guru yang positif Covid. Terus ada juga siswa yang sementara diliburkan karena harus menjalani karantina mandiri,” terang kepala Dinas Dikbud KSB, H. Mukhlis kepada Suara NTB, Kamis, 21 Januari 2021.

Untuk guru yang teridentifikasi positif Covid-19, disebutkan H. Mukhlis berdasarkan laporan dari SMPN 1 Seteluk. Pihak sekolah menyampaikan, seorang tenaga pengajarnya tersebut telah dinyatakan positif sejak sebelum pelaksanaan BTM terbatas sehingga tidak tidak berpengaruh pada aktivitas sekolah. “Jadi guru yang positif itu sudah tidak masuk sejak tanggal 4 Januari. Sehingga aman lah sekolah dari kemungkinan penularannya,” katanya.

Demikian pula dengan seorang siswa yang diarahkan menjalani isolasi mandiri. Kejadian ini dilaporkan oleh SDN 1 Mura, kecamatan Brang Ene. H. Mukhlis menuturkan, siswa bersangkutan oleh sekolah telah diarahkan menjalani isolasi mandiri pasca seorang anggota keluarganya dinyatakan terpapar Covid-19.

“Jadi yang positif ayah si anak. Sehigga sekolah mengarahkan siswanya itu isolasi mandiri dulu sejak hari Rabu kemarin hingga 14 hari ke depan,” urai mantan Asisten I Setda KSB ini.

Selain dari laporan di atas, H. Mukhlis menyatakan, secara keseluruhan BTM di seluruh sekolah berjalan lancar dengan tetap mengikuti Prokes pencegahan Covid-19. “Kami sejak minggu pertama BTM dilaksanakan tetap mendampingi pak Wabup melakukan sidak. Alhamdulillah sekolah sangat tertib dengan ketentuan yang ada,” klaimnya.

Terakhir ia pun berharap, kepada seluruh selolah agar tetap memertahankan upaya pencegahan Covid-19 di lingkungan sekolah masing-masing. “Kita tentu tidak ingin karena sekolah lalai kemudian terjadi klaster. Ini akan merugikan kita semua terutama para siswa,” imbuhnya. (bug)