Revitalisasi Posyandu, untuk NTB Sehat Cerdas

0
Menimbang berat badan balita, merupakan salah satu kegiatan para Kader di Posyandu. Program Posyandu akan direvitalisasi sehingga kegiatan akan lebih luas. (Suara NTB/ist)

Mataram (Suara NTB) – Revitalisasi Posyandu, merupakan salah satu program unggulan yang dicanangkan  Pemprov NTB untuk mewujudkan misi NTB Sehat Cerdas sesuai RPJMD NTB Tahun 2019-2023. Program ini dijadikan prioritas karena didasari kenyataan bahwa NTB saat ini memiliki jumlah Posyandu  sebanyak  7.207 Posyandu. Bahkan di setiap desa bisa ditemukan tiga sampai empat posyandu.

Namun dari jumlah Posyandu yang sangat banyak tersebut, menurut Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr.Hj.Siti Rohmi Djalilah, M.Pd belum berkolerasi optimal dengan peningkatan ketahanan keluarga dan  kesehatan hidup anggota keluarga. Sehingga turut berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan atau kebahagiaan masyarakat.

‘’Hal tersebut antara lain karena kualifikasi dan mutu Posyandu kita, lebih banyak (58 persen) masih dalam kriteria strata pratama dan madya (pasif/kurang aktif). Sedangkan yang aktif  (purna-mandiri) hanya 52,9 persen,’’ katanya.

Karenanya, program revitalisasi Posyandu yang digiatkan Pemprov NTB bekerjasana dengan PKK dan seluruh stakeholder lainnya, kata Wagub yang lebih akrab disapa Umi Rohmi tersebut, akan menyasar pada upaya merubah atau merevitalisasi Posyandu pasif menjadi aktif.  Fungsi Posyandu yang selama ini hanya bergerak pada pelayanan menimbang berat bayi, memeriksa ibu hamil, dan ibu menyusui akan direvitalisasikan menjadi Posyandu keluarga.

Posyandu keluarga adalah terobosan dalam upaya menanggulangi masalah  kesehatan, dengan pendekatan keluarga  yang melaksanakan kegiatan secara rutin tiap bulan, dengan cakupan 5 Program utama. Yakni KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan Diare. Kegiatan tersebut juga akan diintegrasikan dengan  program dari lintas sektor, yaitu  Kelas Remaja, Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja (PUP), program Keluarga Sakinah, Ketahanan Pangan, Pertanian serta peran aktif tokoh agama (Dai Kesehatan).

Tidak cukup sampai disitu, kata Umi Rohmi. OPD yang memiliki program yang sama di tingkat desa juga akan disinergikan untuk mendorong terwujudnya inovasi pelayanan Posyandu mandiri tersebut.

Hal senada disampaikan Asisten III Setda NTB, Ir. Hj. Hartina, MM pada Rakor Pokjanal Posyandu tingkat Provinsi NTB, Senin (8/7).

Ia menegaskan Revitalisasi Posyandu  adalah peningkatan posyandu ke strata yang lebih baik.Yakni peningkatan status dari Posyandu Purnama & Mandiri menjadi Posyandu Keluarga. ‘’Satu Posyandu keluarga untuk satu desa atau kelurahan,’’ tegasnya.

Jadi semua Posyandu yang tersebar di Provinsi NTB diarahkan menuju Posyandu keluarga. ‘’Kami mengindentifikasi apa saja yang harus dilakukan dalam percepatan revitalisasi Posyandu ini,’’ ungkapnya. KemudiankKita akan turun ramai-ramai ke kabupaten/kota untuk melakukan pembinaan. ‘’Setelah itu dimonitoring dan dievaluasi,’’ imbuhnya.

Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A menambahkan Posyandu merupakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Tujuannya kata Eka, adalah memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, sekaligus mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

‘’Terlebih angka gizi buruk (stunting) di NTB masih rektif tinggi,’’ terangnya. Misalnya tahun 2017 masih mencapai 150 ribu anak, atau sekitar 37,2 persen. Meski mengalami penyusutan hingga 32 persen. Namun menurut  Eka, angka kasus sebanyak itu termasuk katagori buruk.  Sehingga upaya merevitalisasi Posyandu yang ada, perlu dipercepat guna memberi pembinaan dan pemantauan.

Bahkan dalam pandangannya, diperlukan advokasi dan sosialisasi pemanfaatan dana desa untuk Posyandu. Menurutnya dukungan anggaran dari dana desa sangat efisien guna mendukung segala kebijakan pelayanan kesehatan posyandu di desa.

Hal itu diamini Kepala Dinas BPMPD NTB Dr. H. Ashari SH. MH. Ia berjanji akan memperkuat  intervensi dana desa demi terwujudnya program reviltalisasi Posyandu ini. Sebab dana desa diberikan secara luas untuk peningkatan kesehatan dalam hal penguatan Pokjanal Posyandu. Namun di beberapa kecamatan dan kabupaten, anggaran untuk penguatan Pokjanal tidak terealisasi dengan baik. Hal itu menurut Azhari dikarenakan belum adanya regulasi sebagai landasan dari setiap kebijakan anggaran untuk memperkuat kegiatan Pokjanal Posyandu kesehatan.

Beberapa strategi yang akan ditempuh Pemda NTB untuk program revitalisasi Posyandu ini. Pertama, peningkatan strata Posyandu aktif (Purnama dan Mandiri) menjadi Posyandu keluarga. Dalam hal ini akan diperkuat proses identifikasi, pemetaan, pembinaan ke kabupaten kota dan kegiatan monitoring serta evaluasi lapisan Posyandu untuk mengukur keberhasilan lapisan posyandu yang akan direvitalisasi.

Kedua, pembentukan Pokja Posyandu tingkat desa. Akan dipilih anggota masyarakat yang bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk mengelola kegiatan Posyandu di tingkat (Pokjanal) sebagai kader.

Ketiga; Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai. Keempat, sistem informasi Posyandu melalui Revitalisasi Dasawisma. Kelima, menyiapkan aplikasi Sistem Informasi Posyandu (SIP).

Keenam, Konvergensi Penanganan Masalah Kesehatan yang difokuskan pada pelayanan kesehatan dasar untuk semua umur.  Bina Keluarga Balita (BKB), pembentukan kelas stunting dan kelas ibu hamil.  Juga melakukan sosialisasi zero waste, sosialisasi kebencanaan, sosialisasi pelestariaan lingkungan, sosialisasi PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan) dari tim DP3AP2KB. Sosialisasi bahaya narkoba dari tim BNN.  Sosialisasi manajemen keuangan keluarga oleh Bank Indoensia. Sosialisasi ketahanan keluarga, Pola Asuh Anak Remaja (PAAR) dan Posyandu awards. (r)