Rekor Baru, 2.342 Bencana Terjadi di Indonesia Tahun 2016

0

Mataram (suarantb.com) – Tahun ini, tepat kiranya jika Indonesia disebut negerinya bencana. Pasalnya, menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, tahun 2016 ini terjadi 2.342 bencana di Indonesia. Meningkat 35 persen dibanding tahun 2015.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan tahun ini menjadi rekor tertinggi kejadian bencana sejak tahun 2002. Sebagai perbandingan pada tahun 2015 terjadi 1.732 bencana, 2014 terjadi 1.967 bencana, 2013 terjadi 1.674 bencana dan 2012 terjadi 1.811 bencana.

“Dari 2.342 bencana itu, sekitar 92 persen adalah bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Selama 2016 terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, 7 erupsi gunung meletus dan 23 gelombang pasang dan abrasi,” paparnya.

Dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta jiwa mengungsi, 69.287 unit rumah rusak. Dimana 9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan, dan 2.311 unit fasilitas umum rusak.

Banjir adalah bencana yang paling banyak terjadi tahun ini. Selama 2016 terjadi 766 bencana banjir yang menyebabkan 147 jiwa meninggal dunia, 107 jiwa luka, 2,72 juta jiwa mengungsi dan 30.669 rumah rusak. Daerah rawan banjir juga meluas, yang menimbulkan terjadinya banjir besar yang sebelumnya belum pernah terjadi. Seperti banjir yang menimpa Pangkal Pinang, Kota Bandung, Kota Bima dan daerah lainnya.

Bencana banjir di Kota Bima memang menjadi bencana banjir terparah yang pernah terjadi dalam sejarah NTB. Sebanyak 33 kelurahan disapu air bah dan memaksa 104.378 jiwa mengungsi. Bahkan kerugian yang diderita nyaris mencapai Rp 1 triliun.
Namun, dalam catatan BNPB longsor menjadi bencana yang paling mematikan selama 2016. Longsor menyebabkan 188 jiwa meninggal dunia. Tingginya kerentanan longsor menyebabkan longsor menjadi bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa. Ada sekitar 40,9 juta jiwa masyarakat terpapar dari bahaya longsor.

Kasus kebakaran hutan dan lahan selama 2016 dapat dikendalikan dengan baik. Pencegahan yang dilakukan serius oleh Pemerintah dan Pemda telah menyebabkan jumlah hotspot menurun 80% dibandingkan tahun 2015.

Daerah-daerah langganan kebakaran hutan dan lahan, seperti di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan mampu dikendalikan sehingga kebakaran tidak meluas. Tidak ada daerah di Sumatera dan Kalimantan yang tertutup asap pekat tahun ini.

Sementara untuk bencana geologi, tahun ini terjadi 5.578 gempa bumi atau rata-rata 460 gempa setiap bulan dan 12 gempa diantaranya merusak. Gempa paling merusak adalah gempa Pidie Jaya pada 7 Desember 2016 yang menyebabkan 103 jiwa meninggal dunia, 267 jiwa luka berat, 127 jiwa luka ringan, 91.267 jiwa mengungsi, 2.357 rumah rusak berat, 5.91 rumah rusak sedang, 4.184 rumah rusak ringan dan kerusakan lainnya.

Sedangkan untuk bencana letusan gunung berapi, Sutopo melaporkan hingga saat ini terdapat 16 gunung api aktif. Satu gunung api berstatus Awas dan 15 lainnya berstatus Waspada. Selama tahun 2016, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara terus meletus. Sejak 2 Juni 2015 hingga sekarang, Gunung Sinabung tetap berstatus Awas.

Di NTB sendiri sempat terjadi erupsi gunung api aktif. Yakni Gunung Baru Jari, anak Gunung Rinjani yang sempat erupsi Oktober lalu. Dan mengakibatkan terganggunya penerbangan dari dan ke Lombok.

Meningkatnya potensi bencana ini, tentu menuntut upaya pengurangan risiko bencana perlu ditingkatkan. “Budaya sadar bencana masih cukup rendah. Jutaan masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah rawan bencana dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah. Ini yang perlu ditingkatkan,” tambahnya. (ros)