Puluhan CJH di Kota Bima Tarik Uang Pendaftaran

0

Bima (Suara NTB) – Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bima, mencatat 25 orang Calon Jemaah Haji (CJH) yang masuk daftar tunggu menarik uang pendaftaran. Terhitung mulai Januari-Mei tahun 2021. Penarikan terpaksa dilakukan karena beberapa persoalan, antara lain CJH menderita penyakit menahun serta ada kebutuhan keluarga yang cukup mendesak. Sementara CJH dengan jadwal keberangkatan tahun ini, dari 228 orang 10 di antaranya gugur setelah dinyatakan meninggal dunia.

Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU) Kemenag Kota Bima, H. M Syafii kepada Suara NTB di kantornya, Rabu, 2 Juni 2021 menyampaikan, ada banyak CJH di wilayah ini yang sudah menarik uang pendaftaran. Bahkan, dari 2.000an orang yang masuk daftar tunggu, tiap bulannya pasti ada yang memutuskan batal berangkat. “Untuk tahun ini saja sudah tercatat 25 orang yang memutuskan batal berangkat,” cetusnya.

Di antara puluhan orang yang memilih batal berangkat itu, sebagian besar alasannya memiliki keperluan yang cukup mendesak, seperti misalnya butuh uang untuk pernikahan dan pendidikan anak, juga terkadang akibat CJH menderita penyakit menahun. Upaya peninjauan sebelum menyetujui pembatalan tetap dilakukan, namun tak banyak yang bisa mengurungkan niat.

Selain pebatalan, lanjut M Syafii, tercatat 10 orang CJH dengan jadwal keberangkatan tahun ini yang gugur setelah dinyatakan meninggal dunia. Mereka rata-rata kalangan lanjut usia atau lansia.

Sesuai ketentuan, kekosongan tersebut telah disikapinya dengan pelimpahan porsi pada suami atau istri, anak dan saudara kandung dari almarhum. “10 orang itu sudah langsung terisi oleh anggota keluarganya, itu sesuai ketentuan,” jelasnya.

Menyinggung soal kejelasan keberangkatan haji tahun ini, ia tidak berani memastikan karena belum mendapat informasi lebih lanjut dari pemerintah pusat. Kalaupun diizinkan pemerintah Arab Saudi namun dengan kuota terbatas, menurut dia, ibadah haji baiknya ditunda sebagaimana tahun 2020. Pasalnya keputusan tersebut sangat berpeluang menimbulkan konflik sosial di tengah masyarakat. “Kalau tanggung lebih baik tidak. Kenapa? karena pasti akan ribut,” pungkasnya. (jun)