Pulihkan Ekonomi NTB 2021, Gelaran MotoGP dan Kerja Sama Antar Daerah Jadi Andalan

0
H. Amry Rakhman (Suara NTB/dok)

Mataram (Suara NTB) – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang 2020 minus sebesar 0,64 persen. Meskipun minus 0,64 persen, namun jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang minus sampai 2,07 persen.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) NTB, Dr. Ir. H. Amry Rakhman, M. Si., mengatakan pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi NTB ditargetkan sebesar 2 – 3 persen. Untuk mengejar target pertumbuhan sebesar itu, ia mengatakan gelaran MotoGP Mandalika 2021 dan realisasi kerja sama antar daerah untuk membuka peluang pasar menjadi andalan.

‘’Memang pertumbuhan ekonomi NTB negatif secara keseluruhan, tapi ada sektor-sektor yang masih bertumbuh. Seperti tambang, pertanian relatif stagnan tapi masih berproduksi. Yang membuat kontraksi besar itu adalah sektor pariwisata,’’ kata Amry dikonfirmasi Suara NTB, Minggu, 7 Februari 2021.

Sepanjang 2020, kata Amry, sektor pariwisata NTB memang lumpuh akibat pandemi Covid-19. Sehingga, itulah yang membuat terjadi kontraksi ekonomi NTB pada tahun 2020 sebesar 0,64 persen.

“Namun kontraksinya ndak sampai satu persen. Kita kontraksinya masih lebih rendah dibandingkan nasional yang mencapai minus 2 persen,” ungkapnya.

Amry mengatakan, program prioritas tahun 2021 adalah sektor pariwisata. Di mana, NTB akan menjadi tuan rumah gelaran MotoGP 2021 dan World Superbike (WSBK) di Sirkuit Mandalika.

‘’Dengan adanya event motoGP, ini yang kita harap bisa membangkitkan pertumbuhan ekonomi kita menjadi positif,’’ harapnya.

Jika sektor pariwisata bergerak dengan berbagai dukungan sarana dan prasarana pendukung. Maka sektor yang lain juga akan bergerak, seperti IKM dan UMKM, sektor perdagangan, dan transportasi, baik barang maupun orang.

‘’Maka secara keseluruhan bisa membuat ekonomi kita positif. Catatannya, apa yang sudah ada fondasinya di akhir tahun 2020, seperti kita memperkenalkan IKM/UMKM, dengan program industrialisasi,’’ ujarnya.

Selain itu, realisasi kerja sama dengan daerah lain, seperti Bali, Jawa Barat, Jawa Timur dan DKI Jakarta harus segera dirumuskan langkah kerja samanya. Pekan kemarin, dirinya mendampingi Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc., menjajaki peluang investasi dengan sejumlah pengusaha besar di Jawa Timur.

Seperti salah satu perusahaan mebel di Jawa Timur. Mereka butuh bahan baku kayu yang cukup banyak. Sedang dipersiapkan kerja sama dalam pengelolaan hutan tanaman industri sekaligus mereka melakukan reboisasi hutan.

“Kita juga berkunjung ke pabrik kertas, tisu, itu juga menimbulkan permintaan bahan baku, berikut peluang kita olah menjadi barang setengah jadi di NTB. Kita juga datangi perusahaan kapal api. Dia juga butuh bahan baku kopi dari seluruh Indonesia. Kita juga bisa ambil bagian di situ,” terang Amry.

Selain melakukan pembenahan secara internal, kata Amry, NTB juga membuka lebar peluang investasi untuk memulihkan ekonomi NTB tahun 2021. “Maka investasi dari luar provinsi kita rangsang. Supaya mereka bisa lebih enak berinvestasi,” katanya.

Amry mengatakan, pihaknya mengaku optimis pertumbuhan ekonomi NTB tahun 2021 akan bergerak positif. Karena akan banyak agenda nasional dan internasional yang akan digelar di NTB tahun ini.

‘’Itu kita perkirakan akan positif seiring dengan adanya agenda nasional dan internasional di NTB, khususnya berkaitan dengan MotoGP. Sampai saat ini, kita masih optimis bahwa MotoGP bisa kita laksanakan di sini. Karena koordinasi dan komunikasi terus dengan Pemerintah Pusat,’’ ujarnya.

Dengan gelaran MotoGP diharapkan sektor pariwisata NTB mulai hidup kembali. Selain itu, program industrialisasi juga terus digenjot.

‘’Kita targetkan 2 – 3 persen pertumbuhan ekonomi tahun 2021.  Tapi kalau lebih dari 3 persen, kayaknya berat. Kita optimis pertumbuhan ekonomi kita 2 – 3 persen dibandingkan kondisi kita 2020,’’ tandasnya.

Sebelumnya, BPS merilis, perekonomian NTB mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi selama tahun 2020 karena pandemi Covid-19. Ekonomi NTB tumbuh minus 0,64 persen. Tahun 2019 lalu, pertumbuhan ekonomi NTB sebesar 3,90 persen atau naik dari keadaan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang tumbuh negatif – 4,50 persen karena faktor gempa.

Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan IV-2020 tercatat minus 3,03 persen dibandingkan kondisi periode triwulan IV-2019.  Lapangan Usaha dengan laju pertumbuhan paling tinggi pada Triwulan IV-2020 adalah Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi, yaitu sebesar 12,07 persen dibandingkan kondisi Triwulan IV-2019 (y-on-y).

Sedangkan Lapangan Usaha dengan laju pertumbuhan paling rendah pada Triwulan IV-2020 adalah Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan, yaitu -28,72 persen dibandingkan kondisi Triwulan IV-2019 (y-on-y).

Beberapa catatan peristiwa yang dirangkum BPS NTB tahun 2020. Pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi terkontraksi. Hingga tanggal 2 Februari 2021, jumlah kasus terkonfirmasi covid-19 di Provinsi NTB 7.777 kasus.

Produksi padi triwulan IV-2020 turun 12,19 persen dibandingkan triwulan IV-2019. Selain itu, penurunan produksi juga terjadi pada tanaman hortikultura semusim dan tanaman hortikultura tahunan, utamanya tanaman cabai rawit.

Sementara jumlah penumpang angkutan udara pada triwulan IV-2020 turun 59,95 persen dibandingkan triwulan IV-2019 atau turun dari 428.044 orang menjadi 171.450 orang. Dibandingkan triwulan III-2020 jumlah tamu menginap triwulan IV-2020 turun sebesar 37,68 persen, yaitu turun dari 223.161 orang pada triwulan IV-2019 menjadi 139.079 orang pada triwulan IV-2020.

Demikian juga realisasi belanja pegawai APBD dan APBN Provinsi NTB Triwulan IV-2020 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV-2019. Realisasi APBD triwulan IV-2020 sebesar Rp3,3 triliun  meningkat dibandingkan dengan triwulan IV-2019 sebesar Rp3,1 triliun. Selama triwulan IV-2020, ekspor luar negeri mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV-2019 yaitu tercatat 359 juta USD pada triwulan IV-2020 sedangkan pada triwulan IV-2019 mencapai 69 juta USD.

Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh peningkatan ekspor konsentrat tembaga ke luar negeri. Dan impor dari luar negeri selama triwulan IV-2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan IV-2019 dari 63,9 juta USD pada triwulan IV-2019 menjadi 63,4 juta USD pada triwulan IV-2020.

Tiga besar lapangan usaha sumber kontraksi pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang 2020 adalah transportasi dan pergudangan -2,20 poin. Konstruksi -1,59 poin, dan perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor -0,72 poin. Sedangkan tiga besar lapangan usaha dengan sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tahun 2020, pertambangan dan penggalian 3,83 poin, jasa keuangan dan asuransi 0,39 poin, informasi dan komunikasi 0,31 poin.

Pertanian tumbuh -0,43 persen yang selama ini mendominasi sumber pertumbuhan. Perdagangan -4,97 persen, administrasi dan pemerintahan tumbuh 2,92 persen.  Jasa pendidikan tumbuh 0,82 persen. Industri tumbuh -2,48 persen, real estate tumbuh 1,04 persen,  jasa lainnya -6,20 persen. Selain itu,  jasa kesehatan dan kegiatan sosial -2,38 persen, jasa perusahaan -3,44 persen, pengadaan listrik 8,87 persen serta pengadaan air tumbuh 4,19 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang minus 0,64 persen termasuk dengan sektor tambang. Sepanjang 2020, pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan naik/tumbuh 27,65 persen. Namun, jika sektor tambang dihilangkan, maka ekonomi NTB terkontraksi atau minus sebesar 5,19 selama 2020. (nas)