Lokasi Pengungsian di Mataram Bertambah

0

Mataram (Suara NTB) – Pascagempa 6.9 skala richter pada Minggu, 19 Agustus 2018 malam, tim penanggulangan bencana Kota Mataram, langsung menggelar rapat, Senin, 20 Agustus 2018. Masalahnya, lokasi pengungsian semakin bertambah.

Skenario meminta warga kembali ke rumah pun dibatalkan. Camat dan lurah diminta kembali mendata warga yang tinggal di tenda pengungsian, karena titik pengungsian meluas.

Rapat tersebut dipimpin Ketua Tim Penanggulangan Bencana yang juga Wakil Walikota Mataram, H. Mohan Roliskana didampingi Sekda, H. Ir. Effendi Eko Saswito dan Asisten I, Lalu Martawang dan dihadiri camat dan lurah se – Kota Mataram.

Mohan mengatakan, tidak menyangka bahwa akan kembali terjadi gempa susulan berkekuatan 7.0 skala richter. Padahal, kondisi masyarakat sudah berangsur pulih dan kembali ke rumah masing – masing. Anomali alam ini tidak bisa diprediksi, sehingga masyarakat kembali eksodus dari tempat tinggal mereka.

Kembalinya warga ke tenda pengungsian diminta camat dan lurah untuk mengecek kembali. Termasuk sebaran titik kumpul yang berada di Kota Mataram. “Sedapat mungkin sebaran tidak sporadik dan diharapkan terkonsentrasi di satu titik. Saya minta Pak Camat dan Pak Lurah untuk mengecek kembali,” kata Mohan.

Pendataan pengungsi menurut Mohan, penting. Hal ini untuk memudahkan pendistribusian bantuan ke warga. Eksodusnya masyarakat kata dia, jelas berdampak pada kebutuhan. Ia melihat yang mendesak untuk distribusikan adalah tenda.

Oleh karena itu, Wawali menegaskan, agar lurah melakukan assesment dan mengkomunikasikan kembali kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan dikawal oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

“Saya minta jangan ada titik kumpul yang tidak pakai lampu. Kalau tidak ada penerang, silakan minta dipasangkan lampu sorot di Perkim,” tegasnya.

Kecenderungan masyarakat meninggalkan rumah pada sore hari ke tenda pengungsian harus dipastikan rumah ditinggalkan dalam kondisi aman. Mohan meminta lurah mengaktifkan kembali ronda malam. Kaling dan pemuda diberdayakan untuk memastikan keamanan di lingkungan.

Lurah Ampenan Utara, Saharuddin mengaku, titik pengungsian di wilayahnya semakin bertambah. Sebelumnya hanya 15 titik, pasca gempa bertambah menjadi 27 titik.

Penambahan titik pengungsian itu otomatis akan membutuhkan banyak terpal dan selimut. “Kemarin sudah pulang semua. Gempa tadi malam seperti orang pawai ta’aruf nyari tempat mengungsi,” ujarnya. Hal senada disampaikan Lurah Dasan Agung, Hambali. Warga berbondong – bondong kembali ke tenda pengungsian.

Menurut dia, paling penting adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang bergerak cepat merobohkan rumah warga di Jalan Gunung Pengsong yang mau roboh. Warga khawatir akan menimpa rumah di sebelahnya. (cem)