Rumah Siap Huni Korban Gempa Baru Terbangun 20 Unit

0
Rumah korban gempa di NTB (Suara NTB/dok)

Mataram (Suara NTB) – Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) NTB mengakui progres pembangunan rumah bagi korban gempa masih lamban. Terutama rumah instan sederhana sehat (Risha). Minimnya Risha yang terbangun siap huni akibat terbatasnya produksi panel Risha.

Untuk mempercepat pembangunan hunian tetap (huntap) bagi korban gempa, masyarakat diharapkan tak terpaku hanya memilih Risha. Tetapi ada juga model huntap lainnya yang tahan gempa seperti rumah kayu (Rika), rumah konvensional (Riko) dan rumah instan baja (Risba).

Kepala Dinas Perkim NTB, Ir. IGB. Sugihartha, MT mengatakan, dana stimulan untuk pembangunan huntap yang telah digelontorkan pemerintah pusat sudah mencapai Rp1 triliun lebih. Namun, rumah siap huni yang baru terbangun hingga saat ini baru 20 unit.

‘’Sehingga inilah barangkali yang menjadi terkesan ada gap. Bahwa uang yang sudah digelontorkan begitu besar  tapi rumah yang siap dihuni (terbangun) masih sangat terbatas,’’ kata Sugihartha dikonfirmasi di Mataram akhir pekan kemarin.

Meskipun rumah siap huni baru terbangun sebanyak 20 unit, Sugihartha mengatakan masyarakat yang sudah aktif membangun rumahnya saat ini sekitar 11.000 KK atau 950 kelompok masyarakat (Pokmas).

‘’Tentunya proses membangun ini panjang. Terbentuk kelompok masyarakat, sepakat dia membangun rumah jenis  apa, mempersiapkan administrasi, melaksanakan kegiatan. Sampai rumah itu jadi butuh 3 – 6 bulan,’’ ungkapnya.

Sugihartha menegaskan, penyaluran bantuan kepada masyarakat melalui Pokmas tidak ada tahapan. Proses pelaksanaan pembiayaan melalui Kementerian Keuangan secara kontinu digelontorkan.

Mantan Kepala Biro Administrasi Pembangunan dan Layanan Pengadaan Barang Jasa (AP dan LPBJP) Setda NTB ini mengatakan pihaknya terus memacu progres pembangunan huntap secara kuantitas. Pihaknya  berharap masyarakat tidak harus menunggu Risha karena model rumah lainnya juga banyak.

‘’Bisa rumah kayu, rumah konvensional dan rumah baja. Jangan hanya menunggu Risha saja. Karena panel terbatas, sehingga lama menunggu kalau Risha,’’ ucapnya.

Ia mengatakan, masyarakat yang rumahnya rusak berat memang paling banyak memilih Risha. Dengan terbatasnya produksi panel Risha, diharapkan masyarakat memilih model rumah lainnya.

Dari sisi anggaran, kata Sugihartha, pemerintah sudah siap. Namun tentunya anggaran yang digelontorkan sesuai kemampuan masyarakat untuk menangani pembangunan rumah tahan gempa.

‘’Seperti diketahui, alokasi anggaran sudah lebih Rp1 triliun digelontorkan oleh pemerintah. Namun di sisi yang lain, rumah yang sudah dapat dihuni baru kurang lebih 20 unit,’’ pungkasnya. (nas)