Lakukan Fungsi Bisnis dan Antisipasi Kerawanan Pangan

0

Dompu (Suara NTB) – Sebanyak enam gabungan kelompok tani (Gapoktan) binaan Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Dompu mulai melakukan rapat anggota tahunan (RAT). Gapoktan ini cukup membantu anggota, karena selain melakukan upaya mengantisipasi kerawanan pangan dan pengamanan harga pangan juga menjalankan usaha untuk pengembangan kelompok.

Gapoktan atau yang juga dikenal dengan LDPM (Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat) ini dimodali dari dana bantuan sosial (Bansos) pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB sejak 2009 dengan total Rp.250 juta setiap Gapoktan ini tetap aktif. Keenam Gapoktan binaan Dinas Ketahanan Pangan ini masing – masing Gapoktan Sonco Lopi Desa Sawe, Gapoktan Sopo Mama Desa Dorebara, Gapoktan Doro La Nggaja Kelurahan Kandai 1, Gapoktan Aton Jaya Kelurahan Kandai 2, Gapoktan Satando Amba Kelurahan Montabaru, dan Gapoktan Mamori Desa Kadindi Barat Kecamatan Pekat.

Kepala bidang Distribusi dan Cadangan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Dompu, Ir Eni Rohaeni yang didampingi Kasi Distribusi, Ir Lutfi, Selasa (21/3) mengungkapkan, masing – masing Gapoktan harus menyiapkan stok pangan di gudang cadangan pangan yang disediakan dari dana bansos tersebut minimal 2 ton. Cadangan pangan ini untuk membantu anggota ketika terjadi kegagalan panen dan kebutuhan anggota lainnya. “Anggota akan mengembalikan saat panen dengan gabah juga. Tapi sejauh ini belum ada anggota kelompok yang diberi bantuan karena gagal panen,” ungkapnya.

Kendati demikian, melalui program ini dapat menekan angka kekurangan cadangan pangan di tingkat petani. Hal ini juga sama seperti yang dilakukan untuk program lumbung pangan yang ada di Desa dan Kecamatan lain. “Kalau di Desa dan Kecamatan lain nama programnya lumbung pangan Desa,” terangnya.

Namun masing – masing Gapoktan telah dilengkapi gudang cadangan pangan, lantai jemur dan beberapa unit distribusi serta unit cadangan pangan. Sementara untuk pengolahan berupa Resmiling (penggilingan padi) hanya ada di Gapoktan Sopo Mama Desa Dorebara, Gapoktan Doro La Nggaja Kelurahan Kandai 1, dan Gapoktan Satando Amba Kelurahan Montabaru. “Yang lain akan kita upayakan di masa mendatang,” katanya.

Program ini juga untuk membantu anggota kelompok tani saat masa panen raya. Saat itu, harga gabah berada di bawah harga pembelian di tingkat petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah. Gapoktan berkewajiban untuk membeli gabah anggotanya sesuai HPP. Dengan demikian, petani tidak dirugikan. “Memang sejauh ini belum terlalu terlihat dampaknya karena jumlahnya masih terbatas,” jelasnya.

Fungsi lain dari program Gapoktan binaan ini juga untuk bisnis. Namun tidak murni, karena bisnis yang diterapkan lebih kepada untuk menghidupkan kelompok, sehingga tetap bisa membantu anggota. Tapi berdasarkan rapat anggota tahunan (RAT) terhadap Gapoktan Mamori Desa Kadindi Barat beberapa waktu lalu, telah berhasil mendapatkan sisa hasil usaha (SHU) tahun 2016 sebesar Rp 4 jutaan. “Kita terus dorong dan lakukan pembinaan untuk penataan administrasi keuangan dan produknya,” jelasnya. (ula/*)