Warganet Diimbau Tak Sebar Konten Testony Berisi Bahasa Kasar dan Cabul

0

Mataram (Suara NTB) – Warganet yang menggunakan aplikasi atau website Testony, diimbau tak menyebarkan atau membagi hasil tes jika berisi kata-kata kasar dan cabul. Beberapa pekan terakhir, warganet dihebohkan dengan adanya aplikasi kuis berisi jawaban-jawaban yang menggelitik.

Beberapa variasi dari kuis ini pun dibuat dalam Bahasa Sasak. Ada jawaban yang isinya kocak, tapi tak jarang juga kasar dan cabul. Setelah mengklik aplikasi yang terhubung dengan akun Facebook ini, warganet biasa membaginya sehingga muncul di linimasa mereka.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Mataram, H. Lalu Junaidi kepada Suara NTB kemarin pun menanggapi tren ini. Junaidi mengaku belum tahu apa motif dari pembuat aplikasi tersebut. Ia menduga kemungkinan untuk menyebarluaskan Bahasa Sasak kepada khalayak yang ruang lingkupnya lebih luas.

“Ini tergantung kita sekarang. Kalau sekadar untuk kita baca sendiri tidak ada masalah. Tentunya jangan dibagi, jangan disebarkan. Kalau kita ingin tahu (niatnya) bejoraq-joraq (becanda), misalnya saya mau jadi apa ke depan, (hasilnya) jadi pedagang tuak misalnya. Tergantung kita, kita mau publish atau enggak. Kalau kita publish, ini dibaca orang banyak,” jelasnya.

Menurutnya masyarakat saat ini memiliki tingkat intelektualitas sosial cukup tinggi sehingga bisa memilah sendiri mana hal-hal yang baik dan tidak baik untuk disebarkan di media sosial. Kendati demikian, mantan Inspektur Inspektorat Kota Mataram ini mengatakan tetap mengingatkan para pemilik akun media sosial agar lebih bijak dalam mengunggah sesuatu.

“Kalau seandainya mau seperti itu (menyebarkan), yang (isinya) baik-baiklah. Jangan yang mengarah pada pornografi, jangan mengarah pada kata-kata yang sifatnya kasar, apalagi yang sifatnya SARA. Itu yang kita harapkan,” jelasnya.

Junaidi mengatakan selain akan menelusuri siapa yang menciptakan aplikasi tersebut, pihaknya juga telah melaporkan hal tersebut ke Kementerian Kominfo. Ia mengatakan Kominfo memiliki alat yang canggih yang bisa menelusuri siapa yang membuat aplikasi tersebut dan menyebarkannya pertama kali di Facebook.

“Sudah kita rapatkan kemarin dan sudah kita laporkan. Hal-hal seperti ini merusak masyarakat juga,” ujarnya. Setelah melapor melalui surel, hingga saat ini belum ada respons yang diterima dari Kementerian Kominfo. (ynt)