Inilah Sosok Siti Aisyah, Pemilik RMA yang Diduga Sebarkan Aliran Sesat

0

Mataram (suarantb.com) – Sepintas jika berpapasan di jalan atau sekedar bertatap muka, tidak ada yang aneh dari penampilan wanita satu ini. Penampilan rapi serta menggunakan hijab layaknya wanita muslim pada umumnya. Dia terbilang ramah, murah senyum dan cukup sabar melayani pertanyaan wartawan. Inilah sedikit kesan yang suarantb.com dapat saat melakukan wawancara dengan wanita bernama Siti Aisyah ini.

Nama Siti Aisyah tiba-tiba menjadi perbincangan ramai pasca lembaga pengajian yang dimilikinya, yaitu ‘Rumah Mengenal Al-Qur’an’ (RMA) ditertibkan paksa dan disegel oleh aparat kepolisian. Lewat RMA, Aisyah diduga telah menyebarkan aliran sesat. Yang dianggap melenceng dari ajaran Islam.

“Kami hanya menyampaikan berita kebenaran Al-Qur’an untuk kebaikan dan keselamatan manusia. Mungkin itu dianggap menyesatkan, saya terima saja dulu sambil menunggu kehendak Allah selanjutnya,” begitu tulisnya melalui pesan singkat pada suarantb.com, Rabu, 1 Februari 2017.

Hari ini, Kamis, 2 Februari 2017 Aisyah pun bersedia berbagi cerita tentang identitasnya. Yang selama ini mengusik rasa ingin tahu masyarakat Mataram. Setelah aksi ‘dakwah’nya melalui ‘Rumah Mengenal Al-Qur’an’ dianggap menyesatkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB.

Terlahir di Gresik, 11 April 1969, Aisyah kecil menghabiskan masa kecil bersama sang nenek hingga SD disana. Beranjak remaja, Aisyah diboyong orang tuanya merantau ke Jakarta. Bangku SMP dan SMEA ia habiskan di ibukota negara Indonesia itu. Tak lanjut kuliah, ia menikah pada usia 22 tahun.

Tahun 2000, Aisyah beserta suami dan tiga anaknya pindah ke Sumbawa. Penghasilan suami yang tak seberapa sebagai guru di pesantren, membuat Aisyah memutar otak untuk mencari tambahan demi menghidupi ketiga anaknya. Mulai dari berjualan makanan hingga akhirnya berhasil membuka toko pakaian pada 2004.

Setelah kehidupannya cukup mapan dan anak-anaknya mulai hidup berkeluarga, Aisyah mulai merasakan banyaknya waktu luang yang terbuang percuma. Hingga akhirnya pada usia 43 tahun ia memilih untuk memperdalam ilmu agamanya dengan belajar Al-Qur’an.

“Saya berniat belajar Al-Qur’an tahun 2013 itu karena sudah ada perasaan takut. Takut kalau tiba-tiba ajal menjemput. Apalagi saya juga belum bisa baca Al-Qur’an dengan lancar,” akunya.

Karena keterbatasan ini, Aisyah pun memutuskan untuk menyewa jasa guru privat mengaji. Untuk membantu memperbaiki bacaan Al-Qur’an yang disebutnya kurang lancar. “Bukan ndak bisa, cuma kurang lancar. Kalau anak-anak saya sih pinter semua,” katanya.

Belajar dengan bimbingan guru privat juga diakui Aisyah tidak membuatnya lekas pandai. Makhraj maupun tajwid bacaannya masih sering salah. Bahkan huruf yang dibaca sering tertukar. Timbul perasaan bahwa baginya membaca Al-Qur’an ini susah.

Hingga akhirnya, ia menemukan Surat Thaha ayat 2, dimana ayat tersebut memiliki terjemahan ‘Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar engkau menjadi susah’. Membaca ayat ini, Aisyah berpikir bahwa kesulitan membaca Al-Qur’an berbahasa Arab tidak lantas membuatnya berhenti belajar. Jalan keluarnya adalah membaca terjemahan Al-Qur’an yang berbahasa Indonesia.

Mulailah Aisyah mempelajari Al-Qur’an hanya dari membaca terjemahan. “Saya baca artinya, kalau saya bingung saya baca lagi atau lompat ke ayat selanjutnya. Setiap nemu kata yang jelas tak catet. Ayat tentang sholat, puasa dan sebagainya sampai akhirnya saya buat indeks, koleksi ayat-ayat,” ceritanya.

“Saya temukan ternyata ayat tentang sholat itu ndak cuma di satu surat. Tapi nyebar, seperti puzzle ternyata,” tambahnya.

Dari mempelajari Al-Qur’an ini keyakinan Aisyah bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya petunjuk yang langsung diberikan Allah SWT kepada umat Islam bertumbuh. Dan ia meyakini bahwa apa yang umumnya dipelajari masyarakat tentang Al-Qur’an masih memiliki beberapa kekurangan. Salah satu contohnya adalah ia meyakini bahwa jumlah ayat dalam Al-Qur’an tepatnya berjumlah 6.236 ayat. Bukan 6.666 ayat yang selama ini diketahui.

“Saya sudah hitung, guru ngaji saya juga saya ajak menghitung. Totalnya itu 6.236 ayat, bukan 6.666 ayat seperti yang diketahui masyarakat sekarang,” ucapnya.

Dimulai dari sini, Aisyah pun bergerak ‘berdakwah’ menyebarkan keyakinannya ini. Mulai dari berkeliling di sejumlah kota di Indonesia hingga nekat memasuki negeri Paman Sam. Hingga berakhir membuka RMA di Mataram pada November 2016.

“Sempat awalnya niat buka di Jakarta, tapi ndak dapet tempat yang cocok. Terus saya pulang ke Sumbawa, sempat vakum sebentar cuma sharing lewat facebook saja. Kemudian kita coba ke Mataram, sekali cari langsung dapet tempat yang cocok,” katanya.

Atas aktivitasnya ini, Aisyah mengaku mendapat dukungan dari sang suami. Saat ini, sang suami berada di Sumbawa bekerja mengurus usaha mereka disana. Sementara Aisyah di Mataram didampingi oleh anak keduanya, Lutfi Arroji.

“Saya tahu risiko dari apa yang saya lakukan bahkan sebelum mulai. Bahkan bisa dibenci orang. Tapi saya tetap lakukan, karena ini untuk menolong agama Allah,” tandasnya.

Satu hal yang membuat keyakinan Aisyah ini disebut sesat oleh MUI NTB adalah penolakannya terhadap hadis yang dikeluarkan oleh Bukhari, Muslim dan sebagainya. Ia hanya mengakui Al-Qur’an sebagai tuntunan umat Islam dalam hidup di dunia. Hadis Nabi Muhammad yang sahih, diakuinya hanya terdapat dalam Al-Qur’an.

“Yang sekarang kita kenal hadist Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan sebagainya saya ragukan keasliannya. Karena itu sudah berpindah dari satu orang ke orang lain. Apalagi itu diterbitkan 200-300 tahun setelah Nabi wafat. Jadi saya tetap bilang itu ‘hoax’,” tegasnya.

Atas pernyataannya ini, Aisyah menyatakan tetap akan berpegang pada apa yang diyakininya. Karena inilah kebenaran yang ia anggap benar. Dan harus dibuka bagi masyarakat. “Biar saya yang dikorbankan ndak apa-apa, asal semua kebenaran bisa terbuka,” lontarnya.

Sepertinya perjuangan Aisyah untuk bisa menyampaikan ‘kebenaran’ di tanah 1000 masjid ini masih panjang dan lebih berat. Pasca MUI menyatakan keyakinannya sesat. Dan ia harus bertobat jika ingin kembali sebagai seorang muslim sejati. (ros)