Bagek Kembar, Wilayah Pesisir yang Nyaris Semua Penduduknya Miskin

0

Mataram (Suara NTB) – Kendati pertumbuhan ekonomi Kota Mataram disebut tertinggi di NTB, namun angka kemiskinan di kota ini juga masih tinggi. Titik dimana masih ditemukan warga miskin ialah di kawasan pesisir Kota Mataram. Salah satunya ialah Lingkungan Bagek Kembar, Kelurahan Tanjung Karang Permai, Kecamatan Sekarbela. Hampir semua penduduk di lingkungan ini tergolong warga miskin. Di lingkungan ini, rata-rata rumah warga juga tergolong rumah kumuh atau tidak layak huni dan kerap terancam hantaman ombak pasang tiap kali musim angin barat datang.

LURAH Tanjung Karang Permai, Syamsudi mengatakan jumlah kepala keluarga (KK) di Bagek Kembar sebanyak 27 KK dan semuanya tergolong warga miskin. “Di sana ada 27 rumah dan 27 KK. Kebanyakan rumah dari bambu dan tergolong warga tidak mampu,” ujarnya kepada Suara NTB belum lama ini.

Mata pencaharian warga Bagek Kembar kebanyakan bekerja sebagai buruh, PKL, dan nelayan. “Hanya beberapa nelayan, kebanyakan sebagai buruh nelayan karena mereka juga ikut dengan yang lain,” ujarnya. Saat cuaca buruk dan tak bisa melaut, para pria di lingkungan ini beralih pekerjaan menjadi buruh kasar.

Lahan yang ditempati warga di daerah pesisir ini disebutkan Syamsudi rata-rata bukan tanah milik mereka. Mereka kebanyakan merupakan pendatang yang kemudian membangun rumah di sana. Karena lahan bukan milik mereka, maka secara aturan mereka tak bisa mendapatkan bantuan perbaikan rumah. Namun beberapa tahun lalu pernah ada warga yang mendapatkan bantuan perbaikan rumah demi alasan kemanusiaan.

“Pernah dapat bantuan rumah tidak layak huni untuk kemanusiaan saja sifatnya. Sebenarnya berdasarkan aturan tidak bisa dapat bantuan, karena alasan kemanusiaan diakomodir kelurahan dan mendapat bantuan dari Baznas Kota Mataram waktu itu,” jelasnya. Setiap program bantuan dari pemerintah, warga di lingkungan ini selalu diprioritaskan seperti bantuan nelayan dan juga bantuan modal usaha.

Beberapa bulan lalu, warga di lingkungan ini terkena banjir rob. Beberapa KK mengungsi ke tempat yang lebih aman. Salah seorang warga Bagek Kembar, Suminah tinggal di sebuah rumah sangat sederhana di pesisir Bagek Kembar. Rumah tersebut hanya setengahnya yang ditembok dengan batu bata, dan selebihnya menggunakan bambu dan beratap asbes. Ia mengatakan beberapa tahun lalu ia mendapatkan bantuan perbaikan rumah tak layak huni. Ia telah bertahun-tahun tinggal di rumah dua kamar tersebut bersama suami dan empat orang anaknya. Suaminya bekerja sebagai nelayan dan ia membantu suaminya bekerja dengan menjadi buruh bangunan. (ynt)