Petani Tembakau Rajang di Lotim Keluhkan Harga Jual

0

Selong (Suara NTB) – Petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) mulai mengeluhkan harga yang tidak bersahabat, terutama untuk tembakau rajang. Pasalnya, hasil penjualan tembakau rajang belum sebanding dengan biaya produksi yang sebelumnya dikeluarkan.

Kepada Suara NTB, Rabu, 27 Juni 2018, petani tembakau rajang di Kelurahan Majidi Kecamatan Selong, Muhammad Tohri, mengeluhkan tidak sesuainya biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang didapatkan. Seperti tahun sebelumnya, pada panen pertama ia bisa mendapatkan harga Rp6 juta hingga Rp7 juta per kuintal. Sementara saat ini, ia dapat harga Rp4,5 juta per kuintal. “Harga yang kita dapatkan ini tentu sangat sedikit jika dibandingkan dengan biaya yang kita keluarkan cukup besar,” ujarnya.

Dijelaskannya, untuk budidaya tembakau rajang dibutuhkan waku sekitar 3 hingga 4 bulan untuk kemudian dapat dipanen kemudian dilanjutkan dengan proses pengirisan yang memakan waktu 3 hari secara manual. Adapun luas lahan yang dimiliki oleh Tohri seluas 2 hektar.

Setelah dilakukan proses pengirisan, lanjut dia, proses selanjutnya yakni proses pengeringan dengan cara dijemur. Tembakau rajang akan mendapatkan hasil yang bagus apabila sudah dijemur dan kering selama dua hari dengan kondisi cuaca yang baik. Kemudian barulah tembakau rajang disimpan selama 6 bulan.

Selain dari tujuan menyimpan supaya mendapatkan hasil yang bagus, tujuannya untuk menunggu harga yang bersahabat. “Ini akan disimpan sekitar 6 bulan untuk melihat harga dan dari segi kualitas dan rasa berpengaruh,” ujarnya.

Petani lainnya, Raudatul Jannah menambahkan, penjualan biasa dilakukan kepada pengepul. Hal itu dilakukan karena kesulitan untuk memasarkan hasil. Selain itu, untuk biaya kebutuhan sehari-hari juga menjadi penyebab dirinya terpaksa menerima harga yang cukup murah dari pengepul. (yon)