Peta Politik Pemilu 2019, Perolehan Kursi Golkar Berpotensi Anjlok

0

Mataram (Suara NTB) – Pada Pemilu 2014 lalu, Partai Golkar berhasil menjadi pemenang pemilu di Provinsi NTB, sehingga berhasil mengamankan paling banyak kursi wakil rakyat di DPRD NTB, yakni 11 kursi.

Dengan modal 11 kursi tersebut, menjadikan Golkar tak tergantikan memegang palu Ketua DPRD NTB sejak era reformasi.

Lantas seperti apa nasib partai beringin itu pada Pemilu 2019 mendatang di bawah komando Bupati Lombok Tengah, Suhaili FT. Apakah ia akan tetap berhasil mempertahankan dominasinya di parlemen Udayana atau justru akan digeser oleh partai lainnya.

Membaca peta kekuatan politik Partai Golkar di Pemilu 2019 ini, khususnya di NTB. Golkar sepertinya akan cukup berat untuk mempertahankan dominasinya, menjadi pemenang Pemilu.

Selain ancaman dari luar, yakni persaingan kekuatan parpol lain yang berpotensi untuk melibas beringin di Udayana. Tantangan Golkar di Pemilu 2019 ini juga datang dari internalnya, yakni formasi bakal calon anggota legislatif (bacaleg) yang diturunkan bertarung diprediksi banyak pihak tak lagi sekuat Pemilu sebelumnya.

Didapil 1 Kota Mataram, Golkar diprediksi tatap bisa mengamankan satu kursi. Sebab dari wajah bacaleg yang diturunkan bertarung, yang berpotensi menjadi mesin pengeruk suara hanya dua orang yakni caleg petahana, Lalu Darma Setiawan dengan Ketua Harian DPD I Golkar NTB, Misbach Milyadi. Sementara yang lainnya kebanyakan para pemain baru.

“Saya kira justru sekarang ini orang kuat semua. Golkar itu pintar pilih caleg, sangat jeli pilih caleg. Sehingga saya prediksi kita bisa mendapatkan dua kursi dengan sisitem perhitungan suara,” ujar Lalu Darma optimis, ketika dihubungi Suara NTB.

Sementara di dapil II, Lobar-KLU, pada Pemilu 2014 lalu, Golkar berhasil mengunci dua kursi. Tapi kali ini, dua kursi cukup berat bagi Golkar. Karena TGH. Muammar Arafat yang diketahui memiliki basis massa rill, telah keluar dan menjadi caleg dari PPP. Harapan Golkar hanya ada pada Umar Said, sebab, caleg yang lainnya tak memiliki rekam jejak  sebagai pendulang suara.

Didapil III, Lombok Timur Utara, Golkar masih tetap aman untuk mengamankan satu kursi, dengan mengandalkan Ketua DPRD NTB sekarang, Baiq Isvie Rupaeda, yang kembali maju. Tapi di dapil IV, Lombok Timur Selatan, Golkar diprediksi akan kehilangan satu kursinya. Sebab H. Shafari Asy’Ari yang selama ini andalan Golkar tetap mengamankan satu kursi selama lima periode berturut-turut, kini tak lagi memperkuat Golkar. Karena dia diplot partai menjadi caleg DPR RI.

Didapil IV, Golkar hanya mengandalkan Mau’ud Adam, untuk mengamankan satu kursi Golkar. Namun demikian, banyak politisi Golkar meragukan Mau’ud bisa mengamankan satu kursi tersebut. Karena di Pemilu 2014 lalu, ia hanya mampu mendapatkan suara 3 ribu lebih. Terpaut jauh sari Sahafari yang memperoleh 7 ribu lebih, dan perolehan kedua, Ardany Zulfikar yang juga mendapatkan 7 ribu lebih juga, selisih sedikit dari Sahafari.

“Di Lotim selatan berpotensi kita kehilangan kursi, sulit kita bisa mempertahankan,” kata salah satu politisi Golkar yang tak mau namanya dipublikasikan.

Dari dapil V, (Sumbawa-KSB), Golkar juga masih bisa mengandalkan caleg petahana, H. Busrah Hasan, yang kembali maju, untuk mempertahankan satu kursi. Namun demikian di dapil VI, (Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima,) yang selama ini dikenal menjadi basis Golkar, juga berpotensi kehilangan satu kursi dari dua kursi pada Pemilu 2014 lalu.

Anggota DPRD NTB, yang sudah memperkuat Golkar dapil VI, selama tiga periode, H Wahidin HM. Noer, tak lagi maju. Ia memilih pensiun karena pertimbangan usia dan kesehatannya. “Saya tidak maju lagi, saya mau istirahat, sudah tua juga,” kata Wahidin kepada Suara NTB.

Di dapil VI, Golkar kini hanya mengandalkan caleg petahana, H. Nurdin dan juga wakil Ketua I DPD Golkar NTB, H. A. Hafid.

Terakhir di dapil VII Lombok Tengah Utara, Golkar yang berhasil merebut dua kursi di Pemilu lalu, kini berpotensi kehilangan satu kursi, setelah H. Humaidi, caleg Golkar dengan perolehan suara terbanyak di 2014 lalu, kini dikirim ke DPR RI. “Ya mudahan kita bisa mempertahankan yang dulu, ada beberapa caleg kuat yang kita miliki di sana meskipun pak Humaidi ke pusat,” kata Lalu Satriawandi, anggota dewan dari dapil setempat.

Sedangkan dari dapil VIII, Lombok Tengah selatan, Golkar juga berpotensi kehilangan satu kursi, setelah tidak diperkuat oleh Lalu Wireginawang, karena naik ke pusat. Andalan Golkar kini hanya ada pada Baiq Indah Puspitasari, runner up pada Pileg 2014 lalu di dapil VIII.

Meski dengan peta politik Golkar yang demikian, Golkar tetap optimis di 2019, tetap berhasil menjadi pemenang Pemilu, dan mempertahankan palu Ketua DPRD NTB. “Insya Allah target kita malah 13 kursi besok ini,” kata Misbcah Mulyadi baru-baru ini. (ndi)