Perubahan Iklim Berdampak Terhadap Capaian Target Tanam Padi

0
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, H. Husnul Fauzi melakukan kunjungan lapangan. (Suara NTB/ist)

Mataram (Suara NTB) – Perubahan iklim terjadi. Musim basah (penghujan) lebih awal datang dan intensitasnya lebih tinggi (La Nina). Sisi positifnya adalah pencapaian target tanam padi, melampui dari yang ditargetkan. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Ir. H. Husnul Fauzi, M. Si menyebut, musim pancaroba perubahan iklim ini mempengaruhi musim tanam Oktober (2020)-Maret (2021). Hujan yang turun lebih awal, target tanam terlampaui 127 persen dari target tanam 8.500 hektar pada bulan Oktober.

Demikian juga November 2020, dari 9.600 hektar target tanam, terealisasi menjadi 15.000 hektar. Artinya, disbanding dengan keadaan tahun 2019 lalu,  target tanam NTB lebih tinggi realisasi tanamnya. “Desember 53.000 hektar targetnya. Baru minggu pertama ini sudah mencapai 25 persen. Mudah-mudahan terlampaui untuk Desember ini juga,” harapnya.

Dalam beberapa hari terakhir, wilayah NTB juga mengalami perubahan cuaca, angin kencang. Husnul yang dihubungi saat melakukan pemantauan lapangan, Selasa, 8 Desember 2020 menyebut, belum menerima laporan dampaknya terhadap padi yang sudah ditanam oleh petani. “Di lapangan tidak ada laporan padi rusak. Intinya musim angin Desember – Januari itu tidak pernah memberikan dampak signifikan terhadap pertanaman. Karena pertanaman masih seminggu, belum premordia, belum berbunga. Masih dalam vegetative, jadi ndak ada masalah,” jelas Husnul kepada Suara NTB.

Secara umum dikemukakan, beberapa program kegiatan penanganan dampak perubahan iklim oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB. Diantaranya,  bahwa dampak perubahan iklim pada komoditas tanaman pangan padi dan jagung dilakukan pada titik-titik remote kelurangan air dengan pemberian bantuan sumur tanah dangkal. Antara lain di Jerowaru dan Pijot Kabupaten Lombok Timur dengan pompa mobile.

Asuransi usaha tani padi seluas 16.000 hektar mengklaim 6000 hektar dengan besaran klaim asuransi 6jt/hektar. Sedangkan untuk jagung, asuransi Jasindo menampung dan menyetujui asuransi usaha tanah jagung (AUTJ) dengan besaran premi Rp200 ribu, Rp400 ribu dan Rp600 ribu perhektar. Dengan klaim gagal panen Rp10 juta sampai Rp30 juta per hektar dengan klaim asuransi tanam MK1 dan 2 Lotim mencapai 1.500 hektar.

Masih menurut kepala dinas, bahwa kawasan horti termasuk tanam bawang sisip tembakau sangat punya potensi yang luar biasa di Lotim. Sebelum panen tembakau, panen bawang bisa dilakukan dengan kebutuhan pupuk dan pestisida nol. Hasilnya, sangat tinggi 30,2 ton/ hektar, lebih tinggi dari monokultur bawang 10-15ton/hektar.

“Pola ini digalakkan di Lotim dan Loteng sebagai penghasil tembakau untuk mengurangi risiko kegagalan tembakau. Disamping itu juga, di titik remote kekurangan air untuk DPI di berikan juga pompa tanah dangkal dengan pompa mobile, pemberian 5 titik 1 hamparan 100 hektar,” imbuhnya. Kemudian untuk komoditas perkebunan, pada situasi perubahan iklim diberikan bantuan kambing 25 ekor per kelompok di beberapa titik di Kabupaten Lombok Utara, Loteng dan Dompu.

Dengan pemberian pula alat pembuat pupuk organik dan pengayak pupuk serta menciptakan pupuk organik cair memanfaatkan urine ternak kambing. Sudah kita siasati potensi dampak el nino dan la nina,” demikian Husnul Fauzi. (bul)