Permintaan Kebutuhan Strategis Berangsur Normal

0
Situasi di pusat perbelanjaan masih normal, meskipun Indonesia telah positif terjangkit corna. (Suara NTB/bul)

Mataram (Suara NTB) – Tidak sepanik saat Indonesia mengumumkan virus corona telah menular ke dalam negeri. Berangsur-angsur, permintaan beberapa kebutuhan strategis kembali normal. Presiden Joko Widodo mengumumkan virus corona menular ke Indonesia pada awal pekan kemarin. Minggu pertama Februari 2020. Tempat-tempat penjualan masker diserbu pembeli. Terutama di apotek-apotek dan ritel penyedia. Cairan pembersih tangan juga demikian.

Tetapi stok kosong. Apotek sejak bulan Januari tak menyediakan masker. Ritel modern juga habis seketika, demikian pula cairan pembersih tangan. Sampai saat ini belum ada pasokan dari produsen. Ketua Forum Komunikasi Sales dan Marketing (FKSM) Provinsi NTB, Jefri  menyebut, situasinya berangsur normal. Tidak terjadi kepanikan di masyarakat, seperti awal diumumkan ada virus corona menjangkit ke Indonesia. “Belum ada yang aneh-aneh, masih aman. Tidak ada gejolak,” tegas Jefri.

Sederhana ia membaca situasinya. Manajer Niaga, salah satu pusat berbelanjaan terbesar di NTB ini menggambarkan uang-uang belanja kebutuhan tak deras mengalir masuk. Semuanya masih berjalan normal. Terkait informasi adanya pihak-pihak yang panic buying dan memborong sejumlah kebutuhan pokok setelah adanya virus corona juga sepenuhnya dapat dipastikan kebenarannya.

“Barang-barang supplier ini semua masuknya ke saya (Niaga). Belum ada yang signifikan barang masuk ke ritel karena banyaknya orang berbelanja. Belum, masih biasa,” katanya meyakinan. Terutama untuk masker dan cairan pembersih tangah, Jefri mengatakan permintaan masyarakat kembali normal. Edukasi tentang siapa yang seharusnya menggunakan masker ini menurutnya cukup efektif. Sebab benar, bahwa masker seyogiyanya tidak semua orang menggunakannya. Kecuali yang sakit.

“Masyarakat nampaknya terinfo dengan baik. Tidak banyak lagi yang mencari masker dan hand sanitizer. Dan stok kita juga memang masih belum terisi. Kecuali tisu antiseptic,” demikian Jefri. Hanya saja, untuk salah satu kebutuhan pokok, gula pasir harganya masih cukup tinggi. Dari distributor, ritel menerima dengan harga Rp15 ribuan perkilo. Bisa dijual hingga Rp17.000 perkilo. Operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah daerah melibatkan PT. SMS bisa efektif. Asalkan gula yang digelontorkan lebih besar. Jika PT. SMS hanya menyuplai 500 Kg di setiap kali pelaksanaan OP, menurutnya sangat kecil pengaruhnya. Apalagi Bulog juga tak menyediakan gula kemasana. (bul)