Pengusaha Senaru Harap Akses TNGR Dibuka

0
Seorang karyawan melintas di koridor sebuah penginapan yang sepi di Senaru, KLU. Pengelola penginapan di sana berharap pihak berwenang membuka TNGR untuk pendakian.(Suara NTB/ari) 

Tanjung (Suara NTB) – Kebijakan New Normal oleh pemerintah disambut positif oleh pelaku usaha Senaru, Kabupaten Lombok Utara (KLU). Pasalnya, akses wisata Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan satu-satunya akses yang meningkatkan gairah usaha wisata setempat.

Pemilik Warung Senaru, Denda Pratiwi, Selasa, 9 Juni 2020 mengakui, hingga saat ini usaha di tempatnya masih tutup. Bersamaan dengan usaha lain di penginapan Pondok Senaru, juga masih merumahkan karyawan. “Wisata Senaru memprihatinkan, pengaruh corona lebih parah dari gempa 2018,” ujarnya.

Ia membandingkan, usaha wisata di Senggigi – Lombok Barat dan Kuta – Lombok Tengah, terlihat masih hidup walaupun terdapat penurunan aktivitas. Namun berbeda dengan usaha di Lombok Utara, ia tidak melihat ada geliat pada usaha sektor pariwisata sejak penerapan lockdown di beberapa daerah, termasuk Bali.

“Kalau di Senaru kami masih tutup dan sepi. Karyawan masih dirumahkan, tidak tahu kapan akan bisa bekerja lagi,” sambungnya. Hingga saat ini, pihaknya masih menunggu informasi dari pemerintah Lombok Utara terkait kapan usaha mereka bisa dibuka kembali. Harapan membuka usaha sangat besar meskipun diharuskan untuk menerapkan standar protokol Covid.

“Kami sangat berharap pemerintah membantu pencaharian kami yang sudah tidak ada. Apalagi kami tidak menerima bantuan apapun dari pemerintah.” Katanya. “Oleh karena itu kalau TNGR dibuka walaupun kami belum tahu apakah ada tamu, tapi biarkan itu dibuka agar kami bisa bernapas, mengharap rezeki walaupun tidak pasti dengan kondisi sekarang ini,” sambungnya.

Bagi pengusaha Senaru, Covid adalah dampak kedua beruntun yang mematikan usahanya usai terdampak gempa. Mengingat, belum pulihnya usaha sejak tahun 2018 menyebabkan para pengusaha tidak bisa memperbaiki properti. “Rata-rata pengusaha ini tidak saving uang, malahan hanya punya uang untuk menyambung hidup sendiri dulu. Kami di Senaru rata-rata hotel melati, beda dengan hotel berbintang yang modalnya besar,” tandasnya. (ari)