Penghentian Ekspor Benih Lobster, Bupati Akui Dilema bagi Lotim

0
Petani lobster di Lotim bagian selatan saat memeriksa kondisi keramba lobsternya belum lama ini. (Suara NTB/rus)

Selong (Suara NTB) – Dikeluarkannya kebijakan moratorium ekspor benih lobster setelah ditangkapnya mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo dinilai Bupati Lombok Timur (Lotim) H. M. Sukiman Azmy sebuah dilema.

Menurutnya, akibat adanya kebijakan ekspor beberapa waktu lalu membuat para pencari bibit lobster banyak yang bersyukur bisa menambah nilai pendapatannya. Akan tetapi kebijakan ekspor itu sempat membuat para pembudidaya kesulitan mencari bibit. Apalagi, margin keuntungan yang diperoleh pengekspor ini dinilai jauh lebih besar. Akan tetapi, bagi pembudidaya kesulitan dan kalah saing dari pengekspor.

‘’Moratorium ekspor benur ini dinilai menjadi kesempatan juga bagi pembudidaya untuk membeli bibit dengan harga yang terjangkau,’’ ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lotim, H. Hariadi Surenggana menyebut di Lotim cukup banyak pembudidaya lobster. Saat pengajuan usulan penerima bantuan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pertengahan tahun 2020 lalu, sebanyak 115 kelompok yang dilaporkan. Hanya saja yang direalisasikan 73 kelompok.

Lotim disebut merupakan penghasil lobster konsumsi. Sudah diterima bantuan dari pusat yang nilainya tembus Rp 48 miliar berupa Keramba Jaring Apung (KJA) Aquatek dan Rp 5,5 miliar untuk bantuan bibit.

Kasus tertangkapnya Edhy Prabowo beberapa waktu lalu oleh KPK dinilai tidaklah terlalu berpengaruh kepada Lotim, karena kasus hukum yang dialami Menteri menjadi urusan para penegak hukum.  Namun, bagi Lotim saat ini mencoba untuk memaksimalkan rencana produksi lobster konsumsi.

Dtargetkan Lotim bisa menghasilan 100 ton dalam setahun ke depan. Target tersebut diharapkan bisa tercapai dengan tambahan bantuan dari KKP berupa KJA dan bibit tersebut.

Bantuan KKP diberikan kepada kelompok nelayan yang ada di Desa Batunampar Selatan, Batu Nampar induk, Wakan, Pemongkong, Ekas Buana, Sekaroh, Paremas dan Jerowaru.

Indonesia katanya memang bersaing dari vietnam dalam produksi lobster. Lotim sebagai daerah penghasil diharapkan mampu menyumbangkan produksi yang besar bagi Indonesia. “kita harus berhasil,” ujarnya. (rus)