Pengemis Bermunculan di Mataram

0
Seorang bocah jalanan tengah mengemis ke salah seorang penjual takjil dan beberapa pejalan kaki di Jalan Airlangga, Kamis, 15 April 2021. Fenomena sosial ini semakin banyak bermunculan di Mataram, terutama sejak awal Ramadhan 2021.(Suara NTB/bay)

Mataram (Suara NTB) – Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Kota Mataram bertambah sejak awal Ramadhan 2021. Fenomena tersebut terutama disebabkan munculnya banyak pengemis dan pekerja anak yang beraktivitas di beberapa sudut kota.

Kepala Dinas Sosial (Disos) Kota Mataram melalui Kepala Bidang Lansia dan Anak Disos Kota Mataram, Ridho menyebut sejak awal Ramadhan setidaknya 10 PMKS telah dijaring razia pihaknya. “Kami akan mengubah strategi sekarang. Di samping kami melakukan pemantauan keliling, anggota satgas juga ada yang siaga di posko-posko di titk-titik yang rawan itu,” ujarnya, Kamis, 15 April 2021.

Berdasarkan catatan pihaknya, titik rawan tersebut antara lain di simpang lima Ampenan, simpang empat Jalan Airlangga, simpang empat Bank Indonesia, simpang empat STIE AMM Mataram, simpang empat Jalan Arif Rahman Hakim, dan simpang empat Jalan Bung Karno. PMKS yang terpantau terus bertambah menurut Ridho antara lain pengemis, gelandangan, dan pekerja anak.

“Yang paling banyak kita temukan ini terutama pengemis di jalan-jalan itu,” jelasnya. Berdasarkan penelusuran pihaknya, beberapa pengemis yang diamankan memang berasal dari Kota Mataram, tepatnya Kelurahan Gomong.

“Kita sudah datangi keluarganya dengan berkoordinasi sama pihak Kelurahan dan Kepala Lingkungan (PMKS) yang bersangkutan. Hanya saja mental keluarganya memang seperti itu,” ujar Ridho. Untuk itu, upaya pendekatan lain diakuinya masih sangat diperlukan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak terbiasa menjadi pengemis, mempekerjakan anak, dan lain-lain.

Di sisi lain, pihaknya juga akan memperketat razia PMKS selama Ramadhan. Giat tersebut telah dikoordinasikan dengan Polresta Mataram dan pihak terkait, terutama untuk memberikan efek jera bagi PMKS yang telah terjaring razia beberapa kali.

Dengan upaya-upaya yang dilakukan, pihaknya berharap munculnya PMKS sebagai salah satu fenomena sosial di Kota Mataram dapat diatasi. Terlebih banyak dari PMKS yang terjaring razia sebenarnya adalah penerima program bantuan dari pemerintah.

“Kita mulai razia di atas jam 21.00 Wita. Semoga ada efek jera, termasuk dengan menandatangani surat perjanjian nanti,” ujarnya. Menurut Ridho, razia tersebut diperlukan karena sebagian besar PMKS justru beraktivitas saat malam hari. “Jadi mereka keluar di atas jam 8 malam. Ada juga yang sore, tapi mereka memang mencari celah ketika petugas kami berganti sif kerja,” tandasnya. (bay)