Mori Hanafi Berharap Perayaan Kelulusan Lahirkan “Coretan” Prestasi Baru

0

Mataram (Suara NTB) – Calon Wakil Gubernur NTB, H. Mori Hanafi, SE, M.Comm, berharap perayaan kelulusan pelajar SMA/SMK kali ini tidak hanya disemarakkan dengan aksi coret mencoret yang bersifat euforia. Menurutnya, perayaan kelulusan semestinya ditandai dengan “coretan” yang lebih bermakna, yaitu “coretan” atau torehan prestasi.

Imbauan itu disampaikan Mori saat dikonfirmasi wartawan terkait masih ditemukannya aksi coret seragam dan konvoi kelulusan pelajar SMA/SMK saat pengumuman kelulusan, Kamis, 3 Mei 2018.

Seperti diketahui, aksi seperti ini memang menjadi semacam tradisi di kalangan pelajar yang hampir sulit untuk ditiadakan dari generasi ke generasi.

Meski demikian, Mori berharap para pelajar tidak terlalu larut dalam euforia tersebut. Sebab, selain bisa merugikan orang lain, ada baiknya momentum kelulusan ditandai juga dengan hal yang lebih bernilai. Misalnya, dengan membantu pelajar lain yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolahnya. Seragam sekolah yang tidak lagi dipakai, bisa disumbangkan untuk pelajar kurang mampu yang tak punya uang untuk membeli seragam.

Mori juga menilai, kelulusan di fase pendidikan SMA/SMK akan mengantarkan para pelajar ke jenjang baru. Sebagian pelajar tentu akan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Namun, tidak sedikit pula yang sudah bisa langsung mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menceburkan diri dalam dunia pekerjaan. Khususnya, mereka yang memiliki keterampilan di SMK.

Apapun pilihannya, Mori berharap para pelajar yang telah lulus menjadikan momentum ini sebagai batu loncatan untuk mencatatkan prestasi di jenjang baru yang akan dijalaninya.

“Kalau ingin menjadi mahasiswa, jadilah mahasiswa yang berprestasi. Demikian juga jika ingin langsung terjun ke dunia usaha atau dunia kerja, harus tetap berprestasi. Dengan demikian, kita bisa menjadikan masa sekolah sebagai masa yang bermanfaat,” imbau politisi Partai Gerindra lulusan magister di salah satu Universitas di Australia ini.

Di Pilkada NTB 2018 ini, pasangan TGH. Ahyar Abduh dan H. Mori Hanafi, SE, M.Comm (Ahyar-Mori), telah menyusun rangkaian program strategis di bidang pendidikan yang akan dikerjakan jika terpilih menjadi Gubernur/Wakil Gubernur NTB. Program pertama adalah pengadaan fasilitas dan jaringan internet memadai di sekolah-sekolah, termasuk di 1.000 pondok pesantren di seluruh NTB.

Dengan program ini diharapkan ke depan akan tercipta generasi penerus yang tidak saja maju, namun juga berakhlak. Generasi yang modern, namun juga islami, generasi yang mengerti teknologi, namun juga Qurani.

Program berikutnya, pasangan Ahyar-Mori juga menyiapkan beasiswa untuk tingkat SD hingga SMA/sederajat. Program beasiswa ini akan menambah aneka beasiswa yang sebenarnya sudah ada. Prinsipnya, pasangan nomor urut dua ini akan mencari talenta pelajar atau anak-anak terbaik untuk mendapatkan beasiswa.

Selain itu, pasangan Ahyar-Mori juga berkomitmen untuk memberikan perlindungan dan jaminan kesejahteraan profesi guru. Duet calon pemimpin NTB nomor urut 2 ini menegaskan, akan mengupayakan para guru terangkat derajatnya. Pasangan Ahyar-Mori meyakini bahwa guru yang berkualitas akan menghasilkan lulusan berkualitas pula.

Program atau janji kerja kelima adalah memberikan tunjangan untuk guru ngaji dan marbot. Ini merupakan program spesifik yang hanya menjadi ciri khas Ahyar-Mori di Pilkada NTB. Terkait janji kerja ini, dalam berbagai kesempatan, Mori Hanafi telah berulangkali menegaskan tersedianya ruang fiskal untuk merealisasikan tunjangan ini.

Mori Hanafi, mengemukakan dalam APBD NTB, Pemerintah Provinsi mengalokasikan pemberian tunjangan bagi para Marbot sebesar Rp1 juta per marbot. Namun, tunjangan untuk para guru ngaji belum dialokasikan anggaran.

Menurutnya, jika jumlah guru mengaji se-NTB itu berjumlah sekitar 10 ribu orang dan diberikan tunjangan per orang sebesar Rp1 juta, maka anggaran yang dibutuhkan adalah sebesar Rp10 Miliar.

“Kami rasa dari Total APBD Provinsi NTB itu sekitar Rp6 triliunan lebih, anggaran sebesar Rp10 Miliar itu tidak terlalu membebani APBD kita. Apalagi jika kita bandingkan dengan manfaat dari pemberian tunjangan bagi guru ngaji ini tentu akan lebih memotivasi para guru ngaji kita untuk memberikan pengajaran Al-Qur’an bagi generasi muda kita,” tutup Mori.

Selanjutnya, janji kerja keenam adalah percepatan peningkatan sarana prasarana, mutu/kualitas pendidikan formal dan informal di semua daerah. Janji kerja ini tak terlepas dari masih banyaknya institusi pendidikan formal dan informal di NTB yang kondisinya belum layak. Intervensi kebijakan ini diharapkan membuat fasilitas pendidikan dari Sape hingga Ampenan benar-benar layak.

Dalam janji kerja ketujuh, pasangan Ahyar-Mori berencana akan mengirimkan pelajar dan mahasiswa berprestasi ke sekolah dan kampus terbaik di luar negeri. Dalam hal ini, salah satu yang dimaksud dengan pelajar dan mahasiswa berprestasi juga termasuk para penghafal Al Qur’an yang saat ini belum mendapatkan apresiasi yang cukup layak dari pemerintah daerah di NTB.

Dalam janji kerja ke delapan, Ahyar-Mori menegaskan akan memperkuat kemandirian usaha pondok pesantren untuk semua Ponpes di NTB.

Dan kesembilan, pasangan Ahyar-Mori akan memberikan jaminan kesejahteraan yang layak bagi guru honorer. Ia menegaskan, para guru honorer selama ini telah mendarmabaktikan diri untuk mendidik manusia NTB. Namun, penghasilan yang mereka dapatkan masih sangat jauh dari kata layak. “Karena itulah, pasangan Ahyar-Mori berkomitmen untuk memberikan jaminan kesejahteraan untuk para guru honorer,” pungkas Muti. (tim)