Paris, Kota Mode yang “Menghipnotis”

0

Kop MElangkah Eropa

Paris, Perancis adalah sebuah mimpi. Pesonanya bagi saya sebagai perempuan sungguh luar biasa. Merek Paris sebagai salah satu kota mode dunia benar-benar “menghipnotis” saya. Keinginan dan antusiasme saya untuk bisa menikmati dan merasakan “getaran” kehidupan di Paris melampaui keinginan dan antusiasme saya ketika saya berada di tempat-tempat  lainnya di Eropa.

Menara Eiffel

Untuk itu, saya rela melawan lelah mengelilingi Paris. Padahal selama dua minggu saya tidak banyak istirahat untuk melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa. Sedikitnya, 10 destinasi wisata yang dimiliki Paris saya datangi. Tidak ketinggalan Menara Eiffel saya datangi pada malam hari. Karena seperti cerita yang pernah saya dengar, keindahan Menara Eiffel itu adalah di malam hari. Menara yang menjulang ke langit memancarkan cahaya terang. Memang, benar-benar indah dan romantis.

Di Paris, saya menginap di Exe Paris Center Hotel. Sehari sebelum kembali ke Indonesia, saya menyiapkan waktu sehari penuh untuk berwisata di Paris. Setelah mendapat informasi cara memperoleh tiket city tour, saya mendatangi sebuah kios (warung kecil) di sebuah sudut pusat perbelanjaan di Paris. Kios ini menjual berbagai pernik aksesoris tetang Paris, termasuk tiket city tour. Dengan  biaya 20 Euro (setara Rp 300 ribu), saya berkesempatan mengunjungi 10 destinasi wisata di kota mode itu. Yang menggembirakan lagi, dengan 20 Euro, saya bisa menggunakan tiket city tour itu selama 24 jam. Dibekali sebuah peta dan dipandu melalui alat pendengar (hear phone di dalam bus), saya mendapat penjelasan tentang masing-masing destinasi wisata yang saya kunjungi.

Dari sebuah brosur, saya mendapat informasi 10 destinasi wisata Kota Paris yang saya kunjungi. Pertama Tour Eiffel, ke dua Concorde/La Duree. Ke tiga Grands Magasins, lanjut Opera, Louvre, Vedettes du Pont Neuf.  Ke tujuh Notre Dame, Champs Elysees,  Arc de Triomphe dan ke 10 Ecole Militaire.

Dengan Bus Foxity, saya mengawali wisata saya di destinasi Gedung Opera Garnier. Opera house yang terletak di Ruule Scrib, 9th Arrondissement, Paris dibuka tahun 1875. Gedung Opera Garnier yang berada di pusat Kota Paris ini sangat megah. Kapasitasnya  lebih dari 2000 tempat duduk.  Gedung opera dengan ornamennya yang menakjubkan, konon merupakan salah satu gedung opera terbesar di dunia. Saya berada di Gedung Opera Garnier sekitar pukul 10.00 waktu Paris. Sehingga pagi itu, belum ada kegiatan. Pertunjukkan baru digelar pada malam hari.

Dari Gedung Opera Garnier, bus mengantar  saya ke Museum Louvre. Areal museum ini sangat luas. Museum Louvre konon merupakan bekas istana Kerajaan Perancis. Dari kejauhan tampak kemegahan museum yang paling terkenal di Paris. Pintu gerbang yang megah. Bangunan museum yang kokoh membuat saya takjub berada di sekitarnya. Museum Louvre berisi lebih dari 380 ribu objek pameran dan memajang lebih dari 35 ribu karya seni. Yang menjadi primadona di museum ini adalah lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci. Lukisan ini juga menjadi ikon Museum Louvre.

Pagi itu, Museum Louvre tampak dipadati pengunjung. Menurut informasi, rata-rata setahun sedikitnya 8-9 juta wisatawan mendatangi museum legendaris itu. Padatnya pengunjung juga dimanfaatkan pedagang kaki lima untuk menjajakan suvenir. Saya kaget mendengar seorang pedagang ketika menawarkan suvenir. ‘’Suvenir murah. Empat biji 1 Euro,’’ katanya dengan Bahasa Indonesia yang fasih. Saya sempat mengira pedagang suvenir itu warga Indonesia. Ternyata bukan. Pedagang itu warga Perancis yang sudah sangat mengenal ciri asal wisatawan yang ditawarkan suvenir. Begitu juga ketika mereka menawarkan suvenir kepada wisatawan Cina. Pedagang ini akan langsung menggunakan Bahasa Mandarin untuk menawarkan dagangannya.

Pengamanan Museum Louvre sangat ketat. Saya mengamati pengamanan oleh aparat bersenjata di seluruh sudut museum. Teror bom yang mengguncang Paris, membuat aparat setempat harus siaga. Pengamanan ketat yang saya amati tidak saja di Museum Louvre. Tetapi di semua destinasi wisata yang saya kunjungi.

Daya tarik Museum Louvre selain memiliki 380 ribu objek pameran dan memajang lebih dari 35 ribu karya seni, juga pada piramid kaca  (Piramida Louvre) . Objek  ini menjadi pilihan para pengunjung untuk berfoto termasuk saya. Selain itu, tidak sedikit objek ini juga dijadikan latar pre wedding. Hari itu piramid kaca sedang dalam tahap perbaikan. Saya melihat beberapa pekerja sedang melakukan perbaikan pada bangunan piramid kaca yang berlokasi di tengah-tengah Museum Louvre.

Puas berkeliling di  Museum Louvre saya menyeberang jalan sekitar lima meter. Tujuan saya ‘’Gembok Cinta’’. ‘’Gembok Cinta’’ ini cukup terkenal. Lokasinya berada di dekat Jembatan Arts dan Jembatan Archevêché. Kenapa dinamakan ‘’Gembok Cinta’’ ?  Karena setiap sejoli yang kasmaran dan kebetulan berwisata ke Paris, mereka datang ke jembatan itu untuk menggatungkan gembok bertuliskan nama mereka. Tujuannya,  agar cinta mereka terkunci abadi, seperti halnya gembok yang terkunci. Di gembok yang terpasang, saya bisa membaca nama-nama sejoli yang memasang gembok. Selain nama, mereka juga mencantumkan asal negara mereka.

Dulu gembok-gembok digantungkan di Jembatan Arts dan Jembatan Archevêché. Dalam perjalanan waktu, karena banyaknya pengunjung yang menggantungkan gembok, menimbulkan persoalan pada kekuatan jembatan. Tradisi yang dilakukan wisatawan yang datang ke tempat ini mulai membawa masalah bagi jembatan. Berhubung Jembatan Arts dan Archevêché ini sangat dijaga kelestariannya, akhirnya, sejak beberapa tahun lalu pengunjung dilarang memasang ‘’Gembok Cinta’’ di sana. Kini wisatawan dibuatkan tempat khusus di ujung jembatan dan di sinilah saya melihat jutaan ‘’Gembok Cinta’’ terpasang.

Dari Museum Louvre saya memilih melanjutkan perjalanan ke Menara Eiffel. Siang itu, angin kencang disertai hujan gerimis mengguyur bumi Paris. Hujan dan cuaca dingin tak menghalangi langkah saya menapaki monumen yang paling banyak dikunjungi di dunia. Untuk masuk ke areal Menara Eiffel tidak mudah. Saya harus masuk antrean pemeriksaan oleh aparat kemaanan berlapis. Tas termasuk kamera yang saya bawa dibuka dan diperiksa detail. Pemeriksaan juga dilakukan menggunakan detektor logam. Setelah dinilai clear, saya baru bisa masuk.

Siang itu di Menara Eiffel pengunjung tidak banyak. Menurut informasi, musim-musim seperti sekarang (menjelang musim dingin) hingga Desember (musim salju) ada kecenderungan pengunjung menurun. Kondisi cuaca juga mempengaruhi jumlah wisatawan mendatangi menara setinggi 321 meter dengan 81 tingkat itu. Saya sempat bersantai sambil berfoto di bawah dan sekitar menara. Sambil mengamati kemegahan salah satu keajaiban dunia ini, saya mengucap syukur. Bersyukur bahwa mimpi saya menginjakkan kaki di menara yang dibangun antara tahun  1887-1889 itu terwujud.

Dari Eiffel saya istirahat sejenak untuk makan siang. Sementara, masih ada beberapadestinasi wisata yang harus saya kunjungi hingga malam nanti. Kendati dingin kian menggigit raga, tekad saya 10 destinasi wisata di Kota Paris harus tuntas.  Masih dengan Bus Foxity, saya melanjutkan perjalanan ke Ecole Militaire. Ini merupakan kompleks yang digunakan sebagai fasilitas penelitian dan latihan militer. Sebenarnya Ecole Militaire bukan menjadi objek wisata. Hanya saja karena berdekatan lokasinya dengan Menara Eiffel, objek ini dijadikan rute tour. Saya juga ke Grands Magasins dan Vedettes du Pont Neuf. Di dua tempat ini saya tidak berlama-lama. Vedettes du Pont Neuf ini merupakan wisata menyusuri sungai menggunakan kapal pesiar.

Demikian juga ketika bus wisata yang mengantar saya singgah ke Dotre Dame. Destinasi wisata ini saya tempuh sekitar 10 menit dari Vedettes du Pont Neuf.  Saya hanya sempat mengabadikan destinasi itu melalui kamera untuk kemudian melanjutkan wisata ke destinasi lain.

Dari Dotre Dame saya lanjutkan ke Concorde la Duree. Destinasi ini adalah alun-alun kota berbentuk oktagonal yang berada di antara Tuileries Gardens dan Champs Elysées. Berada di Concorde la Duree hari sudah menjelang malam. Destinasi ini pada malam hari sangat indah. Lampu-lampu artistik menyala indah. Juga ornamen-ornamen lain yang dilengkapi cahaya lampu, memancarkan keindahannya. Masih di kawasan ini, ada Paris Village de Noel. Restoran dan penjualan suvenir menunggu wisatawan untuk berbelanja di tempat ini.

Bus yang saya tumpangi kemudian melaju ke arah Champs Elysees Disney Store, satu jalur dengan Arc de Triomphe Louis Vuitton. Champs Elysees Disney Store, merupakan kompleks perbelanjaan mewah yang menjual berbagai produk bermerek. Dari tempat ini saya memilih melanjutkan ke Arc de Triomphe yang bisa ditempuh 10 menit dengan berjalan kaki.

Arc de Triomphe atau Gerbang Kemenangan adalah monumen di tengah Place de l’Étoile. Gerbang ini, konon dibangun sebagai bentuk penghargaan terhadap kemenangan Perancis dan menghormati semua yang gugur dalam pertempuran. Ini adalah salah satu monumen terpopuler di Paris dan merupakan salah satu gapura terbesar dalam sejarah.  Gapura ini dibangun untuk memperingati kemenangan Napoleon. Banyak patung dan relief yang menggambarkan perang Napoleon di gapura yang berada di tengah jalan itu. Malam itu pengunjungnya sangat padat.

Malam beranjak kian larut. 10 Destinasi sebenarnya sudah saya jelajahi. Tapi saya penasaran dengan Menara Eiffel di malam hari. Waktu masih tersisa dan tiket city tour saya masih berlaku. Akhirnya saya putuskan melanjutkan tour saya ke Menara Eiffel malam itu. Ternyata tidak saya saja yang penasaran ingin melihat Menara Eiffel di malam hari. Di tengah malam yang dingin dan hembusan angin kencang disertai gerimis,  area Menara Eiffel sudah dipadati pengunjung. Bahkan jumlah pengunjung  lebih banyak dari siang hari .  Menara Eiffel memang menakjubkan. Pujian dan decak kagum juga diekspresikan wisatawan lain yang kebetulan bersama saya di tempat itu.

Saya merasa Paris sudah tuntas saya jejaki. Lelah mulai menyergap. Saya kembali ke hotel untuk istirahat. Esok harinya saya dan rombongan meninggalkan Paris, kembali ke Tanah Air. Selamat tinggal Paris. Kota dengan segala kenangan.***