Okupansi Gili Mengkhawatirkan

0

Tanjung (Suara NTB) – Pariwisata Gili yang selama ini menjadi kebanggaan daerah, tengah dilanda krisis pengunjung. Kondisi ini berlaku sejak gempa 2018, dan diperparah oleh kondisi pandemi Covid-19. Pengunjung yang sepi membuat keberlangsungan usaha wisata Gili semakin terancam.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Lombok Utara (KLU), Lalu Suratman, Selasa, 4 Mei 2021 mengakui, kondisi tiga Gili saat ini memprihatinkan. Hotel, restoran dan tempat usaha lain warga, sedang sepi pengunjung.

“Okupansi hotel saat ini kurang dari 5 persen. Kalau hanya ditonton terus, pariwisata Gili bisa terancam. Situasi Gili beda, kalau hotel sepi, masyarakat tidak bisa beralih ke pertanian,” ucap Suratman.

Selama ini ujar dia, Gili dibanggakan menjadi ikon pariwisata. Namun tatkala pandemi melanda, sektor ini belum melihat satu pun kebijakan yang berpihak, kecuali hibah Covid dari pusat.

Namun demikian, BPPD menilai dana hibah tersebut misorientasi. Pasalnya tidak semua usaha masyarakat menikmati “kepeng benang” tersebut. “Hibah itu kebanyakan kepada hotel-hotel besar yang lengkap syaratnya. Usaha kecil-kecil, seperti bungalows itu tidak dapat karena tidak lengkap izinnya,” cetusnya.

BPPD pun mengajak agar Pemda, baik Provinsi dan KLU, untuk terlibat dalam upaya pemulihan Gili. Suratman menyebut, pemulihan saat ini ibarat memulai usaha Gili dari nol. Dibutuhkan promosi ulang untuk sekadar menghadirkan wisatawan agar usaha Gili kembali hidup.

Tidak hanya eksekutif, pihaknya juga menuntut keberpihakan dari kalangan legislatif. Selama Gili eksis, DPRD termasuk kelompok pejabat yang menerima manfaat dari PAD ratusan miliar yang disetorkan pengusaha Gili.

“Sekali ini saja, bantu usaha Gili. Tidak banyak, kami hanya membutuhkan Rp 334 juta. Kalau tidak bisa dari APBD (nomenklatur Dispar), kami minta dwri pos aspirasi Dewan, hanya Rp 10 juta per orang,” cetusnya.

Subsidi dimaksud Suratman, untuk menggerakkan kehadiran wisatawan ke Gili. Disebutkan jika dari dana Rp 334 juta tersebut, akan dialokasikan untuk mensubsidi transportasi fastboat dan penginapan. Dari angka itu pula, ditargetkan tingkat kehadiran wisatawan sejumlah 2.500 orang sampai 15 Juli 2021. Efek lain yang disasar adalah keliapatan dari kunjungan sejumlah tersebut, di mana tiap satu orang akan memberi dampak 4-5 kali promosi di daerah atau negara asal masing-masing pengunjung. “Kalau 1 tahun ini saja pengusaha dipaksa tidak ada pendapatan, saya tidak tahu akan seperti apa Gili nantinya,” tandas Suratman. (ari)