Sampah di Gili Air Dikeluhkan Wisatawan

0
Wisatawan menutup hidung saat melintas di dekat tumpukan sampak di Gili Air. Bau busuk dari tumpukan sampah ini, mengganggu wisatawan dan warga yang melintas di sana. (Suara NTB/ist)

Tanjung (Suara NTB) – Dinas Lingkungan Hidup, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Lombok Utara (KLU) diminta optimal dalam merencanakan dan mengeksekusi program pengendalian sampah di tiga gili. Pasalnya, baru-baru ini, beredar visual (foto) di mana sejumlah wisatawan yang melewati tumpukan sampah terbungkus kresek di Gili Air, berjalan dengan menutup hidung.

“Yang jelas sitem penanganan sampah di kawasan pariwisata di tiga gili yang sekarang dilakukan Pemda tidak tepat. Pola dinas lebih cenderung memberikan dampak pembengkakan anggaran biaya operasional. Anggaran kita keluarkan besar tapi persoalan tidak selesai,’’ cetus Ketua Lombok Utara Corruption Watch (LUCW), Tarpiin, Selasa, 7 Januari 2020.

Menurut dia, wisatawan tutup hidung merupakan gambaran keluhan mereka, betapa sampah membusuk dan menimbulkan bau busuk. Sedianya, dengan edukasi pemilahan sampah di gili, sampah tidak bercampur dan tidak menimbulkan bau busuk yang menggangu.

Ia melihat, sistem pengendalian yang direncanakan dan dijalankan belum membuahkan hasil sebagaimana anggaran besar yang digelontorkan. Bahkan cenderung memindahkan masalah, bukan menyelesaikan masalah.

‘’Mungkin Pemda bisa melakukan pengolahan sampah di tempat, didaur ulang sekecil mungkin sehingga biaya dan tenaga utuk proses pengangkutan ke darat lebih irit,’’ imbuhnya.

Terpisah, Kepala Dinas LH Perkim KLU, H. Rusdi, ST, menanggapi sampah menumpuk yang dilewati wisatawan asing di Gili Air itu sudah terbungkus dan akan diangkut ke darat. Hanya saja, pengangkutan sampah dari gili ke TPA oleh petugas kalah cepat dengan momen pengambilan gambar oleh warga.

‘’Paling foto pagi itu, sampah biasanya dikumpulkan oleh cidomo baru diangkut. Dan kita angkutnya siang, kadang sore menunggu cuaca baik,’’ ujarnya.

Rusdi melanjutkan, tumpukan sampah di pinggir jalan lingkar gili disebabkan, Pemda tidak memiliki lahan di dekat pantai. Sebaliknya, 40 are lahan yang direncakan akan dibangun TPST di Gili Air, berada di pedalaman. Sementar dengan KSM, pihaknya sepakat bahwa KSM akan menumpuk sampah siap angkut di pinggir pantai dekat dengan pelabuhan.

Dinas LH ke depan, akan mengupayakan TPST di Gili Air dan Gili Meno sebagaimana sarana yang terbangun di Gili Trawangan. Rencana TPST itu sendiri sedang diupayakan dengan mengusulkan anggaran ke Kementerian. Sampai tahap itu terealisasi, dinas sudah berkoordinasi dengan Kadus di tiga gili agar mulai mengelola sampah sesuai kondisi sarana pendukung di masing-masing pulau.

‘’Untuk membangun TPST, kita masih nunggu anggaran dari Kementrian PU. Tapi tahun ini katanya, hanya DED saja yang disetujui. Jadi penanganan masih pola lama, tapi kita minta komitmen Kades, Kadus serta KSM, agar sampah dikendalikan maksimal,’’ jelasnya. (ari)