Loteng dan Lotim Tertinggi Kasus Kematian Bayi Baru Lahir di NTB

0
Nurhandini Eka Dewi (Suara NTB/nas)

Mataram (Suara NTB) – Kasus kematian bayi baru lahir (neonatal) di NTB masih cukup tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dikes) dalam NTB Satu Data, dari 908 kasus kematian bayi pada 2018, sebanyak 676 kasus kematian neonatal.

Dari 10 kabupaten/kota di NTB, kasus kematian neonatal tertinggi di dua kabupaten, yakni Lombok Tengah (Loteng) dan Lombok Timur. Di Loteng sebanyak 201 kasus kematian neonatal dan Lotim sebanyak 173 kasus.

Kepala Dikes NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, MPH mengatakan, tingginya kasus kematian bayi baru lahir di Loteng dan Lotim karena memang kedua daerah tersebut jumlah penduduknya juga paling banyak di NTB. Namun, Eka menjelaskan pada tahun ini kasusnya menurun dibandingkan 2018 lalu.

‘’Tinggi, tetapi kalau kita bandingkan di 2018 sama sekarang (2019) turun 11,36 persen kematiannya,’’ kata Eka dikonfirmasi Suara NTB di Kantor Gubernur, kemarin.

Disebutkan pada 2018, kasus kematian nenonatal sebanyak 676 kasus. Namun pada tahun ini sampai Agustus 2019, angka turun menjadi 488 kasus.  ‘’Jadi turun 11,36 persen kematian neonatal. Tapi masih tinggi kematian neonatal, karena awalnya angkanya  tinggi,’’ tutur Eka.

Upaya menekan kasus kematian neonatal merupakan salah satu indikator Sustainable Development Goals (SDGs) yang capaiannya masih nol. Atau capaiannya masih cukup jauh dari target SDGs.

Pada 2018, angka kasus kematian neonatal di 10 kabupaten/kota, antara lain Lombok Barat 28 kasus, Loteng 201 kasus, Lotim 173 kasus, Sumbawa 51 kasus, Dompu 35 kasus, Bima 65 kasus. Kemudian Sumbawa Barat 14 kasus, Lombok Utara 56 kasus, Kota Mataram 41 kasus dan Kota Bima 21 kasus.

Untuk kasus kematian neonatal perempuan jumlahnya 276 kasus. Dengan rincian, Lombok Barat 9 kasus, Loteng 84 kasus, Lotim 67 kasus, Sumbawa 20 kasus, Dompu 13 kasus, Bima 30 kasus. Kemudian Sumbawa Barat 9 kasus, Lombok Utara 27 kasus, Kota Mataram 10 kasus dan Kota Bima 10 kasus.

Sedangkan kematian neonatal laki-laki sebanyak 397 kasus. Dengan rincian, Lombok Barat 10  kasus, Loteng 117 kasus, Lotim 106 kasus, Sumbawa 31 kasus, Dompu 22 kasus, Bima 35 kasus. Kemudian Sumbawa Barat 5 kasus, Lombok Utara 29 kasus, Kota Mataram 31 kasus dan Kota Bima 11 kasus.

Mantan Staf Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan ini mengatakan, kasus kematian bayi akan mempengaruhi rata-rata usia harapan hidup (UHH). Sehingga Pemprov NTB bersama Pemda kabupaten/kota terus melakukan upaya untuk menekan angka kematian bayi di daerah ini.

‘’UHH masih rendah karena angka kematian bayi masih tinggi. Itu yang sekarang kita kejar,’’ terangnya.

Salah satu upaya yang dilakukan menekan angka kematian bayi khususnya neonatal dengan membangun Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (Poned) di kabupaten/kota. Ia mengatakan, semua petugas kesehatan akan dilatih untuk penanganan neonatal untuk menekan kasus kematian bayi yang baru lahir. Apabila kasus emergency neonatal tak bisa ditangani di Puskesmas Poned, maka langsung dirujuk ke rumah sakit.

‘’Kemudian kita sendiri, kita punya sistem informasi bersama antarsemua dokter anak, dokter obsten, Puskesmas se NTB. Kalau ada kasus-kasus kegawatan di lapangan. Kita tangani di Puskesmas tapi ditangani dokter spesialis,’’ jelasnya.

Apakah penyebab banyaknya kasus kematian neonatal akibat fasilitas kesehatan yang jauh dari permukiman penduduk? Eka mengatakan, penyebabnya bukan masalah fasilitas kesehatan. Karena rata-rata jarak fasilitas kesehatan dengan penduduk 2,5 Km di seluruh NTB. Artinya, semua desa sudah ada fasilitas kesehatan untuk pelayanan bersalin.

‘’Cuma masalahnya neonatus ini makhluk paling lemah. Terlambat sedikit saja penanganannya, maka berujung kematian. Makanya sistem rujukan kita atur. Keterampilan bidan bidan, dokter dan perawat di lapangan kita tingkatkan,’’ jelasnya.

Masih tingginya kasus kematian neonatal ini, kata Eka dominan disebabkan berat badan anak baru lahir yang rendah. Sehingga sekarang ibu hamil dan remaja diberikan obat. Supaya ketika melahirkan, bayinya sehat. Sehingga kemungkinan meninggal akan berkurang. (nas)