21 Desa Terisolir Jadi Prioritas Penyaluran Bantuan

0

Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB menjadikan 21 desa yang terisolir pascagempa dengan kekuatan 7 Skala Richter (SR), Minggu, 5 Agustus 2018 lalu akan menjadi prioritas untuk penyaluran bantuan. Baik penyaluran bantuan makanan, minuman, air minum dan tenaga kesehatan.

Telah ditugaskan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk memperluas jangkauan penyaluran bantuan. Pada peristiwa gempa pertama dengan kekuatan 6,4 SR, Pemprov sudah membagi tanggung jawab masing-masing OPD berbasis desa di Lombok Timur dan Lombok Utara.

Namun, pada peristiwa gempa yang kedua dengan kekuatan 7 SR, daerah yang terdampak bertambah, yakni Kota Mataram dan Lombok Barat. Selain itu, daerah terdampak juga bertambah di Lombok Timur, tepatnya di Kecamatan Pringgabaya.

“Semua OPD kita berikan tanggung jawab di kecamatan atau desa yang menjadi binaan mereka. 21 desa yang terisolir itu kita prioritaskan. Sehingga tidak ada desa yang tidak terlayani,” kata Sekda NTB, Ir. H. Rosiyadi Sayuti, M.Sc., Ph.D dikonfirmasi Suara NTB usai memimpin rapat koordinasi dengan seluruh Kepala OPD di Kantor Gubernur, Rabu, 8 Agustus 2018 siang.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat  21 desa di tiga kabupaten terisolir dan membutuhkan bantuan pascagempa dengan kekuatan 7 SR. Puluhan desa terisolir tersebut tersebar di Kabupaten Lombok Utara (KLU), Lombok Timur (Lotim) dan Lombok Barat (Lobar).

Di KLU, sebanyak delapan desa yang terisolir tersebar di empat  kecamatan. Di wilayah Kecamatan Bayan tiga desa, yakni Bayan Beleq, Mumbul Sari dan Sambik Elen. Di wilayah Kecamatan Tanjung sebanyak tiga  desa, yakni Desa Teniga, Desa Medana dan Dusun Tempak Desa Tegal Maja.

Sedangkan di Kecamatan Kayangan sebanyak dua desa, Desa Salut dan Desa Tukak Bendu Santong. Di Desa Tukak Bendu Santong masyarakat membutuhkan makanan, minuman, pakaian dan logistik. Sementara di Desa Salut, masyarakat butuh air minum, obat-obatan, tenaga medis dan selimut.

Di Lombok Barat sebanyak tiga desa terisolir. Semuanya berada di Kecamatan Gunung Sari. Tiga desa tersebut adalah Desa Mekar Sari, Desa Kekait dan Wadon. Masyarakat membutuhkan tenda, tikar, selimut, obat-obatan, genset dan tenaga medis. Di Lombok Timur, 10 desa di Kecamatan Sembalun dan Sambelia terisolir. Masing-masing, lima desa di Kecamatan Sembalun dan lima desa di Kecamatan Sambelia.

Lima desa di Kecamatan Sembalun yakni Desa Sajang, Sembalun Lawang, Sembalun Timba Gading, Sembalun Bumbung dan Bilok Petung. Sedangkan lima desa di Kecamatan Sambelia yang terisolir yakni Obel-Obel, Belanting, Darakunci, Madayin dan Bagik Manis. Masyarakat membutuhkan makanan, selimut, air mineral, MCK, tenaga medis, obat-obatan dan trauma healing. Di Desa Belanting dan Darakunci, pengungsi mulai diserang demam, flu, muntaber. Selain diserang penyakit demam dan flu, pengungsi juga masih dilanda rasa ketakutan.

Sekda mengatakan, masing-masing OPD diberikan tanggung jawab desa-desa yang akan ditangani sampai dengan pendistribusian bantuan kepada masyarakat  yang menjadi korban gempa. Ia mengatakan, Pemprov NTB membentuk posko di Sekretariat Daerah. Posko ini akan berfungsi mem-back up posko induk yang berada di Lombok Utara.

“Kita mulai bergerak mulai hari ini. Kita mem-back up tim induk yang ada di KLU, di bawah kendali pak Danrem. Kita sifatnya membantu, tidak ada tim baru. Kita mem-back up tim yang sudah ada,” jelasnya.

Semua bentuk bantuan yang diterima di posko bantuan Setda sifatnya transit sebelum dilakukan pengiriman ke posko induk di Tanjung, Lombok Utara. Para petugas yang berada di posko tersebut akan membantu pencatatan secara administratif, agar seluruh laporan bantuan itu dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, lebih-lebih bantuan dana.

‘’Selain itu juga untuk membantu mengawal distribusi bantuan sehingga betul-betul sampai kepada masyarakat sesuai daerah tujuan. Dengan demikian maka akuntabilitas penyerahan dan penerimaan bantuan dapat dipertanggung jawabkan dengan baik, kepada para donatur dan masyarakat,” kata Sekda.

Selain sebagai pusat penyaluran bantuan, posko tersebut juga berfungsi sebagai pusat pengelolaan Informasi media agar terhindar dari berita hoaks. Karena saat ini informasi media, baik cetak, online telah menjadi konsumsi masyarakat sebagai sumber informasi untuk mengetahui kondisi penanganan korban gempa di KLU, Lobar dan Lotim.

Tim Media Center yang berada di Gedung Sangkareang, Kantor Gubernur NTB juga akan membantu memfasilitasi apabila ada tim dokter dari luar daerah dan luar negeri yang ingin bergabung dengan tim kesehatan yang sudah ada di posko induk Tanjung. (nas)