NTB Masih Status Siaga Darurat Bencana

0

Mataram (Suara NTB) – Desember 2017 lalu, wilayah NTB yang dilanda cuaca ekstrem ditetapkan siaga darurat bencana banjir dan tanah longsor.  Status itu kini masih berlaku, bahkan hingga Maret 2018 mendatang. Sehingga masyarakat diimbau tetap waspada.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB tetap berkoodinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sehingga masih menetapkan status siaga darurat bencana.

‘’Status siaga darurat bencana itu masih berlaku, bahkan sampai Maret (2018). Karena menurtut BMKG, musim hujan masih sampai Maret,’’ kata Kepala BPBD NTB, Ir. H. Mohammad Rum, MT kepada Suara NTB, Kamis, 25 Januari 2018 kemarin.

Sebelumnya BPBD bahkan sudah memetakan daerah-daerah rawan longsor, seperti Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu dan Bima.  Bahkan di antara daerah itu, sebagian sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor.

Daerah itu, seperti Lombok Tengah, Lombok Timur dan Bima. Alasannya, di tiga daerah itu sudah terjadi banjir dan tanah longsor. Dengan status tanggap bencana ini, artinya daerah sudah mulai bertindak untuk langkah kewaspadaan dan kehati-hatian.

‘’Jadi tiga daerah itu sudah menetapkan tanggap darurat, kalau semua daerah sih statusnya masih siaga bencana,’’ katanya.

Setelah SK Gubernur NTB yang menetapkan status siaga darurat banjir dan tanah longsor diterbitkan, dipastikan masih berlaku karena cuaca ekstrem masih mengancam NTB diperkirakan hingga Maret mendatang.

Mengantisipasi bencana banjir dan longsor akibat cuaca ekstrem tersebut, Rum mengatakan beberapa daerah seperti Bima sudah melakukan pembersihan dan normalisasi sungai. Kemudian sudah dibangun sejumlah tanggul.

Selain Bima, ia menyebutkan Lombok Timur dan Lombok Tengah yang  sudah terjadi banjir dan longsor, juga sudah melakukan antisipasi. Pihaknya benar-benar siaga terhadap kemungkinan terjadinya bencana banjir dan longsor.

Apa langkah masyarakat ketika intensitas hujan masih tinggi? Menurut Rum, faktor penentu banjir dan longsor sebenarnya bukan hujan. Selama ini intensitas hujuan meski pun tinggi, namun kadarnya masih normal. Hanya saja, kondisi hutan yang semakin parah akibat illegal logging,  dipastikan tidak mampu lagi sebagai penyangga cadangan air.  Kondisi ini diperparah dengan drainase di daerah daerah di NTB masih buruk. Sistem drainase belum mampu mengimbangi ketika terjadi banjir. Selain itu, ia juga menyoroti soal pendangkalan dan bangunan di daerah resapan. “Jadi sebenarnya hujannya biasa biasa saja, tapi hutan kita kan  sudah rusak, drainase penataannya masih buruk, belum lagi  pendangkalan sungai. Ini yang membuat banjir sebenarnya,’’ ujar Rum.

Satu satunya langkah jangka panjang menurutnya, perbaiki hutan yang kian menyusut,  selain itu memperbanyak daerah resapan dengan mengurangi pertumbuhan bangunan. Ia juga  tak bosan mengajak untuk membersihkan sampah dan mengangkat sedimentasi sungai. (ars)