NTB Terancam Krisis Air dan Pangan

0

Mataram (suarantb.com) – Hari ini, Rabu 22 Maret 2017 masyarakat internasional memperingati hari air sedunia. Dalam momentum ini,Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTB mengharapkan seluruh elemen masyarakat  memanfaatkan ketersediaan air dengan baik.

Direktur Eksekutif Walhi NTB, Murdani menyebutkan kebutuhan air untuk pulau Lombok saat ini sebanyak 3,63 miliar meter kubik dengan suplai air sejumlah 3,04 miliar meter kubik per tahun.

“Dulu ada 700 sumber mata air dan sekarang ada 185-an, itu ketersediananya 3,04 miliar meter kubik. Sedangkan kebutuhannya mencapai 3,63 meter kubik, jadi minus sekali,” ujarnya saat dihubungi suarantb.com, Rabu, 22 Maret 2017.

Murdani menjelaskan jika dilihat dengan proyeksi pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, kebutuhan air NTB di tahun 2025 mencapai 4,18 miliar meter kubik.

Menurutnya, jika kondisi seperti saat ini terus dibiarkan, maka krisis air dapat menjadi ancaman yang tidak bisa dihindari. Terlebih, kekurangan air ini akan berimbas pada ketersediaan pangan.

“Krisis air ini akan berdampak pada krisis pangan, karena ketersediaan air bagi sektor pertanian juga berkurang,” ungkapnya.

Murdani menambahkan, sebagai pulau kecil, ketersediaan air di NTB tidak banyak. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan mitigasi dini dalam mencegah terjadinya krisis air.

Restorasi atau pemulihan hutan menjadi salah satu fokus yang harus diperhatikan sebagai upaya mitigasi terjadinya krisis air. Dari luasan hutan sebesar 1,07 juta hektar, ia menyebutkan sisa tutupan lahannya  sebesar 22 persen, dengan laju kerusakan 1,4 persen.

“Kalau tidak dilakukan restorasi, terutama pemulihan ekologis dan hidrologis maka banjir dan tanah longsor akan semakin sering terjadi,” ungkapnya.

Di NTB, krisis air di musim kemarau hampir terjadi di sebagian besar wilayah ini. “Yang tidak kering hanya Lobar sebagian, Loteng hanya 2 kecamatan, Lotim 70 persen kering, di Lombok utara juga banyak yang kekeringan,” imbuhnya.

Walhi mengajak semua elemen, khususnya pemerintah sebagai pemangku kebijakan untuk dapat lebih fokus dalam upaya mitigasi terjadinya krisis air dalam jangka panjang. Kesadaran masyarakat serta para pelaku usaha akan ketersediaan air yang semakin menipis juga perlu ditingkatkan.

“Perlu ditingkatkan kesadaran ditengah ketersediaan air yang menipis sedangkan kebutuhan semakin bertambah,” pungkasnya. (hvy)