Manajemen RPH Banyumulek akan Dirombak

0

Mataram (Suara NTB) – Pemerintah daerah sedang melakukan kajian untuk mengoptimalkan keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH) Banyumulek, di Lelede, Lombok Barat. Manajemen yang mengelolalanya akan dirombak. Hal ini ditegaskan Direktur Utama PT. Gerbang NTB Emas (GNE), Drs. H. Syahdan Ilyas, MM.

Keberadaan RPH berstandar nasional milik pemerintah daerah ini sedang dirancang bagaimana pola yang tepat agar mampu berkontribusi lebih besar kepada daerah.

Saat ini RPH Banyumulek sedang vakum. Hingga dibentuknya manajemen baru. Kesempatan diberikan kepada siapa saja yang terbaik, kata H. Syahdan pada Suara NTB di Mataram, Rabu, 17 Januari 2018 kemarin.

“RPH Banyumulek, sudah dikonsolider, sudah dibahas khusus sama bapak Sekda,” demikian H. Syahdan. Pemerintah daerah nampaknya memiliki harapan besar RPH Banyumulek akan beroperasi penuh. Keberadaan Agro Eduwisata yang terintegrasi satu kawasan dengan RPH Banyumulek, rencananya akan dikawinkan.

”Diharapkan seperti Puspa Agro di Surabaya. Karena itu sedang dirumuskan di mana posisi PT. GNE nantinya,” imbuh H. Syahdan.

Sebelumnya, PT. GNE telah menawarkan RPH Banyumulek kepada investor yang bersedia. Perusahaan Daerah (Perusda) ini memberikan kesempatan kepada siapapun yang siap mengelolanya. Aset ini sangat layak ditawarkan ke investor. Secara sarana dan prasarananya, terbilang cukup lengkap, dari mesin potong, kotak pendingin untuk menyimpan daging, seluruhnya menggunakan standar nasional.

RPH Banyumulek sempat dikelola oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), selama dua tahun. Tapi kerjasama tersebut tak berlanjut, entah karena pertimbangan apa. Aset-aset di RPH Banyumulek, diantaranya mesin potong modern, mesin pendingin besar dengan daya tampung daging sampai 5 ton. Ditambah empat mesin pendingin kecil lainnya dengan kapasitas masing-masing 500 Kg. Sehingga total 7 ton daging yang bisa disimpan dengan mesin pendingin miliknya. Selain itu, tersedia juga mesin kedap udara untuk pengemasan daging beku.

“Mesin-mesinnya bagus, alat potongnya bagus, yang kurang bagus modalnya,” sebut H. Syahdan.

RPH Banyumulek ketika masih beroperasi, cukup terbatas.  Meski dalam hitung-hitungan bisnis operasional potongnya merugi, H. Syahdan mengatakan kegiatannya itu berjalan, dalam rangka mendukung program Pijar pemerintah daerah.

Hasil pemotongan di RPH Banyumulek, selanjuntnya diecer di GNE Mart di Kantor pusatnya di perapatan besar Sweta. Sisanya sebagian diolah untuk beberapa jenis produk dengan bahan baku daging, termasuk untuk campuran pembuatan cilok dan bakso saat itu. “Sekarang masih berhenti dulu beroperasi, sampai manajemennya jelas,” demikian H. Syahdan. (bul)