Mahasiswa Galang Penolakan, Wakil Rektor Unram Tebar Ancaman

0
Yusran Saadi (Suara NTB/dys)

Mataram (Suara NTB) – Aksi mahasiswa Universitas Mataram (Unram) akhir-akhir ini kembali menjadi sorotan. Situasi kampus yang sebelumnya adem ayem, kini mendadak jadi buah bibir di tengah mahasiswa.

Pola penanganan aksi demo oleh pejabat kampus jadi sorotan mereka. Ketika Suara NTB berkunjung ke Rektorat Unram, Kamis pagi, sekelompok mahasiswa membicarakan pola penanganan aksi yang dinilai represif.

Bahkan salah seorang mahasiswa Program Studi Sosiologi yang ditemui mengaku sedang menggalang kekuatan lanjutan untuk aksi menolak Plt. Wakil Rektor III Unram, Yusran Saadi.

Mahasiswa asli Dasan Agung, Gapuk Selatan, Kota Mataram ini mengaku tidak setuju dengan cara Yusran menghadapi mahasiswa. Untuk itu, aksi akan kembali digelar hingga Yusran diganti.

Namun, bagi Plt. Wakil Rektor III Yusran Saadi, mengungkapkan mahasiswa tidak seharusnya melakukan aksi yang malah berdampak pada terganggunya ketertiban umum.

“Tidak perlu demo yang begitu-begitu. Cukup dikomunikasikan dengan baik dan saya ingin mengikuti hirarki organisasi mereka. Jangan ada individu-individu yang cari panggung gitu loh,” ungkapnya pada Suara NTB, Kamis, 27 Februari 2020.

Ancaman memulangkan mahasiswa yang sering berdemo  dilontarkan Yusran agar yang bersangkutan dilakukan pembinaan.  “Kalau saya waktu jadi Dekan Teknik itu saya lakukan. Dalam arti bukan saya memulangkan tapi artinya  mereka kan dititip di Unram oleh orang tua mereka untuk belajar. Kalau mereka tidak mau belajar kita kasih tahu orang tuanya,” jelas Yusran.

Lebih jauh dikatakan pria yang juga Wakil Rektor IV ini, menambahkan, aksi demo sepanjang untuk menunjukkan ekspresi mereka sangat dibolehkan. Hanya saja yang tidak boleh mereka lakukan ialah mengganggu ketertiban.

“Kalau mereka demo terus, kita kan gak bisa kerja. Ribut orasi-orasi kan bisa perwakilan, diskusi dengan pimpinan. Kalau mereka orasi kan orang se-rektorat itu kan gak bisa kerja,” sambungnya.

Artinya lanjut Yusran, pihaknya menerima mahasiswa Unram itu untuk belajar bukan untuk mengganggu ketertiban (demonstrasi). “Coba bayangkan kita lagi kerja di atas itu lalu ada orang orasi-orasi bagaimana kita kerja mereka lupa kalau ada cara-cara yang lebih elegan seperti dialog. Kalau kita ribut bisa terjadi sistuasi yang tidak kondusif,” ungkapnya. (dys)