Lombok Utara Menuju Wisata Kurma Seribu Hektar

0
Kurma Ukhuwah Datu menuju ekspansi budidaya 1.000 hektar. Sudah ada pemodal dari 12 provinsi yang menyatakan siap berinvestasi untuk mengembangkan tanaman kurma. (EKbis NTB/ist)

Di masa depan, kurma di Kabupaten Lombok Utara (KLU) akan menjadi ikon pariwisata daerah. Pasalnya, pegiat Kurma Lombok Utara yang tergabung dalam Asosiasi Ukhuwah Datu Date Palm, tengah menyasar budidaya kurma pada areal seluas 1.000 hektar.

Pembina Ukhuwah Datu Date Palm, John Arif Munandar alias Uaq Dolah, mengakui sebanyak sejumlah pengusaha dari 12 provinsi sudah menyatakan komitmen pembiayaan untuk budidaya kurma pada areal 1.000 hektar. Pola budidaya yang dilakukan tidak dengan membebaskan lahan masyarakat, melainkan melalui pola Nyakap dimana pemilik lahan terlibat sebagai pemegang saham.

“Lahan 1.000 hektar itu sudah kita petakan, semuanya lahan masyarakat. Nanti masyarakat akan terlibat sebagai pemilik,” ungkapnya.

Ukhuwah Datu sudah memiliki sejumlah lahan binaan di lahan warga. Beberapa sebarannya dominan di Kecamatan Gangga, seperti di Dusun Kertaraharja (Desa Genggelang), Dusun Jugil Desa Samik Bangkol, Dusun Telaha Maluku Desa Remek, serta di beberapa lahan warga di Desa Segara Katon.

Ia optimis, dengan pola budidaya kemitraan (Nyakap – kearifan lokal Sasak- Lombok), budidaya kurma akan berkembang. Sebab masyarakat dapat menikmati hasil kurma untuk jangka panjang.

Ketua Ukhuwah Datu Pola Nyakap, Suharman, menguatkan pohon kurma yang berkembang di KLU bisa menjadi destinasi wisata untuk jangka panjang. Secara ekonomi, pohon yang berasal dari Timur Tengah ini mampu berproduksi lebih panjang dari umur manusia itu sendiri.

“Satu buah pohon kurma bisa berproduksi sampai umur 100 tahun. Jadi umur kurma lebih panjang dari rata-rata umur manusia,” ungkapnya.

Terhadap kurma KLU, saat ini sudah bisa dikembangkan dengan tiga metode. Yaitu dari biji, dari kultur jaringan dengan uji DNA (menentukan jenis betina atau jantan) serta dari tunas (sunu). Di beberapa tempat budidaya kurma di lahan warga, Ukhuwah Datu rata-rata sudah mengembangkan ketiga metode tersebut. Namun untuk percepatan perluasan budidaya, bibit kurma dari Sunu lebih dipilih karena jaminan berbuah lebih cepat sangat terbuka.

“Kurma yang dari biji masih harus uji Lab melalui daun untuk melihat pita kromosom dan menentukan jenis betina dan jantannya,” ucap Suharman.

Pihaknya membayangkan, kurma yang dikelola bersama pemodal dari 12 provinsi akan menghasilkan produksi kurma yang melimpah. Bukan tidak mungkin, kurma KLU akan mengisi kebutuhan pasar dalam negeri, maupun pasar luar negeri mengingat karakteristik buahnya yang berbeda dengan kurma Timur Tengah.

“Ukhuwah Datu Pola Nyakap sudah punya lapak (pasar) di 18 provinsi. Jadi pemodal itu sudah menyiapkan pasar sehingga Kurma Lombok Utara bisa dikatakan tidak berbicara pasar lagi,” pungkasnya. (ari)