Pelaku Wisata Lotim Tolak Kereta Gantung

0
Ilustrasi Kereta Gantung yang akan dibangun di Rinjani dan KEK Mandalika (suarantb.com/ist)

Selong (Suara NTB) – Pelaku wisata Lombok Timur (Lotim) menolak rencana pemerintah menghadirkan investor untuk membangun kereta gantung ke lereng Gunung Rinjani. Meski pembangunannya di Lombok Tengah, namun diminta tetap rencana besar tersebut hendaknya dikaji kembali.

Hal ini dikemukakan Ketua Asosiasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kabupaten Lotim, Royal Simbahulun pada Suara NTB, Selasa, 21 Januari 2020.

Sebagai pelaku wisata yang tinggal di Lereng Rinjani ia mengaku tidak setuju dengan rencana pemerintah memberikan investor membangun kereta gantung tersebut. “Kita tidak setuju sebelum kajiannya benar-benar akan menguntungkan bagi masyarakat di sekitar Rinjani,” ucapnya.

Menurut Royal, dibutuhkan referensi yang lebih detail terkait rencana besar tersebut. Bisa saja kemungkinan ada di Luar negeri yang berhasil memadukan kereta dan pendakian manual. Pihaknya tidak ingin, aktivitas pendakian Gunung Rinjani secara manual ini hilang.

“Jangan sampai kalau sudah ada kereta tamu tersedot ke sana karena akses mudah dan bayarnya murah,” ungkap Royal.

Berkaca pada kereta-kereta gantung di gunung yang ada di luar negeri, ujarnya, seperti Australia bayarnya hanya kurang dari Rp 400.000 dan di Langkawi Malaysia hanya membayar Rp 140.000.

Baginya, adanya anggapan kehadiran kereta tidak akan merugikan masyarakat yang mencari rezeki lewat pendakian manual hanyalah asumsi. Tidak ada referensi yang jelas. Selama ini, aktivitas trekking Rinjani cukup banyak menyedot wisatawan dan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat Sembalun.

Terjadi perputaran roda perekonomian karena aktivitas porter dan guide gunung. Tidak diinginkan kereta terbangun dan membuat para pelaku wisata di Sembalun ini kehilangan kesempatan mengais rezeki.

“Mereka tidak tahu bagaiamana pola dan sistem pendakian di Rinjani dan berapa potensi uang yang berputar dari pendakian,” papar Royal.

Di sisi lain, tambahnya, para pelaku wisata tidak anti terhadap kemajuan, akan tetapi ia mengajak lebih detail bagaimana untung ruginya. “Mari dikaji dulu untung dan ruginya bagi masyarakat sekitar,” ujarnya mengingatkan. (rus)