Masyarakat di Lotim Nyatakan Perang Terhadap Stunting

0

Selong (Suara NTB)  – Pemerintah Desa Tirtanadi Kecamatan Labuhan Haji mengajak  ibu-ibu hamil, ibu menyusui, para kader-kader posyandu, remaja putri dan tokoh-tokoh masyarakat untuk perang terhadap stunting. Perang terhadap stunting ini didasari data Dinas Kesehatan (Dikes) Lotim, jika di Desa Tirtanadi terdapat 64 kasus stunting dan 84 kasus gizi kurang.

Pernyataan perang terhadap stunting ini ditandai dengan bubuhan tanda tangan ibu-ibu hamil dan menyusui dalam kegiatan Gerakan Tirtanadi Tekan Stunting, di halaman Kantor Desa Tirtanadi, Kamis,  10 Oktober 2019. Tanda tangan komitmen ini diawali Kepala Dinas Kesehatan Lotim dr. H. Hasbi Santosa yang mewakili Bupati H. M. Sukiman Azmy dalam acara tersebut.

Kepala Desa Tirtanadi, Ruspan mengutarakan, jumlah penduduk Tirtanadi 7.434 jiwa atau 2.106 Kepala Keluarga (KK). Terdapat 947 KK atau hampir 50 persen masuk kategori miskin. Tingginya angka kemiskinan inilah yang dirasa menjadi pemicu banyaknya persoalan di Tirtanadi, termasuk kasus stunting.

Menurut Ruspan, stunting memang tidak bisa dicegah semudah membalikkan telapak tangan. Anak-anak yang sudah mengalami stunting diperlukan upaya nyata dari semua pihak. Termasuk dari keluarga. Sebagai pemerintahan di tingkat bawah, pihak desa mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membantu penekanan stunting.

“Kita coba memulai dengan menggerakkan seluruh elemen masyarakat secara bersama-sama untuk menekan stunting ini,” ujarnya.

Masyarakat setidaknya mengetahui apa itu stunting dan mengetahui cara penekanannya.  Selain mengatensi anak-anak yang sudah terpapar stunting, gerakan perangi stunting ini juga coba dimulai dengan memperhatikan asupan gizi calon anak pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Dalam mengatasi masalah stunting, pihak desa memberikan paket bantuan gizi kepada ibu-ibu hamil dan ibu menyusui. Tidak saja itu, ada juga pemberina tablet vitamin kepada para remaja putri calon ibu. “Inilah upaya nyata sederhana yang coba kami lakukan, harapan kami nantinya yang masih hamil saat ini kelak melahirkan anak-anak yang sehat dan tidak masuk kategori stunting,” ungkapnya.

Tirtanadi terus berupaya melakukan revitalisasi posyandu dengan mengaktifkan para kader. Sebanyak 50 kader selalu sedia di 10 unit posyandu se Tirtanadi. Disebut, sudah ada Peraturan Desa Nomor 4 tahun 2019 yang dibuat bersama BPD Tirtanadi. Termasuk dalam Perdes tersebut upaya Penekanan Stunting dengan tetap menjaga kearifan lokal.  “Dengan Perdes ini ke depan, kami akan berupaya lebih maksimal lagi untuk menekan kasus stunting,” ungkap Ruspan.

Kepala Dinas Kesehatan Lotim, dr. H. Hasbi Santosa mengapresiasi apa yang dilakukan Desa Tirtanadi. Disebut Desa Tirtanadi kali pertama melakukan launching sebuah gerakan. Gerakan warga Tirtanadi ini akan mampu mencegah kemunculan stunting.   “Kegiatan di Tirtanadi ini sangat besar artinya bagi Pemda menekan dan mencegah stunting,” ucapnya.

Disebut, saat ini secara nasional angka stunting 28,5 persen. Angka di Kabupaten Lotim 43,52 persen. Persentase data yang cukup besar ini coba ditelisik lebih dalam oleh Dikes Lotim. Saat ini sedang dilakukan pendataan ulang angka stunting. “Saat ini, kita sedang melakukan pendataan ulang,setelah data jelas baru kemudian  bisa diketahui dan tetapkan target penurunannya dan ini langkah kebijakan strategis awal kita,” papar dr. Hasbi.

Selain itu, tambahnya, proses validasi data yang sedang dilakukan saat ini baru mencapai 50 ribu jiwa dari 112 ribu target sasaran stunting. Dari data tersebut, ditemukan baru 26-28 persen yang terpapar stunting. Desa-desa yang berhasil dan memiliki komitmen besar tehadap upaya penekanan stunting ini dijanjkan berangkat ibadah ke tanah Suci. “Kita akan berikan ke 15 kades hadiah umrah tahun 2019 ini,” ungkapnya.

Tidak saja kepala desa, termasuk 10 Camat dan 10 Kepala Puskesmas juga turut akan diberikan penghargaan atas prestasinya menekan stunting. Seluruh desa dengan anggaran desanya yang besar saat ini diharapkan terus berusaha untuk menekan stunting.

Dikes sendiri sudah persiapkan beberapa program penanganan stunting. Stunting merupakan program prioritas nasional (PPN). Dikes Lotim dalam upaya penekanan stunting tidak saja menyentuh yang mengalami stunting, akan tetapi coba atasi dulu bagian hulunya. “Stunting ini adalah output,” nilai dr Hasbi.

Penanganan di hulu dimaksudkan adalah memperhatikan kesehatan reproduksi dari remaja putri calon ibu-ibu yang nantinya akan melahirkan anak-anak penerus.  Anak-anak calon ibu yakni yang usianya di anak kelas 2 dan 3 SMP dan termasuk anak-anak SMA sederajat akan diberikan tambahan zat besi. “Tahun depan sesuai visi misi pemda, tahun kerja kedua peningkatan SDM, aspek SDM kinilah yang akan coba digarap,” paparnya.  (rus)