Bencana Kekeringan Hambat Laju Penurunan Kemiskinan Loteng

0

Praya (Suara NTB) – Laju penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) dalam beberapa tahun terakhir cenderung melambat. Dari target penurunan angka kemiskinan sebesar 2 persen pertahun, hanya mampu dicapai sekitar satu persen.

Salah satu penyebab melambannya laju penurunan angka kemiskinan tersebut ialah bencana kekeringan yang melanda hampir sebagian besar wilayah Loteng dalam beberapa tahun ini.

Hal itu diakui Wakil Ketua Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Loteng, Ir. H.L. Moh. Amin, kepada wartawan diruang kerjanya, Selasa, 14 Maret 2017. Ia menjelaskan, dampak bencana kekeringan yang sempat melanda hampir sebagian besar wilayah Loteng beberapa tahun sebelumnya, cukup besar dirasakan. Karenanya ternyata, efeknya justru menghambat laju penurunan angka kemiskinan didaerah ini.

Pasalnya, sektor pertanian sendiri sampai sejauh ini masih menjadi sektor utama yang menjadi penunjang perekonomian masyarakat didaerah ini. Karena hampir sebagian besar masyarakat Loteng masih sangat bergantung pada sektor ini. Sehingga ketika bencana kekeringan datang, banyak lahan pertanian yang gagal panen.

“Ketika terjadi gagal panen, bisa dibayangkan berapa banyak masyarakat yang terkena dampak,” terangnya. Mulai dari pemilik lahan yang tentunya menanggung beban cukup besar. Termasuk para buruh-buruh tani yang memang mengandalkan perhidupan dari sektor pertanian. Hingga pihak-pihak yang terkait sektor pertanian lainnya.

Sehingga kedepan, pemberian pemahaman tentang tata cara antisipasi dampak bencana kekeringan kepada masyarakat penting dilakukan. Supaya masyarakat tahu cara dan upaya antisipasi bencana kekeringan. Sehingga dampak bencana kekeringan bisa diminimalisir.

Paling tidak masyarakat tahun siklus iklim yang ada. Dengan begitu, masyarakat bisa melakukan penyesuaian-penyesuaian. Terutama terkait pola tanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Sehingga dampak bencana kekeringan bisa diantisipasi sedini. Mungki masyarakat sudah memiliki pemahaman tentang perubahan iklim yang terjadi.

Terlebih Loteng termasuk daerah dengan iklim tipe D. Dimana musim kemaraunya lebih panjang dari musim penghujan. “Saat ini musim penghujan memang lebih panjang. Karena ini dampak perubahan iklim. Kalau pada kondisi normal, musim kemarau jauh lebih panjang,” tandas mantan Kepala BPMD Loteng ini. (kir)