Lingkungan Zona Merah Covid-19 Terus Berkurang

0

Mataram (Suara NTB) – Jumlah lingkungan zona merah Covid-19 di Kota Mataram terus berkurang. Dari total 325 lingkungan yang tersebar di 50 kelurahan, sampai saat ini Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Mataram mencatat tersisa empat lingkungan dengan jumlah kasus positif Covid-19 di atas lima.

“Beberapa minggu lalu masih ada tujuh lingkungan yang zona merah, tapi rilis yang kita terima dari Satgas Covid-19 Provinsi NTB sekarang sisa empat lingkungan. Antara lain Lingkungan Kekalik, Pagutan Permai, Pagutan Indah dan Kodya Asri,” ujar Kepala Dikes Kota Mataram, dr. Usman Hadi, Selasa, 17 Agustus 2021.

Menurunnya lingkungan zona merah tersebut diharapkan menjadi indikator berhasilnya penanganan Covid-19 di Kota Mataram. Terutama setelah berhasil keluar dari wilayah wajib pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level empat.

“Kalau secara umum lingkungan kita memang 60 persennya sudah masuk zona hijau. Artinya nol kasus,” jelas Usman. Kendati demikian, angka kesembuhan pasien diakui mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan jumlah kasus harian yang masih fluktuatif sampai saat ini.

“Angka kesembuhan kita hampir 89 persen sekarang. Ini karena semakin banyak yang kita temukan (kasus harian), sedangkan yang sembuh itu harus menunggu waktu 10 hari plus satu hari untuk bisa terkonfirmasi (sembuh),” ujarnya.

Dicontohkan Usman seperti jumlah penambahan kasus harian yang tercatat pada 14-15 Agustus 2021, di mana per hari jumlah pasien bertambah mencapai 60 orang.

“Setelah kita rincikan pelan-pelan, ternyata itu sudah banyak yang sembuh. Tanggal 14 Agustus ada 60 pasien positif baru, itu hampir 21 orang yang sembuh, kemudian tanggal 15 Agustus ada 61 orang itu hampir 30 yang sudah sembuh. Artinya pasien itu sudah selesai melakukan isolasi mandiri,” ungkapnya.

Kendati demikian Usman enggan menyebut kondisi tersebut sebagai anomali data Covid-19 di Kota Mataram. Menurutnya, hal tersebut semata-mata hanya keterlambatan pembaruan dan proses data dari Satgas Covid-19 di wilayah kabupaten/kota ke Satgas Covid-19 di tingkat provinsi.

“Ini terlambat diupdate saja. Mudah-mudahan tidak menandakan kasus naik. Karena kita juga terus memaksimalkan penelusuran kontak kita 500 orang per minggu, dan tracing ini yang tetap kita dorong. Antara lain 15 orang per pasien positif,” tandas Usman.

Dosis Kedua

Soal capaian vaksinasi masyarakat, vaksin dosis kedua masih rendah. Ketidakseimbangan vaksin dengan tingginya animo masyarakat jadi penyebab. Data tanggal 16 Agustus 2021 capaian vaksin dosis pertama mencapai 56,33 persen atau 177.758 sasaran. Sedangkan, dosis kedua baru mencapai 31,32 persen atau 98.830 sasaran.

Usman Hadi menyampaikan, rendahnya capaian vaksinasi dosis kedua disebabkan karena masyarakat masih menunggu 28 hari pasca vaksin tahap pertama. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan Kementerian Kesehatan, sehingga sisa 20 persen tersebut belum terpenuhi.

Karena itu, vaksinasi yang dilayani oleh fasilitas kesehatan baik itu puskesmas dan rumah sakit fokus melayani vaksin dosis kedua. “Tetap ada yang melayani dosis pertama. Tetapi yang didorong untuk percepatan itu dosis kedua,” katanya.

Dia melihat animo masyarakat untuk mendapatkan vaksin cukup tinggi. Kondisi ini tidak terlepas dari keterlibatan seluruh unsur baik itu TNI dan Polri, termasuk media massa. Media massa menurut Usman, juga berkontribusi menumbuhkan antusiasme masyarakat untuk mendapatkan vaksin.

Untuk ketersediaan vaksin sinovac di Dinas Kesehatan sejumlah 70 vial atau 700 dosis. Pihaknya akan tetap mengajukan permintaan vaksin ke Kementerian Kesehatan melalui Dikes NTB. “Saya bersyukur masyarakat antusias masyarakat sangat tinggi. Teman – teman media juga sering memberitakan sehingga masyarakat ramai ke faskes minta divaksin,” terangnya.

Tingginya antusiasme masyarakat justru tidak diimbangi dengan distribusi vaksin ke daerah. Hal ini menjadi kendala sehingga target herd immunity yang ditargetkan 75 persen baru tercapai 56 persen.

Pihaknya mengharapkan distribusi bisa dipercepat oleh pemerintah pusat, sehingga bisa menjawab keinginan masyarakat untuk mendapatkan kekebalan tubuh dari serangan wabah virus corona. (bay/cem)